Self-care is Part of The Ride too
Apakah kalian pernah mengerjakan sesuatu secara berlebihan, terus-menerus memforsir diri dengan maksud untuk memperjuangkan diri sendiri? Apakah kalian yakin sedang berjuang, bukan sedang menyiksa diri?
Saya mencoba untuk mengerjakan banyak hal dengan maksud untuk mengembangkan diri dan menerima setiap tanggung jawab yang diberikan pihak lain dengan tujuan untuk menambah pengalaman dan melatih diri. Sebenarnya tidak ada yang salah dari mengikuti kegiatan dan mengambil beberapa tanggung jawab untuk meningkatkan nilai diri sendiri. Namun, yang salah adalah ketika kita tidak bisa memperkirakan kemampuan diri dengan mengambil setiap kesempatan yang ada hingga pada akhirnya kita kekurangan interaksi dengan lingkungan sosial, kekurangan istirahat, jatuh sakit, bahkan berkembang menjadi permasalahan psikologis.
Berdasarkan self-determination theory, individu melakukan sesuatu didasari oleh motivasi yang berasal dari dua arah, yakni intrinsik atau dari dalam diri dan ekstrinsik atau dari luar diri (Deci et al., 2017). Seseorang yang bekerja atau melakukan sesuatu secara berlebihan bahkan hingga menyiksa diri sendiri biasanya didasari oleh motivasi eksternal atau dari luar diri, seperti adanya imbalan atau hukuman. Mereka berusaha melakukan yang terbaik untuk mendapatkan imbalan atau menghindari hukuman, tidak benar-benar menikmati prosesnya. Sebaliknya, seseorang yang bekerja atau melakukan sesuatu berdasarkan motivasi intrinsik akan memiliki kepuasan dan kesejahteraan diri yang berkelanjutan. Namun, keseimbangan dari kedua motivasi tersebut juga tetap diperlukan individu. Jika kita didorong oleh motivasi intrinsik yang berlebihan, maka kita cenderung akan lambat dalam berkembang, maka sesekali kita perlu dipacu atau dimotivasi oleh tantangan dari luar. Namun, apabila kita didorong oleh motivasi ekstrinsik yang berlebihan, maka yang terjadi adalah kita akan merasa tertekan hingga menyiksa diri sendiri.
Berdasarkan pengalaman pribadi, peristiwa yang baru saja saya alami, yaitu pada saat saya menulis renungan ini. Saya menerima banyak tanggung jawab tanpa memperhatikan kemampuan diri saya. Saya mengerjakan banyak hal hingga saya harus begadang semalaman sampai matahari muncul kembali. Saya melakukannya dalam dua hari berturut-turut hingga pada akhirnya saya jatuh sakit dan tidak bisa mengerjakan apapun secara efektif.
Di samping proses kita dalam mengembangkan diri, perlu dipastikan bahwa kita juga merawat diri dengan baik. Merawat diri yang dimaksud, seperti tidur dan olahraga yang cukup, serta sempatkan untuk melakukan hobi atau kegiatan positif yang disenangi. Praktik perawatan diri ini juga telah terbukti menjadi komponen yang penting dalam mengelola stres (Myers et. al., 2012).
Teruslah berjuang untuk diri sendiri sebab jika bukan kita yang melakukannya, maka siapa lagi? Namun, jangan sampai kita menutup mata ketika perjuangan tersebut sudah menjadi toxic untuk diri sendiri.
Penulis
M. Akram Muzacky / Asisten P2TKP Angkatan 2023
Penyunting
1. Bernadeta Karisma Putri / Asisten P2TKP Angkatan 2022
2. Maria Putri Dwi Astuti / Asisten P2TKP Angkatan 2023
Daftar Acuan
Myers, S. B., Sweeney, A. C., Popick, V., Wesley, K., Bordfeld, A., & Fingerhut, R. (2012). Self-care practices and perceived stress levels among psychology graduate students. Training and Education in Professional Psychology, 6(1), 55–66. https://doi.org/10.1037/a0026534.
Deci, E. L., Olafsen, A. H., & Ryan, R. M. (2017). Self-determination theory in work organizations: The state of a science. Annual review of organizational psychology and organizational behavior, 4, 19-43.
Sumber Gambar
Lemercier, C. (2018, February 3). man sitting on chair covering his eyes. Unsplash. https://unsplash.com/photos/man-sitting-on-chair-covering-his-eyes-12yvdCiLaVE.