Cute Aggression: Ketika Terlalu Gemas Sampai Ingin Meremas
“Ya ampun gemes banget, pengen aku cubit!” pernahkah anda berkata demikian ketika melihat objek yang menggemaskan? mungkin seorang bayi manusia atau seekor bayi binatang, secara refleks tanpa bermaksud benar-benar ingin melakukannya? atau mungkin anda malah berkata ingin meremas, mengigit, atau memukulnya? Fenomena ini diteliti dan disebut sebagai Cute Aggression oleh Dyer & Aragón dalam penelitiannya di tahun 2015. Hingga saat ini banyak peneliti yang berusaha mengungkap mengapa dan bagaimana Cute Aggression dapat terjadi. Untuk saat ini Cute Aggression dapat dijelaskan dalam 2 sudutpandang yang populer, yaitu:
- Ekspresi Dimorphous
Ekspresi dimorphous adalah keadaan di mana ekspresi yang kita tunjukkan berlawanan dengan perasaan yang kita rasakan, misalnya tertawa saat kesal dan menangis saat bahagia. Menurut Aragón, Cute Aggression adalah salah satu bentuk ekspresi dimorphous sebab saat melihat objek yang menggemaskan kita merasa senang namun diekspresikan dengan ungkapan yang agresif. Di tahun 2018 John Bargh melakukan penelitian untuk menemukan penyebab terjadinya ekspresi dimorphous, ia menemukan bahwa ekspresi dimorphous muncul ketika pengalaman emosional, baik positif maupun negatif, muncul dengan sangat kuat dan ketidakselarasan antara emosi dan ekspresi dikaitkan dengan motivasi yang mendasari emosi tersebut untuk diekspresikan. Misalnya seorang atlet melakukan selebrasi dengan meninju udara; ia melakukan itu bukan karena sedang marah melainkan karena dirinya yang dipenuhi semangat dan ingin terus bergerak. Maka itu Aragón menyimpulkan bahwa Cute Aggression sebenarnya adalah perwujudan keinginan individu untuk mendekat dan terlibat dengan objek.
- Mekanisme Koping
Studi yang dilakukan Stavropoulos pada tahun 2018 menunjukkan bahwa pengalaman Cute Aggression memiliki hubungan yang kuat dengan aktivitas sistem reward pada otak. Aktivitas sistem reward pada otak berkaitan dengan motivasi, kenikmatan, dan keinginan untuk memiliki. Stavropoulos menjelaskan bahwa Cute Aggression berperan dalam mengimbangi dan meregulasi emosi positif yang muncul secara luar biasa ketika melihat objek yang menggemaskan. Selanjutnya Cute Aggression diberikan penguatan oleh sistem reward pada otak agar Cute Aggression dapat terus muncul ketika kejadian yang sama (melihat objek menggemaskan, dibanjiri emosi positif) terjadi kembali. Maka dapat disimpulkan Cute Aggression adalah salah satu mekanisme koping/cara mengatasi emosi positif yang muncul secara luar biasa dalam satu waktu agar diri kita tidak kewalahan dalam meregulasi emosi tersebut.
Apakah Wajar Mengalami Cute Aggression?
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Cute Aggression merupakan respons yang lazim terjadi dan bahkan memiliki manfaat bagi diri kita. Namun menjadi tidak wajar ketika Cute Aggression dilakukan dengan tujuan untuk menyakiti atau membahayakan pihak lain secara sengaja.
Daftar Pustaka
Aragón, O. R., Clark, M. S., Dyer, R. L., & Bargh, J. A. (2015). Dimorphous expressions of positive emotion: Displays of both care and aggression in response to cute stimuli. Psychological science, 26(3), 259-273.
Aragón, O. R., & Bargh, J. A. (2018). “So Happy I Could Shout!” and “So Happy I Could Cry!” Dimorphous expressions represent and communicate motivational aspects of positive emotions. Cognition and emotion, 32(2), 286-302.
Stavropoulos, K. K., & Alba, L. A. (2018). “It’s so cute I could crush it!”: Understanding neural mechanisms of Cute Aggression. Frontiers in behavioral neuroscience, 12, 300.
University of California – Riverside. (2018, December 4). So cute you could crush it? Professor’s first-of-its-kind study explores the neural underpinnings of cute aggression. ScienceDaily. Retrieved August 1, 2020 from www.sciencedaily.com/releases/2018/12/181204143857.htm
Penulis: Jovina Jodiputri
Editor: Virenda Rut Techina Pandaleke