Karya Tulis,  Podjok Merenung

Cintai Diri Sendiri Sebelum Dicintai Orang Lain

Setiap manusia pasti pernah melakukan suatu kesalahan, baik kesalahan kecil maupun kesalahan yang besar dalam hidupnya. Tetapi, pernahkah ketika kita melakukan kesalahan, kita justru menyalahkan diri sendiri? Contohnya, “Ngerjain tugas aja nggak bener, terus bisanya apa?”, “Udah umur segini tapi hidup masih nggak jelas, nggak berguna banget!”, “Sampai sekarang masih jadi beban orang tua, mau sampai kapan nyusahin terus?”, dan kalimat negatif lainnya. Lalu, mengapa kalimat negatif yang bersifat menyalahkan dan menghakimi diri sendiri bisa muncul dalam diri kita? Hal tersebut dikarenakan kita tidak memiliki kemampuan yang cukup dalam mencintai diri sendiri atau bahasa kerennya sering disebut self-love.

Berbicara mengenai self-love, sebenarnya apa sih arti dari kata itu? Menurut Khoshaba (2012), self-love merupakan suatu kondisi ketika kita dapat menghargai diri sendiri dengan cara mengapresiasi diri saat diri sendiri mampu mengambil keputusan dalam perkembangan spritual, fisik, dan psikologis. Misalnya, ketika kita bisa menerima kelebihan serta kekurangan dalam diri, memiliki fokus pada tujuan hidup, dan hidup dengan rasa senang terhadap diri sendiri serta merasa puas dengan segala usaha yang telah dilakukan. Selain itu, Monica Sulistiawati, M.Psi yang merupakan psikolog dari Personal Growth mengartikan self-love sebagai usaha menerima diri apa adanya, menerima segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri, menghargai diri sendiri, memberikan dukungan pada diri sendiri, berusaha berbuat baik untuk diri sendiri, dan berusaha memaafkan diri sendiri ketika melakukan hal yang kelitru. Sebaliknya, orang yang kurang mampu mencintai diri sendiri atau tidak menerapkan self-love cenderung menyalahkan, menghakimi, dan menghukum dirinya sendiri dengan memunculkan kalimat negatif. Hal tersebut tentunya merupakan perilaku yang seharusnya dihindari. Apabila tidak dihindari, kita akan menurunkan harga diri dan membuat kita sulit untuk bertumbuh serta berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.

Orang yang mampu menerapkan self-love tidak sama dengan narsisisme, di mana ia mencintai dirinya sendiri secara berlebihan, cenderung egois, dan menganggap dirinya yang paling benar. Mereka  mampu menghargai dirinya sendiri dan bersahabat dengan dirinya sendiri, sehingga ia menjadi individu yang lebih baik untuk dirinya dan juga orang lain. Secara tidak langsung, kemampuan kita dalam melakukan self-love akan mempengaruhi kemampuan kita untuk menerima cinta dari orang lain. Mengapa? Saat kita tidak menerapkan self-love, kita akan sulit menerima diri sendiri dan menerima pasangan. Saat menjalin suatu hubungan, terdapat kemungkinan munculnya rasa tidak yakin, tidak percaya, merasa tidak pantas untuk dicintai, insecure, dan sebagainya. Tentunya, serangkaian perasaan ini akan memicu konflik. Beda halnya, ketika kita menerapkan self-love. Kita akan merasa aman dan nyaman dengan diri kita sendiri maupun pasangan.

Memberikan evaluasi maupun kritik terhadap diri sendiri memang terkadang diperlukan untuk membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik dan berkembang. Apabila kritikan negatif terus-menerus diberikan ke dalam diri sendiri, kita menjadi sulit untuk bangkit dari keterpurukan dan justu semakin putus asa. Bahkan, kita  merasa bersalah dan muncul rasa benci terhadap diri sendiri. Kita perlu lebih peduli dan peka dengan apa yang kita rasakan, memperlakukan diri sendiri secara istimewa, menyadari bahwa kita layak menerima apresiasi dan pujian, dan layak untuk dicintai orang lain.

 

Daftar Pustaka

Khoshaba, D. 2012. A seven-step prescription for self loe. Psychology Today Retrieved from https://www.psychologytoday.com/us/blog/get-hardy/201203/seven-step-prescription-self-love.

Sumber gambar : https://pixabay.com/id/photos/tangan-palm-wanita-membantu-4460054/

 

Penulis : Veronica Hani Mutiara

Penyunting : Klara Ardisa Prittadewi