Kunci Kebahagiaan: Bersyukur
Pada hakikatnya, bahagia atau tidaknya seseorang dalam hidup tergantung pada perspektif yang dimiliki. Hidup penuh dengan perspektif yang berbeda-beda – kembali ke setiap orang secara pribadi ingin memilih yang mana. Maka dari itu, penentu dari baik atau buruknya suatu peristiwa adalah reaksi kita terhadap hal tersebut. Walaupun terkadang kita tidak menyadarinya, kita secara aktif menentukan bagaimana kita hendak memandang situasi yang ada. Lalu, bagaimana jika dalam menjalani hidup, kita secara sadar memilih perspektif untuk mensyukuri semua peristiwa yang ada?
Suatu penelitian di tahun 2019 menemukan bahwa para individu yang melakukan kebiasaan untuk bersyukur mempunyai kecenderungan untuk bersikap positif, secara subjektif menilai diri lebih bahagia dan puas dalam hidup, serta mengurangi sikap negatif dan gejala depresi (Cunha dkk., 2019). Secara sosial, rasa syukur juga dapat meningkatkan rasa percaya diri, membuat orang lain lebih menyukai diri kita, meningkatkan relasi pertemanan, memperkuat relasi dengan orang lain (terutama di masa sulit), membuat kita lebih optimis, mengurangi kecenderungan untuk bersikap materialistis, serta meningkatkan kesabaran (Ackerman, 2021).
Tidak hanya secara emosional, tetapi juga ketika bersyukur, terdapat reaksi fisiologis yang terjadi pada diri kita. Reaksi fisiologis ini dapat berupa pengaktifan neurotransmiter yang bersifat positif dan menimbulkan perasaan gembira, seperti neurotransmiter dopamin, serotonin, dan oksitosin (Field, 2021). Selain itu, berdasarkan penelitian yang melihat hasil scan otak secara fMRI, para individu yang melatih rasa syukur secara rutin mempunyai perkembangan yang signifikan di bagian medial prefrontal cortex – sehingga mereka memiliki kemampuan pengambilan keputusan dan mempelajari hal baru yang lebih tinggi (Brown & Wong, 2017). Selebihnya, penelitian tersebut juga mendapati bahwa perkembangan struktur otak yang diamati bersifat kontinu dan bertahan lama secara jangka panjang sehingga kebiasaan untuk bersyukur ini dapat terus meningkatkan kesehatan mental secara berkelanjutan. Terkait dengan kondisi fisik secara umum, rasa syukur dapat mengurangi risiko tekanan darah tinggi, meningkatkan kualitas tidur, meningkatkan fungsi jantung dan melancarkan peredaran darah, serta mengurangi gejala stres (Ackerman, 2021).
Maka dari itu, mari kita latih rasa syukur dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Belajar kebiasaan dari penduduk negara-negara paling bahagia di dunia
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh PBB, negara-negara paling bahagia di dunia adalah Finlandia, Norwegia, Swedia, Denmark, dan Islandia. Beberapa hal yang mendukung ini merupakan keamanan ekonomi dan banyaknya institusi sosial yang menyokong aspek hidup semua penduduknya. Penduduk negara tersebut tidak berusaha mengejar kenikmatan duniawi ataupun bekerja lembur, tetapi mereka mempraktikkan kebiasaan untuk bersyukur, serta beristirahat di antara jam kerja. Secara statistik, negara-negara tersebut juga mempunyai tingkat korupsi yang rendah dan tingkat kepercayaan sosial yang tinggi. Hal ini menyebabkan para penduduk negara tersebut untuk mempunyai tingkat stres yang rendah sehingga mereka merasa puas dengan hidup masing-masing dan menilai hidupnya berarti. Hal ini juga membuat mereka memiliki lebih banyak waktu untuk menikmati aspek hidup yang mereka sukai dan maknai lebih dalam (Field, 2021).
