Karya Tulis,  Podjok Merenung

Sudah Tepatkah Anda dalam Mendengarkan?

Seorang psikoanalisa, Erich Fromm, menulis buku yang berjudul The Art Of Listening. Buku ini diterbitkan selang beberapa tahun setelah karya yang sebelumnya yaitu The Art Of Loving. Apakah hal ini hanya sebuah kebetulan? Saya kira tidak. Erick Fromm menuturkan bahwa sebelum seseorang dapat mencintai, seseorang harus bisa mendengarkan terlebih dahulu. ‘Mendengarkan’ memiliki arti yang luas. Lalu apa yang membuat mendengarkan menjadi sesuatu yang spesial? Saya berpendapat bahwa mendengarkan lebih dari sekedar teknik. Mendengarkan adalah suatu seni. Sebagai pengandaian, tentu kita sering mendengar istilah seperti teknik menulis, teknik berbicara di depan umum, teknik menyanyi dan sebagainya. Mari kita ganti kata tersebut dengan kata seni. Bisakah anda menangkap perbedaan makna yang ditimbulkan? Terdengar lebih dramatis bukan? Bagi Fromm, kata “teknik” hanya berfokus pada mekanisme dari cara pengerjaan. Sebaliknya, kata “seni” membuat hal-hal lebih hidup dan bermakna. Seni itu dinamis, hidup, dan masing-masing orang memiliki cara yang khas dalam pragmatisasinya.

Menjadi pendengar yang baik teramatlah penting. Menurut Fromm, aturan paling dasar dalam menerapkan seni mendengarkan adalah memusatkan konsentrasi. Sebagai contoh, seorang asisten P2TKP yang melakukan wawancara intake tidak sepatutnya berpikiran semrawut. Berkonsentrasi sepenuhnya pada apa yang diceritakan klien dan mengutamakan apa yang sedang ada di depan kita saat itu adalah yang terbaik. It’s all about them not us. Dengan melakukan aturan dasar ini dimanapun, kapanpun, dan dengan siapapun, hasilnya kita dapat turut mengalami apa yang dikomunikasikan oleh lawan bicara. Mendengarkan merupakan pintu menuju pengertian, dan pengertian adalah jalan menuju cinta.

Penulis: Gihon Gracia W.U

Penyunting: Ivan Anwar