Karya Tulis,  Podjok Merenung

Menolong Orang Lain adalah Menolong Diri Sendiri

Did you hear my covert narcissism I disguise as altruism,
like some kind of congressman?
(Anti-Hero, Taylor Swift)

Sebagai makhluk sosial, manusia pasti akan membutuhkan orang lain untuk bertahan hidup. Rasa butuh yang dirasakan setiap orang bisa berbeda-beda, mulai dari kebutuhan untuk dibantu atau membantu, kebutuhan untuk menjalin relasi emosional, dan sebagainya. Pada kehidupan sehari-hari, saya juga membutuhkan orang lain untuk melakukan berbagai kegiatan atau mengambil beberapa keputusan. Saya sering kali merasa membutuhkan orang lain untuk membantu saya dalam mengambil keputusan-keputusan sederhana. Misalnya, makanan apa yang harus saya makan hari ini, rekomendasi film atau buku untuk dijadikan hiburan saat libur, dan mendengarkan keluh kesah saya selama satu hari panjang yang sudah saya lalui. Namun, tidak jarang pula, saya meminta bantuan teman-teman saya untuk memberikan pendapat dalam hal-hal yang lebih serius, yaitu mengenai tugas kuliah atau keputusan penting untuk menerima suatu kepanitiaan yang akan memengaruhi kehidupan perkuliahan saya ke depannya.

Berkaitan dengan hal tersebut, teman-teman saya juga sering kali meminta bantuan dari saya. Bantuan yang mereka butuhkan bisa bermacam-macam, mulai dari mendengarkan keluh kesah mereka sampai meminta bantuan saya untuk menemani mereka pergi ke suatu tempat. Pada waktu-waktu tertentu, saya akan dengan senang hati membantu mereka, tetapi ada pula beberapa waktu di mana saya membantu mereka karena merasa tidak enak untuk menolak atau ingin dilihat sebagai teman yang baik dan selalu ada untuk mereka. Saya akan menyampingkan kepentingan saya agar teman-teman yang membutuhkan saya merasa bahwa mereka tidak sendirian. Namun, terkadang hal ini membuat saya tidak nyaman dengan keadaan tersebut. Meskipun tujuan saya baik, tetapi ada bagian dari diri saya yang mengetahui bahwa sebenarnya saya melakukan semua itu untuk diri saya sendiri.

Menurut Rizky, Rini, & Pratitis (2021), dalam psikologi, sikap atau perilaku sosial senang dan ingin selalu membantu orang lain tanpa meminta imbalan hingga sering kali mengabaikan kepentingan diri sendiri dapat disebut sebagai altruisme. Sikap altruisme juga berkaitan dengan perasaan empati dan ketenangan yang mungkin saja dirasakan ketika membantu orang lain. Terkadang, ada pula faktor situasional, seperti adanya kesamaan atau keakraban yang dirasakan terhadap orang yang memerlukan bantuan (Nadya, 2022). Secara umum, altruisme biasanya dilakukan dengan motivasi untuk membantu orang lain yang memang membutuhkan. Namun, bagaimana jika ternyata sikap altruisme yang dilakukan dengan motivasi menguntungkan diri sendiri?

Belakangan, saya menyadari bahwa ada kalanya saya membantu orang lain agar terlihat sebagai teman atau sosok yang baik dan pengertian. Dalam hal ini, saya tidak membantu mereka dengan pemikiran bahwa mungkin saja di masa depan saya akan membutuhkan bantuan mereka, tetapi saya membantu agar saya terlihat sebagai pribadi yang peduli. Perilaku tersebut membuat saya mendapatkan berbagai pujian dan dikenal sebagai orang yang bisa diandalkan. Saya juga bisa bersosialisasi dan berteman dengan banyak orang karena mereka menganggap saya sebagai orang yang murah hati dan bisa dimanfaatkan. Namun, apakah saya merasa senang dan puas akan hal tersebut?

Pada kenyataannya, saya masih merasa tidak nyaman karena perilaku altruisme yang saya lakukan bertujuan untuk memperlihatkan kepada orang lain bahwa saya adalah pribadi yang baik. Selain mendapat banyak keuntungan akan hal itu, saya merasa seperti memiliki kewajiban untuk menolong setiap orang jika saya benar-benar ingin memiliki teman. Saya seakan-akan harus selalu ada untuk mereka hingga melupakan diri saya sendiri. Hal ini membuat saya kelelahan dan justru membenci diri saya sendiri. Saya berpikir bahwa saya harus selalu ada untuk orang lain karena jika tidak, mereka akan melupakan saya dan berhenti berteman dengan saya. Pemikiran tersebut membuat saya tetap melakukan perilaku altruisme yang sebenarnya sudah tidak sehat bagi diri saya sendiri. Saya memaksakan diri untuk dianggap baik hingga melupakan apa yang sebenarnya baik untuk diri saya sendiri.

Seiring berjalannya waktu, saya mulai bisa belajar untuk bersikap jujur kepada teman-teman dan juga kepada diri saya sendiri. Hal ini dimulai dengan usaha saya untuk menjaga keseimbangan antara membantu teman-teman dan juga diri saya sendiri. Ketika saya merasa mampu, saya akan bersedia menolong mereka, tetapi saya juga menciptakan batasan untuk diri saya sendiri sehingga tidak memaksakan diri dan tetap melihat kemampuan yang saya miliki. Setelah menjalankan hal tersebut selama beberapa waktu, saat ini saya merasa lebih nyaman dengan diri saya sendiri. Di sisi lain, ternyata teman-teman saya juga tidak meninggalkan atau melupakan saya begitu saja hanya karena saya tidak dalam kondisi yang memungkinkan untuk membantu mereka dalam segala hal.

Mari kita berusaha menolong orang-orang di sekitar kita sesuai dengan kemampuan yang kita miliki tanpa melupakan diri kita sendiri di dalam prosesnya! 

 

Penulis
Maria Putri Dwi Astuti / Asisten P2TKP Angkatan 2023

Penyunting
1. Ariolietha Joanna Kintanayu / Asisten P2TKP Angkatan 2023
2. Bernadeta Karisma Putri / Asisten P2TKP Angkatan 2022


Daftar Acuan
Rizky, A. Z. A., Rini, A. P., & Pratitis, N. (2021). Korelasi empati dan perilaku altruisme pada mahasiswa. Sukma: Jurnal Penelitian Psikologi, 2(1), 20-31.

Nadya, W. (2022, April 26). ‘Si Penolong’: Mengenal Perilaku Altruisme dalam Psikologi. Kampus Psikologi. Retrieved 15 February 2024, from https://kampuspsikologi.com/altruisme-dalam-psikologi/.

Sumber Gambar
Dokumentasi pribadi, Maria Putri Dwi Astuti.