The Real Healing
Pada masa yang serba digital ini, media sosial berperan penting dalam menyebarkan suatu informasi, salah satunya informasi terkait istilah psikologis. Istilah psikologis merupakan hal yang baru sehingga menarik bagi masyarakat awam. Akan tetapi, tidak semua pengguna media sosial cukup paham dengan istilah psikologis sehingga mereka cenderung mempercayai informasi dari platform media sosial. Tiktok merupakan salah satu platform media sosial yang akhir-akhir ini cukup digemari oleh masyarakat, terutama anak-anak muda. Platform ini menyajikan konten visual yang menarik dan mudah untuk digunakan. Selain itu, flow insight Tiktok juga lebih cepat dibandingkan dengan media sosial lainnya. Flow insight merupakan keterlibatan penuh seseorang ketika menjelajahi sosial media (Kibtyah, Mulyawa, & Kania, 2021). Flow insight yang cepat menunjukkan bahwa keterlibatan seseorang dapat dengan mudah menaikkan insight konten seseorang. Namun, mudah juga untuk turun, sehingga platform ini banyak melahirkan public figure baru ketika konten seseorang viral karena flow insight-nya meningkat. Oza Rangkuti merupakan salah satu komedian yang kini menjadi public figure Tiktok karena salah satu kontennya yang viral pada akhir 2021. Kontennya mengangkat tentang kultur generasi Z yang tinggal di daerah Jakarta Selatan. Mereka mencampurkan Bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris ketika berbicara sehari-hari. Penggunaan dua bahasa dalam kegiatan sehari-hari ini, menyebabkan pembelokkan makna dalam beberapa kata. Kata yang menjadi salah makna ini kebanyakan merupakan kata atau istilah-istilah psikologis. Apalagi kata tersebut merupakan istilah yang baru dengan bahasa asing, dimana cenderung sulit untuk dipahami.
Introvert, inner child, dan healing merupakan beberapa contoh kata atau istilah psikologis yang sering digunakan dalam bahasa sehari-hari oleh generasi Z di Jakarta Selatan. Namun, memiliki makna yang berbeda. Konten milik Oza Rangkuti memberikan gambaran bahwa adanya kesenjangan makna dari beberapa istilah tersebut. Pada salah satu konten Tiktok milik Oza Rangkuti, introvert diartikan sebagai seseorang yang pendiam, sulit untuk bersosialisasi, canggung, dan takut untuk berbicara. Padahal, introvert merupakan salah satu tipe kepribadian dimana seseorang lebih fokus terhadap apa yang ada dalam dirinya.
Orang dengan tipe kepribadian ini cenderung lebih sensitif dibandingkan tipe kepribadian extrovert (Burger, 2011), sehingga cara orang dengan tipe kepribadian introvert lebih senang untuk mengisi kembali energinya dengan melakukan kegiatan dengan dirinya sendiri yang lebih sedikit berinteraksi dengan orang lain, seperti mendengarkan lagu atau menyendiri di kamar. Kemudian, inner child disalah artikan sebagai seseorang yang kekanak-kanakan. Padahal, Firman & Rusell (1994) menyatakan bahwa inner child berasal dari pengalaman seseorang dalam masa kanak-kanak yang berkembang menjadi inti kepribadian seseorang serta mempengaruhi seluruh kualitas seseorang dalam masa dewasa. Healing sering kali disalah artikan sebagai aktivitas yang menyenangkan, seperti liburan dan belanja. Berdasarkan kamus APA (American Psychological Association), healing merupakan sebuah proses atau usaha untuk meringankan suatu penyakit mental atau fisik melalui kekuatan pikiran, biasanya menggunakan metode seperti visualisasi, sugesti, dan manipulasi aliran energi secara sadar.
Healing menjadi salah satu kata yang banyak digunakan oleh public figure seperti influencer untuk kepentingan tertentu, salah satunya yaitu untuk kegiatan promosi. Tak jarang kata healing dijadikan sebagai clickbait untuk promosi tempat rekreasi, sehingga istilah healing menjadi sangat erat kaitannya dengan kegiatan rekreasi maupun hiburan. Hal ini terlihat ketika mengetik kata healing di kolom pencarian sosial media maka akan muncul banyak referensi tempat rekreasi.
