Rest Well to Work Well
“Kapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang?” Penggalan lirik lagu dari Hindia ini seolah menjadi sebuah pengingat manis tentang betapa pentingnya tidur yang berkualitas dalam hidup kita. Dalam dunia yang terus bergerak ini, kita sering kali terjebak dalam kegiatan tanpa akhir, seperti mengorbankan waktu tidur dan mengabaikan waktu istirahat demi mengejar target atau kesuksesan. Kadang-kadang, kita terlalu sibuk untuk memahami pentingnya istirahat. Kita mungkin merasa bahwa terus bekerja tanpa henti adalah kunci kesuksesan agar pekerjaan segera selesai. Namun, justru sebaliknya, istirahat yang baik adalah fondasi untuk kinerja yang unggul. Ketika kita memberikan waktu untuk beristirahat, kita memberi kesempatan bagi otak kita untuk menyegarkan pikiran dan tubuh kita untuk mengisi ulang energi. Selain makna di atas, penggalan lagu ini juga mengajarkan kita untuk menghargai momen-momen sederhana dalam hidup. Hal sederhana seperti tidur nyenyak dapat memberikan manfaat yang besar bagi kesejahteraan kita.
Saat pertama kali menyadari lirik lagu tersebut—kebetulan sudah cukup lama saya tidak mendengarkan lagu—saya merasa tertohok ketika mendengarnya. Saya pernah ada di suatu titik di mana saya memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan banyak hal hingga menyita waktu tidur. Hal yang menjadi pergumulan kala itu adalah “Kuselesaikan sekalian sebelum tidur karena esok pasti sudah ada hal lain yang perlu dikerjakan, tapi sekarang sudah pukul 3 pagi,” “Nanti jika bangun aku harus mengerjakan apa dulu ya? Atau aku kerjakan sekarang saja biar tidak jadi pikiran? Tapi…,” “Mengapa saya selalu merasa lelah dan tidak segar saat bangun tidur? Padahal sudah tidur lho,” bahkan beberapa kali saya kurang mengindahkan sinyal-sinyal dalam tubuh saya bahwa ia sudah lelah. Ah, jika diingat memang itu hal yang menyedihkan. Meskipun demikian, saya merasa bersyukur dengan adanya kejadian tersebut. Beruntungnya lagi saya dikelilingi oleh sosok-sosok yang suportif dan menyadarkan saya menyadari pentingnya istirahat.
Berdasarkan Suni & Sign (2023), jam tidur yang sehat untuk rentang usia dewasa—karena saya dan mungkin sebagian pembaca masuk pada kategori usia ini—adalah 7-9 jam sehari. Oleh karena itu, individu dengan jam tidur kurang dari 7 jam atau lebih dari 9 jam dalam sehari dapat digolongkan ke dalam permasalahan tidur. Apabila hal ini terjadi dalam waktu yang lama, dapat mengganggu kerja ritme sirkadian yang ada dalam otak manusia. Ritme sirkadian merupakan proses internal yang mengatur jam biologis tubuh berupa rasa kantuk dan terjaga dalam kurun waktu 24 jam dan memiliki kecenderungan yang konsisten (Kalat, 2015). Sebagai tambahan informasi, ritme sirkadian ini dipengaruhi oleh hormon melatonin yang diproduksi oleh hormon pineal pada otak dan berfungsi untuk meningkatkan rasa kantuk. Produksi melatonin mencapai puncaknya pada tengah malam sehingga terjadilah deep sleep (Zisapel, 2018). Dengan kata lain, individu dengan durasi tidur malam lebih pendek dari tidur siang juga digolongkan dalam permasalahan tidur yang tidak sehat. Selain itu, hal ini dapat mengakibatkan pola tidur yang tidak beraturan dan kurang mampu produktif saat terjaga.
Tidur tidak hanya soal seberapa lama kita tidur, tetapi juga soal kualitasnya. Berangkat dari pengalaman pribadi saya, beberapa hal yang dapat saya bagikan untuk sedikit demi sedikit mengembalikan tidur agar lebih berkualitas:
1. Disiplin Jam Tidur
Disiplin pada jam tidur salah satunya adalah dengan menghindari tidur siang terlalu lama untuk menjaga ritme sirkadian dalam otak.
2. Menciptakan Suasana Nyaman
Menciptakan suasana ruangan tidur yang nyaman dengan memperhatikan kerapian tempat tidur, kenyamanan bantal, suhu, dan noise. Selain itu, membeli dan menaruh aroma-aroma yang menenangkan dapat membantu dalam tidur.
3. Melakukan Kebiasaan Menenangkan Sebelum Tidur
Melakukan kebiasaan yang menenangkan sebelum tidur agar dapat mendorong tubuh menjadi rileks dan siap untuk tidur. Kegiatan yang dapat dilakukan, antara lain, menghindari penggunaan ponsel ketika mendekati jam tidur, melakukan relaksasi seperti mendengarkan musik yang menenangkan, dan dapat meredupkan cahaya untuk meningkatkan produksi melatonin dalam tubuh.
Simsalabim… Tidak, tentu tidak semudah itu untuk mengubah dan mendapatkan kualitas tidur yang baik, terlebih jika sudah terbentuk pola tidur yang kurang sehat. Hingga hari ini pun, saya belum sebaik dan sesempurna itu, kok. Setidaknya, saya sekarang merasa lebih baik dan merasa lebih bisa produktif saat kondisi terjaga. Tidur sekarang bagi saya seolah bentuk recharge energi agar bisa kembali produktif ketika bangun. Ingat, rest well to work well—ini tentu menjadi pengingat juga untuk saya. Dengan memberikan perhatian yang tepat pada istirahat, kita akan mengalami peningkatan dalam produktivitas, kesehatan, dan kebahagiaan secara keseluruhan. Jadi, kapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang?
Penulis
Francisca Novita Setya Wardhani (Asisten P2TKP Angkatan 2022)
Penyunting
1. Verena Diandra Hermawan (Asisten P2TKP Angkatan 2022)
2. Putu Maharani Karuna Citra (Asisten P2TKP Angkatan 2021)
Daftar Acuan
Hindia. (2019). Secukupnya [Song]. Menari dan Bayangan. Sun Eater.
Kalat, J.W. (2015). Biological Psychology 9th Edition. Penerbit Salemba Humanika.
Suni, E. & Sign, Abhinav. (2023, July 12). How Much Sleep Do We Really Need? Sleep Foundation. Retrieved July 12, 2023, from https://www.sleepfoundation.org/articles/how-much-sleep-do-we-really-need.
Zisapel, Nava. (2018). New perspectives on the role of melatonin in human sleep, circadian rhythms and their regulation. British Journal of Pharmacology, 175(16), 3190-3199.
Sumber Gambar
Pappas, G. (2018). Woman sleeping on bed under blankets [Stock Image]. Unsplash. https://unsplash.com/photos/rUc9hVE-L-E.