Menjadi Terbuka dan Percaya
Pernah nggak kalian merasa susah banget untuk terbuka dengan orang lain? Atau sebaliknya, kalian punya orang yang menjadi safe place untuk menceritakan segala pikiran dan pengalaman kalian? Pastinya ini melibatkan keterbukaan untuk membangun relasi yang baik dan mendalam, ya. Psikologi punya istilah khusus yang berkaitan dengan keterbukaan seseorang ini, yaitu self-disclosure.
Istilah self-disclosure ini pertama kali dikemukakan oleh Sidney Jourard pada tahun 1958. Saat itu, Sidney menghubungkan hasil ini dengan kesalahpahaman dalam relasi dan definisi cinta dari Erich Fromm. Berbicara tentang cinta, menurut Fromm, salah satu syarat cinta adalah mengenal orang yang dicintai. Selain itu, proses mencintai juga membutuhkan keinginan untuk membuat diri sendiri dikenal oleh orang yang dicintai. Jadi, dimulai dari diri sendiri juga, ya. Proses ini menyebabkan dyadic effect, yaitu semakin banyak seseorang mengungkapkan informasi kepada orang lain, maka semakin banyak pula informasi yang didapatkan dari orang lain.
Mari berbicara tentang cinta, bukan hanya dikaitkan dengan pasangan, tetapi juga orang-orang terdekat kita seperti keluarga dan sahabat. Beberapa peristiwa yang hadir di kehidupan kita pasti akan bersinggungan dengan relasi interpersonal. Begitupun dengan saya sendiri yang menemui beberapa orang yang menjadi bagian terlukisnya kisah hidup saya selama ini. Sebagai seorang perantau yang jauh dari keluarga, rasanya cukup berat menerima bahwa ada jarak pemisah di antara kami. Namun, Tuhan itu memang Maha Baik, ya. Saya bertemu beberapa orang istimewa untuk menemani saya, seorang pengembara ini, di tempat yang baru dan mungkin asing. Ketika pertama kali sampai di sini, saya pernah berpikir, apakah nanti saya bisa membangun pertemanan yang baik atau tidak di sini. Namun ternyata, dengan keberanian untuk membuka diri dan membagikan informasi tentang diri sendiri, saya mendapatkan feedback baik yang serupa. Semakin saya membuka diri, semakin mereka mengerti keadaan saya dan mampu memposisikan diri sebagai teman yang baik. Hal yang saya syukuri adalah teman-teman di kelas dan di kantor yang sangat baik. Kalau dukungan keluarga selalu ada secara online, maka mereka inilah dukungan yang hadir secara offline. Ketika sedang mengerjakan tugas, jeda jam kuliah, atau mengurus proyek, berinteraksi dengan mereka benar-benar menguatkan.
Interaksi yang saya dan teman-teman saya lakukan untuk saling mengenal bisa berupa makan bersama, eksplorasi tempat baru, jalan-jalan, dan deep talk. Menurut Morton (Sears dkk, 1989) informasi diri bisa berupa deskriptif atau evaluatif. Informasi deskriptif bisa berupa zodiak, alamat, jurusan, atau tanggal lahir. Informasi evaluatif dapat berupa penilaian atau pandangan diri, misalnya kejadian yang bermakna atau karakteristik orang yang tidak disukai. Biasanya, saya dan teman-teman lebih banyak membagikan informasi evaluatif untuk saling mengenal satu sama lain, terutama dengan membahas perasaan-perasaan sensitif
Self-disclosure benar-benar diaplikasikan dengan baik oleh orang-orang terdekat saya. Ketika saya sedih dan lelah, mereka menampung dan memvalidasi perasaan saya. Mereka juga mendukung bahkan membantu agar saya tidak kesusahan atau merasa sendirian. Tidak ada persaingan yang tidak sehat di sini, semua menjadi inspirasi satu sama lain. Orang yang tidak mengenal diri saya dengan baik mungkin sering melihat saya tertawa dan ceria, tetapi teman-teman saya sepertinya lebih sering melihat Ephin yang sedang kehabisan energi atau menangis. Kejujuran tentang perasaan saya dapat mereka pahami dengan baik, entah berapa banyak peluk dan ‘puk-puk’ yang diberikan untuk membantu mengokohkan bahu ini lagi. Dengan menjadi apa adanya di mata mereka dan membuat mereka mengenal Ephin yang sebenarnya, relasi yang paling mampu untuk saling memahami pun saya dapatkan. Begitupun sebaliknya, saya juga akan melakukan hal baik itu kepada mereka.
Akhir kata, jadilah apa adanya. Dengan begitu, kamu akan menemukan orang-orang yang menyayangimu dengan apa adanya dan menerima saat dirimu kuat dan rapuh. Terbukalah dan percaya, maka hal-hal baik akan mendatangimu.
Penulis
Maria Yosephin De Gama / Asisten P2TKP Angkatan 2022
Penyunting
1. Bernadeta Karisma Putri / Asisten P2TKP Angkatan 2022
2. Hapsari Gagana Atitasitala / Asisten P2TKP Angkatan 2024
3. Maria Putri Dwi Astuti / Asisten P2TKP Angkatan 2023
Daftar Acuan
Jourard, S. M. (1958). A study of self-disclosure. Scientific American, 198(5), 77-86.
Sears, dkk. (1998). Psikologi Sosial Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Sumber Gambar
Arimas. (2024, 13 September). Dokumentasi Pribadi.