Gambar 1. Penggunaan kata healing sebagai clickbait tempat wisata pada platform media sosial Youtube
Gambar 2. Pencarian kata healing pada platform media sosial Tiktok
Dari pengamatan sederhana di atas, penulis melihat bahwa istilah healing dianggap sebagai aktivitas rekreasi, sedangkan makna healing lebih dalam dari sekedar liburan, belanja, dan melakukan hal-hal menyenangkan lainnya. Lantas bagaimana healing sebenarnya menurut pandangan psikologi? Tulisan ini menjadi jembatan bagi penulis untuk berbagi informasi terkait makna healing sebagai suatu istilah psikologi.
Berdasarkan psikolog di Universitas Gadjah Mada (UGM), Galang Lufityanto, menyebutkan bahwa healing merupakan proses penyembuhan diri secara psikologis (Ika, 2022). Menurut Tchiki Davis, healing merupakan proses penyembuhan dari memburuknya kondisi kesehatan emosi, psikis, atau fisik yang bisa terjadi dalam waktu yang berbeda maupun secara simultan. Pada dasarnya healing dilakukan dengan tujuan menyembuhkan kondisi seseorang, sehingga tujuan healing sendiri biasanya menyesuaikan dengan permasalahan yang dialami oleh orang tersebut.
Healing yang tidak sesuai dengan kebutuhan atau akar permasalahan justru hanya akan menjadi sarana untuk menghindari masalah. Dalam istilah psikologis, penghindaran masalah ini disebut sebagai denial. Denial sendiri merupakan salah satu jenis mekanisme pertahanan diri yang dikemukakan oleh Freud. Mekanisme pertahanan diri dilakukan oleh ‘diri’ seseorang sebagai upaya untuk mengurangi kecemasan. Seseorang yang melakukan denial akan cenderung menolak kenyataan yang sedang dihadapi dan bertindak seolah-olah peristiwa, perasaan, maupun pikiran yang mengganggu, dan menyakiti tidak ada. Padahal, masalah ataupun kecemasan yang dihadapi akan tetap ada dan tidak terselesaikan. Bahkan bisa jadi hal tersebut semakin berat dan mengganggu aspek-aspek kehidupan lainnya. Liburan dan rekreasi memang bisa menjadi salah satu cara untuk healing, jika permasalahan yang dialami seperti stres dengan pekerjaan. Namun, healing belum tentu liburan dan rekreasi. Oleh karena itu, healing sebaiknya dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan akar permasalahannya.
Ada berbagai cara untuk healing, proses healing atau penyembuhan diri dapat dilakukan melalui aktivitas sederhana tanpa menuntut individu untuk bepergian jauh atau mengeluarkan biaya, seperti melatih mindfulness. Mindfulness merupakan kesadaran penuh seseorang terhadap pengalaman dari waktu ke waktu (Schmidt, 2004). Desmond (2015) menambahkan bahwa mindfulness merupakan cara khusus untuk memfokuskan kesadaran kita pada keadaan saat ini, dengan penerimaan penuh atas pikiran, perasaan, dan sensasi tubuh. Hal ini berbeda dengan perasaan yang dipenuhi dengan penyesalan mengenai masa lalu atau kekhawatiran akan masa depan. Hal ini berkaitan dengan pendekatan humanistik yang dikemukakan oleh Carl Rogers. Carl Rogers memandang manusia secara fenomenologis yang menekankan keadaan sekarang atau disebut here and now (Lesmana, 2011). Setiap individu secara sadar mampu hadir pada saat ini dan meletakkan pengalaman masa lalu sebagai kekuatan, sehingga adanya aktualisasi diri dapat tercapai.
Salah satu teknik untuk melatih mindfulness yaitu dengan melakukan meditasi. Berdasarkan Lacaille, dkk (2018), meditasi sebaiknya dilakukan dalam durasi sekitar 29 menit. Meditasi dapat mengembangkan kemampuan untuk memusatkan perhatian pada keadaan saat ini dengan sikap tidak menghakimi (non-judging). Tidak menghakimi (non-judging) diartikan sebagai pengamatan terhadap pengalaman-pengalaman secara apa adanya dengan tenang, tanpa melakukan evaluasi atau kesimpulan secara terburu-buru (Schmidt, 2004). Non-judging berkaitan dengan adanya acceptance, yaitu penerimaan tanpa syarat atas pengalaman-pengalaman yang ada. Dengan adanya acceptance, individu tidak akan terbenam oleh pikiran atau perasaan yang tidak berasal pada pengalaman (non-attachment). Kualitas-kualitas tersebut dapat mengarahkan individu untuk melihat sebuah permasalahan dari berbagai sudut pandang, sehingga ditemukan solusi yang paling tepat.
