Hati-Hati Jadi Bebek! Kenali Lebih Lanjut tentang Kondisi Duck Syndrome
Apakah kalian pernah bertemu dengan seseorang yang selalu terlihat senang atau baik-baik saja, padahal sebenarnya mereka sedang mengalami kesulitan? Atau justru kalian pernah berperilaku seperti ini? Saat ini, khususnya di media sosial, orang-orang sering kali membagikan momen-momen bahagianya, tetapi pernahkah kalian berpikir mengenai kesulitan yang mungkin saja sedang mereka hadapi? Kenapa orang bisa bersikap tenang dan baik-baik saja, atau bahkan bersikap bahagia, padahal sebenarnya mereka sedang berusaha keras untuk mengatasi masalah-masalah yang mereka miliki? Situasi seperti ini biasa dikenal sebagai Duck Syndrome.
Duck syndrome merupakan suatu situasi di mana seorang individu menunjukkan perilaku tenang kepada dunia luar, padahal sebenarnya individu tersebut sedang merasakan kecemasan (Dewi, 2021). Istilah duck syndrome ini menganalogikan bebek yang sedang berenang, terlihat tenang, padahal kenyataannya bebek tersebut sedang bekerja keras untuk tetap mengapung. Istilah duck syndrome sendiri pertama kali muncul di Stanford University untuk menggambarkan kondisi mahasiswa di sana (Moore, 2022).
Duck syndrome dapat terjadi karena berbagai hal, salah satunya adalah tekanan dalam perkuliahan. Perkuliahan menjadi salah satu faktor khusus penyebab duck syndrome karena masalah-masalah yang dihadapi oleh mahasiswa dalam perkuliahan sangat beragam dan terkadang masalah itu dapat menimbulkan perasaan tertekan, stres, hingga menimbulkan kecemasan. Selain itu, media sosial juga dapat menjadi salah satu faktor risiko terjadinya duck syndrome. Hal ini juga sering kali terjadi dalam media sosial, di mana semua orang hanya membagikan momen-momen kebahagiaan atau kesuksesan dari sebuah perjuangan. Media sosial membuat tekanan-tekanan tersendiri karena orang akan mengamati momen keberhasilan dari teman atau rekan-rekan mereka, tetapi sering kali mereka jarang melihat usaha-usaha atau kegagalan yang dialami oleh orang lain (Akcay & Ohashi, 2021).
Faktor risiko lain yang dapat menyebabkan duck syndrome adalah keluarga. Keluarga atau khususnya orang tua yang memberikan tuntutan kepada anak, terlalu protektif, dan terlalu menuntut kesempurnaan dapat membuat anak atau individu merasakan tekanan tersendiri sehingga akhirnya dapat memicu duck syndrome. Selain itu, faktor-faktor emosional juga dapat menjadi faktor risiko yang menyebabkan duck syndrome muncul.
Duck syndrome bukan merupakan gangguan yang resmi tertulis dalam DSM V sebagai gejala formal atau resmi. Akan tetapi, beberapa orang yang mengalami duck syndrome memiliki beberapa kesamaan, seperti sering membandingkan diri dengan orang lain, merasa bahwa orang lain jauh lebih baik daripada dirinya, dan memiliki ketakutan terhadap kritik. Tanda lainnya adalah individu merasa bahwa dirinya seakan-akan gagal dalam memenuhi tuntutan hidup dan merasa bahwa orang lain sedang merancang suatu situasi untuk menguji atau menilai bagaimana kinerja dirinya. Meskipun duck syndrome bukan merupakan gangguan yang resmi tertulis dalam DSM V, sindrom ini dapat memicu masalah-masalah kesehatan mental lainnya, seperti depresi atau kecemasan.
