It’s Okay To be Alone
“Aku ingin menyendiri, tetapi mengapa aku merasa kesepian?” Apakah kamu pernah merasakan hal yang serupa?
Sekarang ini, kita sering kali dikotak-kotakkan menjadi ekstrover dan introver, di mana ekstrover dipandang sebagai orang yang gemar berinteraksi, berbanding terbalik dengan introver yang dianggap suka menyendiri. Sebagai orang yang introver, aku kerap menghindari keramaian sebab dengan begitu, aku bisa lebih leluasa dalam mengekspresikan diri dan melakukan apa yang kuinginkan. Kenyamanan yang kurasakan saat sendirian membuatku “kecanduan” hingga titik di mana aku mulai mengisolasi diri dari dunia luar. Rasa candu ini semakin kuat dengan adanya pandemi karena aku tidak perlu bertemu dengan siapapun. Akan tetapi, perasaan senang saat menyendiri perlahan berubah menjadi rasa sepi yang mencekik. Sering kali, kita mendengar pepatah “sesuatu yang berlebihan tidaklah baik”. Ungkapan tersebut juga berlaku dalam hal ini — sebagaimana orang yang ekstrover membutuhkan me time, orang introver juga tetap perlu berinteraksi dengan orang lain.
Kesendirian dan kesepian adalah dua hal yang berbeda. Kesendirian merupakan keadaan yang ditandai dengan tidak adanya interaksi dan/atau ketidakhadiran orang lain, sedangkan kesepian didefinisikan sebagai kondisi di mana seseorang mengalami distres akibat adanya kesenjangan antara hubungan sosial yang ia harapkan dengan yang ia jalani (Galanaki, 2004; Peplau & Perlman, 1982). Kita bisa merasa kesepian ketika kita sedang sendiri, tetapi kita juga bisa merasakannya meskipun sedang berada di tengah keramaian. Saat sedang sendiri, kita bisa saja merasa kesepian, tetapi kita juga bisa merasa senang dan bebas. Kedua istilah ini kerap disalahartikan sehingga kita tidak menyadari bahaya yang mungkin muncul akibat kesepian. Kesepian dapat berdampak buruk pada kesehatan kita, baik secara fisik maupun psikis. Sejumlah penelitian telah membuktikan bahwa kesepian dapat berujung pada penurunan kesejahteraan psikologis, memunculkan gejala gangguan mental (seperti depresi, kecemasan, dan kecenderungan bunuh diri), hingga meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular yang dapat berujung pada kematian. (Hawkley & Cacioppo, 2010; Masi et al., 2010; Park et al., 2020).
Terlepas dari konsekuensi yang mengintai, bukan berarti bahwa kita tidak boleh menyendiri. Menghabiskan waktu sendiri memang diperlukan bagi setiap orang, baik itu untuk melakukan hal yang produktif, melakukan hobi, atau hanya sekadar beristirahat. Meskipun demikian, kita tidak boleh terlena dengan kenyamanan yang dirasakan — setidaknya tidak sampai tahap di mana kita mulai mengisolasi diri dari dunia luar. Maka dari itu, perlu bagi kita untuk mengimbanginya dengan tetap menjaga interaksi sosial dengan orang lain. Akan tetapi, kesepian bukan untuk ditakuti. Beberapa orang merasa bahwa mereka membutuhkan pendampingan dari orang lain dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya, bahkan untuk hal kecil sekalipun, seperti pergi ke toilet atau makan. Fenomena ini terjadi karena mereka tidak ingin merasa sendirian dan takut akan merasa kesepian. Hal ini akan menjadi masalah ketika orang tersebut bergantung pada kehadiran orang lain dalam menjalani kesehariannya. Oleh karenanya, perlu diingat bahwa tidak ada yang salah dengan melakukan sesuatu sendiri asal kita dapat mengontrol frekuensinya. It’s okay to be alone as long as you’re not lonely.
Penulis
Carsten Limansky / Asisten P2TKP Angkatan 2023
Penyunting
1. Maria Putri Dwi Astuti / Asisten P2TKP Angkatan 2023
2. Bernadeta Karisma Putri / Asisten P2TKP Angkatan 2022
Daftar Acuan
Galanaki, E. (2004). Are children able to distinguish among the concepts of aloneness, loneliness, and solitude? International Journal of Behavioral Development, 28(5), 435-443. doi:10.1080/01650250444000153.
Hawkley, L. C., & Cacioppo, J. T. (2010). Loneliness matters: A theoretical and empirical review of consequences and mechanisms. Annals of Behavioral Medicine, 40(2), 218-227. doi:10.1007/s12160-010-9210-8.
Masi, C. M., Chen, H. Y., Hawkley, L. C., & Cacioppo, J. T. (2010). A meta-analysis of interventions to reduce loneliness. Personality and Social Psychology Review, 15(3), 219-266. doi:10.1177/1088868310377394.
Park, C., Majeed, A., Gill, H., Tamura, J., Ho, R. C., Mansur, R. B., Nasri, F., Lee, Y., Rosenblat, J. D., Wong, E., & McIntyre, R. S. (2020). The effect of loneliness on distinct health outcomes: A comprehensive review and meta-analysis. Psychiatry Research, 294. doi:10.1016/j.psychres.2020.113514.
Peplau, L. A., & Perlman, D. (1982). Loneliness: A sourcebook of current theory, research, and therapy. Wiley-Interscience Publication.
Sumber Gambar
Dickason, G. (2017). Women alone crowd sad depressed. Pixabay. https://pixabay.com/photos/woman-alone-crowd-sad-depressed-2666433/.