2. Bersyukur secara aktif setiap waktu
Suatu hal yang disarankan oleh psikolog untuk melatih rasa syukur adalah untuk mempunyai suatu buku atau diari yang disebut sebagai gratitude journal. Buku tersebut berisi tulisan-tulisan mengenai persoalan sehari-hari yang dapat disyukuri. Kegiatan ini dapat dimulai secara sederhana, misalnya dengan memperhatikan hal-hal kecil pada keseharian yang terjadi dan mensyukuri hal tersebut. Contoh dari hal-hal kecil dapat berupa bersyukur atas hari yang cerah dan tidak hujan, bersyukur atas sarapan yang dapat disantap di pagi hari, ataupun bersyukur karena telah mendapatkan tempat parkir yang nyaman di kantor (Field, 2021).
3. Melatih kebiasaan untuk bersyukur
Selain mempunyai gratitude journal, kita juga dapat dengan penuh kesadaran dan secara khusus berencana untuk melakukan kegiatan dengan penuh rasa syukur. Kegiatan ini dapat berupa mengirim pesan ucapan terima kasih kepada teman yang telah membantu kita, melihat kembali foto-foto lama dan membuat kolase tentang kejadian yang menimbulkan rasa syukur, ataupun berjalan di sekitar taman dan mensyukuri hal-hal yang dapat dilihat di sekitar (Field, 2021).
4. Berdoa dan meditasi
Merenungkan rasa syukur yang dirasakan dalam diri sangatlah penting, maka kita perlu untuk meluangkan waktu untuk berdiam dengan perasaan itu. Doa ataupun meditasi dapat difokuskan pada rasa syukur di here and now (di sini dan saat ini). Aktivitas ini dapat menciptakan ketenangan dan kedamaian dalam hati (Harvard Health, 2021).
5. Memaknai ulang situasi yang dianggap buruk
Pada umumnya, ketika ada suatu peristiwa yang merugikan diri kita, perspektif yang diambil adalah sisi negatifnya. Dalam proses melatih diri untuk bersyukur, merupakan sesuatu yang bermanfaat apabila kita dapat memaknai ulang peristiwa buruk yang telah terjadi menjadi suatu hal yang dapat kita syukuri. Kita dapat mensyukuri pelajaran hidup yang didapat melalui peristiwa negatif tersebut, mencari sisi positif dari peristiwa itu, ataupun bersyukur karena kita telah berhasil melalui peristiwa buruk itu (Ackerman, 2021).
Rasa syukur yang tulus dan kuat mempunyai banyak manfaat bagi kita – dengan manfaat utama berupa kebahagiaan dan kesehatan secara fisik dan psikis. Maka dari itu, marilah kita banyak bersyukur atas hal-hal kecil dan sederhana yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Ackerman, C. E. (2021, September 10). 28 Benefits of Gratitude & Most Significant Research Findings. PositivePsychology.Com. https://positivepsychology.com/benefits-gratitude-research-questions/
Brown, J., & Wong, J. (2017, Juni 6). How Gratitude Changes You and Your Brain. Greater Good Magazine. https://greatergood.berkeley.edu/article/item/how_gratitude_changes_you_and_your_brain
Cunha, L. F., Pellanda, L. C., & Reppold, C. T. (2019). Positive Psychology and Gratitude Interventions: A Randomized Clinical Trial. Frontiers in Psychology, 10. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2019.00584
Field, B. (2021, Mei 17). How Being Grateful Can Actually Make You Happier. Verywell Mind. https://www.verywellmind.com/how-gratitude-makes-you-happier-5114446
Harvard Health. (2021, Agustus 14). Giving thanks can make you happier. Harvard Health Publishing. https://www.health.harvard.edu/healthbeat/giving-thanks-can-make-you-happier
Sumber Gambar:
Foto oleh Nathan Dumlao, 2020, Unsplash
Penulis:
Agnes Nimas Nindyalaras
Penyunting:
- Bernadeta Karisma Putri (Mahasiswa Fakultas Psikologi 2020, Universitas Sanata Dharma)
- Putu Maharani Karuna Citra (Mahasiswa Fakultas Psikologi 2019, Universitas Sanata Dharma)