Lantas, bagaimana cara mengatasi duck syndrome? Duck syndrome dapat diatasi dengan melakukan self-care seperti, melakukan mindfulness, membuat batasan, dan mempelajari keterampilan manajemen waktu. Individu yang mengalami duck syndrome juga dapat mencoba untuk mengubah pola pikirnya menjadi lebih positif. Komunikasi secara asertif dengan orang-orang terdekat juga dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan yang timbul, seperti melakukan komunikasi secara terbuka mengenai kecemasan dengan orang-orang terdekat. Namun, apabila duck syndrome yang dimiliki sudah membuat seorang individu memiliki kecemasan yang lebih lanjut atau bahkan depresi, maka psikoterapi bisa menjadi salah satu cara untuk mengatasi hal ini (Moore, 2022).
Untuk menjaga kesehatan mental dan mencegah duck syndrome terjadi, individu dapat mencoba untuk mengatur ulang strategi manajemen waktu, mencoba untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan sehingga stres dapat dikendalikan, dan tetap menjaga kesehatan tubuh karena kesehatan tubuh dapat berkontribusi pada kesehatan mental seseorang (BetterHelp Editorial Team, 2023). Selain itu, usaha memberikan afirmasi positif pada diri sendiri juga dapat membantu individu untuk mengurangi stres, meningkatkan kesejahteraan, dan meningkatkan kinerja akademis (BetterHelp Editorial Team, 2023).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa duck syndrome merupakan keadaan ketika seseorang menampilkan perilaku tenang, padahal sebenarnya dia sedang menyembunyikan kecemasan atau tekanan-tekanan yang ia miliki. Duck syndrome terjadi karena adanya tekanan-tekanan dari dunia sosial, yang dapat diperparah melalui paparan terhadap media sosial. Setiap orang memiliki masalah dan tekanannya masing-masing. Kesuksesan-kesuksesan yang orang tunjukkan dalam media sosial tidak bersifat instan dan banyak kegagalan di balik itu. Lihatlah secara lebih luas lagi dan jangan lupa untuk beristirahat dan mengapresiasi diri sendiri dengan lebih sering lagi!
Penulis
Angelica Vania Aruna Nismara / Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Angkatan 2021
Penyunting
1. Bernadeta Karisma Putri / Asisten P2TKP Angkatan 2022
2. Maria Putri Dwi Astuti / Asisten P2TKP Angkatan 2023
Daftar Acuan
Akcay, E., & Ohashi, R. (2023, 4 Agustus). The floating duck syndrome: biased social learning leads to effort-reward imbalances. Retrieved 13 November, 2023, from https://doi.org/10.31235/osf.io/qx7ku.
BetterHelp Editorial Team. (2023, 7 November). What is duck syndrome & are you suffering from it? BetterHelp. Retrieved 13 November, 2023, from https://www.betterhelp.com/advice/stress/what-is-duck-syndrome-are-you-suffering-from-it.
Dewi, R. Z. (2021). Komunikasi asertif pada mahasiswa duck syndrome di Mojokerto. Pawitra Komunika: Jurnal Komunikasi dan Sosial Humaniora, 2(2), 168-179.
Dryden-Edwards, R. (n.d.). Duck Syndrome: Meaning, Psychology, Symptoms & Definition. MedicineNet. Retrieved 13 November, 2023, from https://www.medicinenet.com/duck_syndrome/article.htm.
Isnaini, A. I. N. (2022, 7 Februari). Mengenal Duck Syndrome: Terlihat Tenang Meski Sebenarnya Tertekan. Satu Persen. Retrieved 13 November, 2023, from https://satupersen.net/blog/mengenal-duck-syndrome.
Moore, M. (2022, 20 Mei). What is duck syndrome? Psych Central. Retrieved 13 November, 2023, from https://psychcentral.com/blog/teens-the-duck-syndrome#how-to-manage.
Sumber Gambar
Bianco, G., IV. (2019, April 30). white duck in a body of water during daytime. Unsplash. https://unsplash.com/photos/white-duck-in-a-body-of-water-during-daytime-K8lVYS_u0UE.