Selain dengan mindfulness, proses healing dapat dilakukan dengan cara menulis jurnal pribadi (journaling). Healing dengan menulis jurnal pribadi (journaling) bertujuan untuk membantu individu dalam memfasilitasi pertumbuhan emosional dan spiritual (Parnell, 2007). Journaling memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengungkapkan pikiran dan emosi. Seseorang akan lebih peka terhadap perilaku, emosi, dan reaksinya ketika menulis sebuah pengalaman. Selain itu, journaling merupakan bentuk dialog dengan diri sendiri untuk mengevaluasi cara kita memproses informasi secara subjektif maupun objektif, sehingga mampu mengambil keputusan yang efektif. Ketika menulis jurnal pribadi (journaling), penting untuk menemukan tempat yang tenang dan tidak banyak orang, sehingga kita dapat fokus dan siap untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan yang paling mendalam (Drick, 2014). Tidak ada format tertentu dalam journaling, seseorang dapat menuliskan pengalaman masa lalu, progres, pencapaian, serta tantangan dalam hidup seseorang, sehingga kegiatan ini bersifat sangat personal.
Berdasarkan uraian di atas, masih banyak pengguna sosial media yang salah dalam memahami berbagai informasi. Oleh karena itu, sebaiknya pengguna sosial media lebih kritis dalam menerima informasi. Terlebih dalam istilah-istilah psikologi yang baru dengan bahasa asing, seperti healing. Dalam kaitannya dengan healing, pengguna sosial media sebaiknya mengetahui makna healing sebenarnya. Hal ini penting agar pembaca dapat mengetahui langkah-langkah healing yang tepat, sesuai dengan akar permasalahan dan preferensi pribadi. Healing dapat dilakukan dengan melatih mindfulness dan journaling. Healing adalah proses aktif, bukan pasif, sehingga pembaca harus berpartisipasi dalam prosesnya. Proses healing bisa didapatkan dengan berdialog bersama psikolog, sehingga pembaca dapat mengetahui akar masalah dan mendapatkan cara healing yang lebih konkrit dan sesuai dengan permasalahan serta kondisi pembaca. Melalui healing, pembaca diharapkan menjadi lebih mengenal diri sendiri, damai, tangguh, dan penuh kasih.
DAFTAR PUSTAKA
APA Dictionary. (n.d). mental healing. https://dictionary.apa.org/mental-healing Burger, J.M. (2011). Personality. Wadsworth, Cengage Learning.
Davis, T. (n.d). Self-healing: definition & tips for healing yourself. https://www.berkeleywellbeing.com/self-healing.html
Desmond, T. (2015). Self-compassion in psychotherapy: mindfulness-based practices for healing and transformation. W.W. Norton & Company. Drick, C. A. (2014). Nurturing Yourself to Enhance Your Practice. International Journal of Childbirth Education, 29(1).
Firman, J., & Russell, A. (1994). Opening to the inner child: recovering authentic personality. Psychosynthesis Palo Alto.
Ika. (2022, April 13). Psikolog UGM bicara soal tren healing dengan staycation. Universitas Gadjah Mada.
https://www.ugm.ac.id/id/berita/22440-psikolog-ugm-bicara-soal-tren healing-dengan-staycation
Iqbal, M. (n.d.). 8 metode self-healing. Pijar Psikologi.
https://pijarpsikologi.org/blog/8-metode-self-healing
Kibtyah, M. R., Mulyawan, I., & Kania, R. (2021). Pengaruh Video Advertising pada Platform Digital Tik-Tok terhadap Niat Membeli. In Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar (Vol. 12, pp. 1279- 1285).
Lacaille, J., Sadikaj, G., Nishioka, M., Carrière, K., Flanders, J., & Knäuper, B. (2018). Daily mindful responding mediates the effect of meditation practice on stress and mood: The role of practice duration and adherence. Journal of Clinical Psychology, 74(1), 109-122.
Lesmana, J.M. (2011). Dasar-dasar konseling. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Parnell, A.D. (2007). Healing through writing: a journaling guide to emotional and spiritual growth. iUniverse.
Schmidt, S. (2004). Mindfulness and healing intention: concepts, practice, and research evaluation. Journal of Alternative & Complementary Medicine, 10(Supplement 1), S-7.
Vauziah, R. A. (2022). Introvert dan ekstrovert.
Penulis: Anggi Rendi & Bernardin Chrisnaning
Penyunting: Diovandy Christama & Anastasia Kinanti