Karya Tulis,  Podjok Merenung

Merasa Hidup

Hidup selalu menuntut lebih. Ketika masih kecil, seorang anak dibentuk supaya memiliki cita-cita. Kemudian ketika beranjak dewasa, masih terus diajak untuk mengejar cita-citanya. Tidak jarang ada embel-embel harus sampai dapat. Padahal ketika cita-cita itu dibentuk belum tentu seorang anak tahu benar apa yang menjadi cita-citanya. Lalu bagaimanakah bila cita-cita tersebut pada akhirnya tidak tercapai? Apakah seorang anak akan dianggap gagal?
Aku memang tidak benar-benar mengerti bagaimana cara kerja dari kehidupan. Sebagai seorang mahasiswa, dulu aku punya mimpi. Banyak sekali mimpi yang ingin kuwujudkan. Tentu banyak pula rintangan yang ingin meruntuhkannya. Dalam pencapaian mimpiku terkadang aku merasa memiliki kemampuan untuk mewujudkannya. Namun, seringkali aku lupa bahwa hidup ini bukanlah milikku semata. Berbagai situasi memberikan aku pertanda bahwa panggilanku bukanlah mencapai impian masa kecilku. Akhirnya, keinginan hati dapat terkalahkan dengan kuatnya dinamika kehidupan. Singkat cerita, mimpiku memang tidak terwujud. Tetapi apakah aku gagal?
Bagiku penyimpangan impian bukanlah kegagalan. Mimpi hanyalah pijakan awal yang menjadi sebuah batu loncatan untuk mengarahkanku pada tujuan hidup. Tidak semua hal yang kita inginkan dapat terwujud dengan mudah. Semuanya memerlukan usaha. Bahkan merelakan mimpi yang tidak terwujud pun memerlukan usaha untuk bisa memaafkan diri sendiri, menerima kenyataan, dan mengikhlaskannya. Seperti itulah, kehidupan menuntut kita untuk terus memulai yang baru ketika kita mencapai atau tidak mencapai harapan dan mimpi kita. Begitulah cara kerja kehidupan yang aku tahu. Kita tidak pernah dibiarkan tahu untuk apa kita hidup, sehingga kita perlu terus mencoba dan berusaha menggerakkan diri supaya dapat memahami makna kehidupan ini.
Penulis : Bernadeta Restu Widhi Rosari
Editor : Merrysha & Andre