
Menjadi Cermin Satu Sama Lain
Tidak terasa bahwa banyak remaja kini sedang menjalani proses menjadi dewasa. Sebagai salah satu yang sedang mengalaminya, saya dan mungkin banyak orang di luar sana, mengira berkembang menjadi dewasa adalah proses yang selalu menyenangkan dan mudah. Namun, nampaknya itu hanya bayangan di masa kecil saja. Nyatanya, banyak pengalaman dan relasi dengan orang lain yang harus ditempuh demi menjadi dewasa.
Menurut Arnett (2000), individu akan mengalami tahap perkembangan emerging adulthood pada usia 18-25 tahun. Mereka dianggap sudah bukan lagi remaja, tetapi juga belum bisa dikatakan dewasa. Pada tahap tersebut, individu akan berusaha untuk membentuk identitas dirinya dengan mengeksplorasi banyak hal, salah satunya melalui relasi berpacaran. Namun, dalam menjalin relasi pacaran, mereka akan cenderung melibatkan lebih banyak kedekatan atau keintiman dan komitmen jika dibandingkan dengan remaja.
Saat masih menjadi seorang remaja, saya belum menyadari bagaimana caranya untuk benar-benar bersikap seperti orang dewasa. Bagi saya saat itu, menjadi dewasa tidak jauh-jauh dari sekadar bertanggung jawab untuk menghidupi diri sendiri. Sebagai remaja yang sering menonton dan membaca cerita romantis, nampaknya sangat umum untuk mendamba-dambakan bisa berpacaran saat sudah dewasa. Menurut diri saya yang saat itu masih remaja, pacaran tampak seakan-akan hanya dipenuhi oleh hal-hal menyenangkan. Kalau pun harus bertengkar, saya mengira pasti bisa mengatasinya dengan mudah.
Tanpa saya sadari, saya sudah tidak lagi menjadi remaja. Selama ini, saya tidak pernah betul-betul merefleksikan bagaimana diri saya sesungguhnya di mata orang lain. Menurut pandangan saya, saya bukanlah orang yang seburuk itu. Hingga akhirnya…
Kini usia saya sudah hampir 23 tahun dan saya baru mulai benar-benar menyadari bahwa saya sebetulnya sedang dalam proses untuk menjadi dewasa. Kebetulan, saya juga menjalin hubungan romantis dengan seseorang selama hampir empat tahun. Beberapa tahun lalu, saya belum pernah berpikir sejauh apa manfaat menjalin hubungan pacaran bagi diri saya sendiri. Terlebih, bertengkar dengan pacar sempat menjadi makanan sehari-hari. Tidak jarang, kami saling mengkritik sifat dan perilaku satu sama lain. Ketika sedang bertengkar, rasa ingin menjadi yang paling benar jadi sangat tinggi sehingga rasanya sangat sulit untuk menerima kritik dan fakta bahwa saya juga tidak sempurna. Namun, sampai kapan saya harus menjadi orang yang selalu hanya mau menyalahkan dan mengkritik pasangan saya sendiri?
Perlahan, saya mulai merenungkan mengapa dia sampai harus mengkritik sifat yang ada dalam diri saya. Kemudian, saya pun mulai menyadari bagaimana pikiran, perasaan, dan perilaku yang saya alami dan tunjukkan saat menjalin relasi dengan orang lain, bahkan dengan diri saya sendiri. Saya belajar untuk mengenal diri saya sendiri lebih dalam. Ternyata, ada banyak hal tentang diri saya yang bahkan baru saya sadari dan kenali sejak saya berpacaran, entah itu baik atau buruk. Saya merasa seakan-akan saya bukanlah orang yang selama ini saya bayangkan beberapa tahun lalu, terutama saat sebelum berpacaran.
Bagi saya, proses mengenal dan menerima diri sendiri itu sangat menyakitkan dan melelahkan. Ada kalanya, saya jadi semakin tidak percaya diri dan justru membenci diri saya sendiri. Apalagi, jika saya harus mendengarnya dari orang terdekat. Namun, kalau tidak ada orang lain yang mengatakannya, bagaimana saya bisa selalu menyadarinya? Menyadari dan mengenali diri sendiri terkadang tidak semudah melihat bayangan fisik kita di cermin. Walaupun menyakitkan, tetapi pasangan saya juga berjasa menjadi “cermin” yang dapat membantu saya mengenali diri saya lebih dalam sehingga saya pun bisa berusaha menjadi lebih baik. Ternyata, relasi romantis berdampak sangat besar pada perkembangan diri saya sendiri. Jadi, relasi romantis ternyata bukan sekadar sarana untuk mencari kesenangan, tetapi juga untuk menemukan diri sendiri lebih dalam lagi. Bagaimana, setuju?
Penulis
Bernadeta Karisma Putri / Asisten P2TKP Angkatan 2022
Penyunting
1. Ariolietha Joanna Kintanayu / Asisten P2TKP Angkatan 2023
2. Maria Putri Dwi Astuti / Asisten P2TKP Angkatan 2023
Daftar Acuan
Arnett, J. (2000). Emerging Adulthood: A Theory of Development From The Late Teens Through The Twenties. American Psychologist.
Sumber Gambar
Sánchez, I. (2019, 7 Mei). Reflection of Woman’s Eye on Broken Mirror. Pexels. https://www.pexels.com/photo/reflection-of-woman-s-eye-on-broken-mirror-2282000/.