Karya Tulis,  Podjok Merenung

Jalan Sekarang atau Lari Besok?

Terkadang kita kehilangan keinginan untuk melakukan suatu kewajiban. Pepatah mengatakan “Jika kamu tidak berjalan hari ini, maka kamu harus siap untuk berlari besok.” Kalimat di atas mungkin pernah dijumpai di beberapa media sosial. Sebenarnya, apa arti sesungguhnya dari kalimat itu? Ungkapan dalam bahasa Korea “Oneul geodji aneumyeon naeireun twieoya handa” menjadi pengingat seseorang agar melakukan pekerjaan tanpa menunda-nunda. 

Dunia psikologi mengenal istilah prokrastinasi. Prokrastinasi adalah tindakan seseorang sengaja menunda-nunda atau menghambat diri untuk melakukan sesuatu walaupun mengerti konsekuensi buruk apa yang akan mereka dapatkan (Steel, 2007). Prokrastinasi bisa terjadi pada siapa saja termasuk pelajar. Daripada mengerjakan tugas dan belajar, mereka akan melakukan kegiatan lain seperti bermain atau bersantai. Grunschel et al. (2013) meneliti bahwa penundaan terbesar terjadi dalam tugas menulis dan belajar untuk ujian. 

Penelitian yang sama mengungkap alasan di balik prokrastinasi, seperti sakit fisik, suasana hati, dan emosi. Kita perlu memberikan energi saat mengerjakan suatu tugas. Tentunya energi yang dikeluarkan akan lebih baik jika kita berada pada kondisi optimal. Rasa lelah, kurang istirahat, sampai penilaian atas pengalaman tidak mengenakkan yang kita alami dalam proses pengerjaan tugas juga ikut ambil bagian. Selain itu, ada pula pengaruh motivasi dan nilai yang dipegang. Misalnya, saya sendiri merasa senang mengerjakan tugas di mata kuliah tertentu yang saya sukai sehingga jarang menunda tugas tersebut. Ada pula beberapa orang yang mengatakan bahwa dirinya lebih bisa bekerja dengan produktif jika mengerjakan menjelang deadline. Prokrastinasi juga dipengaruhi faktor eksternal seperti lingkungan belajar dan interaksi di dalamnya. Saya merenungkan bahwa interaksi dalam kelompok itu penting untuk mencegah prokrastinasi. Hal tersebut baru terasa saat saya perlu bekerja dengan orang baru dan susana interaksi yang berbeda-beda. Dari situ pula saya memahami pentingnya merangkul seseorang dan dukungan dalam bekerja sama. 

Kita mungkin sering kali kebingungan dalam mengerjakan tugas yang begitu banyak. Bisa juga muncul anggapan bahwa kita tak sanggup menyelesaikannya karena menilai tugas itu terlalu sulit. Konsekuensi dari prokrastinasi adalah rasa cemas yang meningkat, meningkatnya penilaian buruk pada diri sendiri, sulit mengendalikan emosi, dan kelelahan fisik (Grunschel, et al, 2013).

Menunda tugas terus-menerus akan membentuk bola salju yang semakin membesar yang bisa mengancam kesejahteraan fisik dan mental kita. Kerjakan saja, tidak apa jika pelan. Namun, tetap berprogres karena setiap orang punya limit masing-masing. Lelah itu wajar, nyerah itu jangan, semangat buat kamu.

 

Penulis
Maria Yosephin De Gama (Asisten P2TKP Angkatan 2022)

Penyunting
1. Verena Diandra Hermawan (Asisten P2TKP Angkatan 2022)
2. Putu Maharani Karuna Citra (Asisten P2TKP Angkatan 2021)


Daftar Acuan
Grunschel, C., Patrzek, J., & Fries, F. (2013). Exploring reasons and consequences of academic procrastination: an interview study. European Journal of Psychology of Education, 28(3), 841-861. https://doi.org/10.1007/s10212-012-0143-4.

Steel, P. (2007). The nature of procrastination: a meta-analytic and theoretical review of quintessential self regulatory failure. Psychological Bulletin, 133(1), 65. doi:10.1037/0033-2909.133. 

Sumber Gambar
Silva, P. F. D. (2019). Stop sign with photoshoped street names: “Homework Ave” and “Procrastination Pk” [Stock Image]. Unsplash. https://unsplash.com/photos/unEmGQqdO7Q.