Karya Tulis,  Podjok Merenung

Kebiasaan Membandingkan Diri

“Mengambil handphone, membuka Instagram, melihat pencapaian yang orang lain bagikan dalam postingan, kemudian membandingkan dirinya dengan diri kita…”

Tak jarang kita membandingkan diri kita dengan orang lain, baik dengan disengaja maupun tidak disengaja. Kita mungkin juga pernah menjadikan orang lain sebagai cermin bagi diri kita untuk melakukan tindakan, di mana orang itu sebetulnya bukanlah gambaran nyata dari diri kita. Itu merupakan salah satu hal yang semakin menunda kita untuk bisa sampai pada self-actualization atau aktualisasi diri.

Aktualisasi diri merupakan salah satu kebutuhan dimana seseorang akan memenuhi dirinya dengan memanfaatkan bakat atau potensi-potensi yang ia miliki. Atau mudahnya, aktualisasi diri adalah kebutuhan untuk hidup sesuai potensi diri yang seutuhnya. Abraham Maslow membagi kebutuhan tersebut menjadi lima, yaitu kebutuhan fisiologis (makan dan minum), kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan penerimaan dari orang lain, kebutuhan akan harga diri, serta kebutuhan aktualisasi diri. Maslow menyusunnya dalam hierarki kebutuhan berbentuk piramida yang mana aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang berada pada tingkatan paling atas. Maslow menjelaskan bahwa kebutuhan tingkat satu harus terpenuhi guna dapat beralih pada kebutuhan tingkat dua, dan seterusnya. Dengan kata lain, kebutuhan aktualisasi ini belum dapat dicapai jika empat kebutuhan lainnya belum terpenuhi. Maslow juga menyusun kebutuhan-kebutuhan ini berdasarkan motivasi kita untuk mencapainya. Empat kebutuhan terbawah masuk dalam kebutuhan yang didorong oleh adanya rasa tidak puas, kekurangan sesuatu, atau takut dan cemas. Sebagai contoh, kita makan untuk memenuhi rasa lapar atau kekurangan akan makanan. Sedangkan kebutuhan teratas, yaitu aktualisasi diri dikendalikan oleh perasaan dimana kita ingin hidup sesuai dengan potensi yang kita miliki, bukan lagi untuk memenuhi rasa tidak puas atau yang lainnya.

Kembali lagi pada membandingkan diri dengan orang lain, jika kita terus-menerus melakukan kegiatan ini maka kita akan semakin menjauh dari aktualisasi diri. Seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri akan cenderung fokus pada potensi yang dimilikinya dan berusaha memenuhi kehidupannya dengan apa yang ia miliki, tentu saja tidak fokus dengan potensi orang lain dan membandingkan diri dengan mereka. Namun, tidak membandingkan diri dengan orang lain hanyalah satu contoh kecil dari banyaknya hal yang dilakukan oleh mereka yang sudah mencapai aktualisasi diri. Jika kita memahami hal ini dan menyadari bahwa kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain akan semakin menjauhkan kita dari aktualisasi diri, maka kita akan lebih memberikan perhatian untuk tidak melakukannya. Hal ini dikarenakan seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri tentu merupakan orang yang mengenal dirinya dengan sangat baik, mengerti kelebihan, kekurangan, bakat, dan minat yang dimiliki. Tak hanya sampai pada mengerti, namun ia juga dapat menerima serta hidup dalam semua yang ada dalam dirinya.

 

Referensi

Feist & J. Feist, (2009). Teori kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika

Madyo Maryoto. (2020, 12 April). Kebutuhan aktualisasi diri. [Video]. Youtube https://youtu.be/5Q8f5B0U1Uo

Satu Persen. (2020, 2 Juli). Lima tingkat kebutuhan manusia (Makna hidup ala Abraham Maslow). [Video]. Youtube. https://youtu.be/_jAR4yhqLs8

Sumber Gambar : https://pixabay.com/id/illustrations/matahari-terbenam-anak-laki-laki-110305/

 

Penulis : Ribka Prasetyaningtyas

Penyunting : Anak Agung Ayu Metta Nanda Kusuma