
RESILIENSI : KETAHANAN PSIKOLOGIS DALAM KEJUTAN KEHIDUPAN
Kehidupan ini selalu penuh dengan kejutan. Kejutan bisa datang melalui berbagai peristiwa tak terduga dalam hidup yang tidak jarang membawa perubahan dalam kehidupan. Salah satu contohnya adalah peristiwa pandemik global COVID-19 yang sedang melanda seluruh dunia. Peristiwa yang mengejutkan ini tentunya memunculkan berbagai dampak, khususnya dampak secara psikologis. Dalam artikel jurnal berjudul Patients with mental health disorders in the COVID-19 epidemic, Hao Yao mengatakan bahwa epidemik (dan sekarang sudah menjadi pandemik global) dari COVID-19 akan menyebabkan suatu dampak yang meluas terhadap munculnya ketakutan, kecemasan, dan depresi. Peristiwa ini sangat mengejutkan dunia, namun kita dituntut untuk beradaptasi dengan situasi ini.
Kita memerlukan suatu startegi untuk menghadapi dan beradaptasi dengan kenyataan dalam kehidupan yang tidak dapat kita prediksi. Strategi yang efektif akan membuat seseorang mampu untuk mengambil makna pembelajaran atas kenyataan. Strategi yang dimaksud adalah strategi penyesuaian diri dengan perubahan dalam kehidupan, atau yang disebut dengan resiliensi.
Resiliensi dapat merupakan proses adaptasi dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupan. Resiliensi akan membuat seseorang dapat menyesuaikan diri dan bertahan dari tekanan yang muncul dari berbagai kejutan dalam hidupnya. Namun resiliensi tidak menjamin seseorang terhindar dari tekanan dan kesulitan. Setiap orang berpotensi untuk mengalami tekanan dan ancaman, tetapi seseorang yang memiliki resiliensi akan memiliki ketahanan psikologis yang baik dalam menyikapi ancaman.
Ketahanan psikologis atau resiliensi akan membawa banyak manfaat. American Psychological Association (APA) dalam artikelnya yang berjudul Building Your Resilience menuliskan resiliensi dapat membuat seseorang bangkit dari krisis yang dihadapinya. Kebangkitan dari masa krisis akan berdampak pada pengembangan diri yang lebih baik. Seseorang akan bertumbuh menjadi pribadi yang kuat dan percaya diri terhadap kehidupannya. Resiliensi juga memberikan ketenangan dan dukungan dalam bersikap di masa krisis. Melalui survei yang saya lakukan kepada 42 responden, segala upaya yang mereka lakukan untuk bertahan dalam masa krisis pandemik COVID-19 didasarkan pada keinginan untuk memperoleh ketenangan dan dukungan. Upaya yang mereka lakukan dalam bertahan diyakini dapat membuat emosi menjadi stabil, memperoleh referensi dan validasi dalam bersikap dan pengambilan keputusan, serta mendapat kebijaksanaan.
Dalam artikelnya yang berjudul Building Your Resilience, APA memberikan beberapa tips untuk membangun resiliensi. Resilensi dapat dibangun melalui relasi dan koneksi dengan orang lain, ketenangan diri, tujuan dan target pribadi, dan pikiran yang positif.
Relasi dan koneksi dengan orang lain dapat menghindarkan seseorang dari rasa kesepian, terutama dalam masa krisis ini. Relasi dan koneksi yang baik dapat dibangun melalui keterbukaan dalam komunikasi. Keterbukaan mengenai perasaan dan persoalan akan membuat orang lain memahami kebutuhan kita dan bantuan yang diberikan akan bermanfaat. Sekitar 23% dari responden yang saya survei, relasi dan koneksi dibentuk dengan cara berkomunikasi kepada significant others (keluarga dan sahabat) melalui berbagai macam media obrolan. Hal itu membuat perasaan lebih tenang karena mereka menjadi tidak kesepian.
Situasi yang terjadi saat ini sudah sangat kacau sehingga berpotensi menyebabkan kekacauan dalam kehidupan orang-orang yang terdampak sehingga dalam masa krisis ini diperlukan ketenangan diri untuk bertahan dari segala ancaman. Sebuah sikap yang tenang akan membuat emosi menjadi jauh lebih stabil dan menjadi lebih bijaksana dalam pengambilan keputusan. Ketenangan diri dapat diperoleh melalui kegiatan yang berkaitan dengan spiritualitas, yaitu berdoa dan meditasi dan dengan kegiatan olahraga seperti yoga. Selain itu, yoga dapat membuat seseorang menjadi jauh lebih tenang.
Tujuan dan target pribadi akan menjadi hasrat bagi seseorang untuk berjuang dalam kehidupannya dan mengembangkan dirinya. Dalam masa krisis kehidupan seperti saat ini, tujuan dan target kita tidak menjadi suatu mission impossible, melainkan menjadi pemicu untuk tetap produktif. Kita dapat bertanya kepada diri sendiri “apa yang dapat saya lakukan dalam kondisi ini ?” Dengan menjawab pertanyaan tersebut, kita akan menjadi sadar bahwa masih ada harapan untuk melakukan suatu aksi, baik aksi yang bermanfaat untuk diri sendiri maupun bagi orang lain. Tentunya, aksi yang dilakukan harus realistis. Kita perlu mempertimbangkan kemampuan diri sendiri untuk melakukan suatu upaya. Apabila kurang mempertimbangkan hal tersebut, maka kita hanya akan menyelesaikan masalah dengan masalah.
Pikiran yang positif menjadi tips lainnya yang dapat membuat diri kita selalu memiliki harapan dalam masa krisis ini. Pikiran positif dilakukan dengan mengeliminasi pemikiran yang tidak masuk akal sehingga membuat seseorang menjadi optimis dan mendorong untuk berpikir secara logis dan realistis. Berbagai ancaman dapat disikapi melalui pemikiran yang positif sehingga strategi yang disusun dapat efektif untuk mengatasinya. Pikiran positif juga dapat dilakukan dengan menerima kenyataan dan menjadikan kenyataan sebagai sarana untuk belajar bagi orang yang mau menerimanya serta berpikir optimis bahwa selalu ada penyelesaian dari setiap krisis yang sudah dimulai.
Seseorang yang merasa kesulitan untuk melewati masa krisis ini, dapat mencari pertolongan atau bantuan psikologis dari lembaga psikologi. Bantuan dari psikolog akan membuat seseorang mampu untuk menghadapi kesulitan dalam masa krisis ini dan menyusun strategi yang efektif untuk bertahan. Dukungan dari seorang profesional di bidang psikologi akan memunculkan kepercayaan diri sehingga dapat menumbuhkan pikiran yang positif.
Masa krisis yang sedang kita hadapi ini memang bukan kenyataan yang kita harapkan di tahun 2020. Namun apa yang sedang kita hadapi bersama ini, mengajak kita untuk memiliki ketahanan psikologis karena dengan ketahanan psikologis yang kuat akan membuat kita mampu menerima kenyataan dan belajar darinya.
Referensi :
America Psychological Association. (2020, February 01). Building Your Resilience. Retrieved from https://www.apa.org/topics/resilience
Yao Hao, Chen Jian-Hua, Xu Yi-Feng. (2020). Patients with mental health disorders in the COVID-19 epidemic. Lancet Psychiatry, 7: 21.
Penulis : Yohanes Victorio Advendo
Penyunting : Gihon Gracia Wargya Utami