Jangan Tenggelamkan Dirimu di Arus Sosial
“Aduh, kok temen-temenku pada join ini sih? Aku jadi FoMO deh.” “Wah, kamu habis beli baju yang lagi nge-trend itu ya? FoMO ya kamu?” Kalian semua pasti pernah mendengar istilah “FoMO” dalam kehidupan sehari-hari. Istilah ini bisa dipakai di mana dan kapan saja, serta biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu perasaan “takut akan ketertinggalan”. Namun, apa sebenarnya arti FoMO? Di sini, saya akan menceritakan pengalaman saya menghadapi FoMO sebagai seorang mahasiswa, dan apa pengaruhnya ke kehidupan saya.
Menurut Gupta & Sharma (2021), FoMO atau Fear of Missing Out didefinisikan sebagai suatu ketakutan bahwa orang lain mungkin mendapatkan pengalaman berharga yang tidak dimiliki seseorang. Fenomena ini dicirikan oleh keinginan untuk terus terhubung dengan apa yang dilakukan orang lain. Sebagai generasi yang bertumbuh dengan media sosial, saya sendiri pun tidak lepas dari fenomena ini. Dalam media sosial, seseorang selalu bisa mengetahui apa yang terjadi dan bisa melihat apa yang dilakukan satu sama lain dengan mudah setiap saat, hal ini tentu berpengaruh kepada bagaimana cara saya membuat pilihan. Salah satu contoh terdekat yang pernah saya rasakan adalah ketika memilih untuk bergabung dalam suatu kepanitiaan karena teman-teman saya berada dalam kepanitiaan itu. Namun kemudian, justru saya sendiri yang kelelahan dengan beban kerja saya karena apa yang saya lakukan bukanlah kegemaran saya, tetapi hanya karena tidak mau tertinggal dengan yang lainnya.
Menurut La Guardia, J. G., & Patrick, H. (2008), FoMO terdiri dari 2 proses. Proses yang pertama adalah adanya persepsi “ketinggalan”dan kemudian diikuti dengan tindakan kompulsif untuk memperbaiki hubungan sosialnya. Hal inilah yang saya lakukan saat mengikuti kepanitiaan tanpa berpikir dua kali. FoMO menjadi semakin mungkin terjadi dalam kehidupan kita, karena media sosial adalah suatu hal yang begitu sering kita jumpai dalam kehidupan kita. Apalagi, ditemukan bahwa FoMO berkaitan dengan intensitas penggunaan media sosial (Roberts & David, 2019). Dalam kata lain, penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menjadi penyebab meningkatnya FoMO pada diri seseorang ataupun sebaliknya. Padahal, pengaruh fenomena ini pada diri seseorang belum tentu baik. Ada berbagai dampak negatif yang dapat disebabkan oleh fenomena FoMO, seperti kurangnya tidur dan berkurangnya physical well-being atau kesehatan fisik, berkurangnya kompetensi diri, tekanan emosional serta kurangnya regulasi emosi, bahkan sampai pada berkembangnya kecemasan dalam kasus terburuk (Altuwariqi et al., 2019). Tidak hanya itu, FoMO juga menjadi salah satu faktor pendukung prokrastinasi media sosial (Li & Ye, 2022). Hal ini tentu berpengaruh buruk bagi mahasiswa yang memiliki segudang aktivitas untuk dilakukan sebab mereka justru akan sering menunda pekerjaan dengan beralih pada media sosial.
Sebagai makhluk sosial, terkadang kita tidak bisa mengatur satu perasaan kecil di hati bahwa kita selalu ingin mengikuti keramaian. Namun demikian, ada saatnya kita perlu berani mengambil tindakan atas nilai-nilai dalam diri yang kita percayai. Terkadang ada saatnya kita harus berdiri sendiri dan memvalidasi diri sendiri mengenai apa yang terbaik bagi diri kita karena hanya kita yang mengetahui batasan diri kita dengan sangat baik. Selama perkuliahan, saya belajar bahwa kesempatan akan terus hadir, seberapun takutnya saya akan tertinggal. Namun, belum tentu kesempatan itu akan membuat kita bahagia karena kesempatan tidak pernah mempertimbangkan kesehatan mental ataupun fisikmu. Kesempatan baru tidak akan peduli apakah kamu sudah menghabiskan waktu dengan orang yang kamu kasihi. Kita perlu menyadari bahwa hidup ini tidak selalu berfokus pada pekerjaan saja, tetapi juga ada hal lainnya yang perlu kita perhatikan. Akhir kata, letakkan handphone-mu, berusahalah untuk mencari keseimbangan dan stay true to yourself karena kamu tidak akan ketinggalan apapun!
Penulis
Anargya Aristawidya / Asisten P2TKP Angkatan 2023
Penyunting
1. Bernadeta Karisma Putri / Asisten P2TKP Angkatan 2022
2. Maria Putri Dwi Astuti / Asisten P2TKP Angkatan 2023
Daftar Acuan
Altuwariqi, M., Jiang, N., & Ali, R. (2019). Problematic Attachment to Social Media: Five Behavioural Archetypes. Int J Environ Re Public Health, 16(12), 2136. https://doi.org/10.3390%2Fijerph16122136.
Gupta, M., & Sharma, A. (2021). Fear of missing out: A brief overview of origin, theoretical underpinnings and relationship with mental health. World J Clin Cases, 9(19), 4881-4889. https://doi.org/10.12998%2Fwjcc.v9.i19.4881.
La Guardia, J. G., & Patrick, H. (2008). Self-determination theory as a fundamental theory of close relationships. Canadian Psychology/Psychologie canadienne, 49(3), 201. https://psycnet.apa.org/doi/10.1037/a0012760.
Li, X., & Ye, Y. (2022). Fear of Missing Out and Irrational Procrastination in the Mobile Social Media Environment: A Moderated Mediation Analysis. Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, 25(1). https://doi.org/10.1089/cyber.2021.0052.
Roberts, J. A., & David, M. E. (2019). The Social Media Party: Fear of Missing Out (FoMO), Social Media Intensity, Connection, and Well-Being. International Journal of Human-Computer Interaction, 36(4), 386-392. https://doi.org/10.1080/10447318.2019.1646517.
Sumber Gambar
Gupta, P. (2019, May 2). white Android smartphone near green plant. Unsplash. https://unsplash.com/photos/white-android-smartphone-near-green-plant-CNOo9ZMBqRM.