Biasa Jujur?
Jujur adalah pembiasaan. Tidak bisa tiba-tiba muncul begitu saja. Perlu ada konsistensi untuk berperilaku jujur supaya bisa menjadi suatu karakter diri bagi seseorang. Hal itu pula yang aku alami. Semenjak kecil aku diajarkan untuk berlaku jujur dalam segala hal. Kejujuran ini sungguh aku pegang teguh sampai saat ini.
Aku teringat dengan peristiwa-peristiwa terkait kejujuran di masa kecilku.
Ketika aku duduk di bangku Sekolah Dasar, aku dipercaya menjadi Ketua Kelas. Seperti biasa di kalangan pelajar, kelas kami mendapatkan sebuah PR untuk dikerjakan. Saat itu, alat elektronik belum secanggih saat ini, sehingga untuk mengingat adanya PR memang harus dicatat di buku catatan dan ingatan menjadi kunci utama. Kebetulan ada teman kelasku yang belum mengerjakan PR tersebut. Dia mulai kebingungan untuk mencari teman lain yang sudah mengerjakan PR supaya bisa disalin. Aku menegurnya karena menyalin jawaban, kataku, “jangan nyontek kasihan yang udah ngerjain beneran!” Tetapi dia hanya melirikku dengan tajam. Setelah kelas selesai aku menanyakan nilai PR kepada orang yang memberikan contekan. Katanya nilainya lebih buruk daripada yang mencontek padanya, lalu ia menyesal. Maka kataku kepadanya, “besok lagi kalau ada yang mau mencontek jangan dikasih ya, nanti kamu nyesel.”
Berlanjut di bangku SMP, aku pernah dimusuhi oleh banyak temanku karena melaporkan teman kelasku yang bekerjasama ketika mengerjakan Ulangan Harian. Hal itu membuatku dikucilkan oleh teman sekelasku karena tidak suka dengan apa yang aku lakukan. Mereka menganggap apa yang kulakukan berlebihan. Padahal menurutku, hal itu sangatlah tidak patut dilakukan. Mulai saat itu aku menjadi orang yang sungguh berpegang teguh bahwa mencontek itu musuhku. Ketika aku lupa untuk tidak belajar ketika ujian, maka lebih baik bagiku mendapatkan nilai yang seadanya sebagai konsekuensi dari kelalaianku daripada membohongi diriku sendiri dengan nilai yang palsu.
Semakin dewasa, aku semakin merasa bersyukur bahwa kejujuran menjadi suatu nilai yang kupegang teguh. Hal ini sungguh membuktikan kebenaran nasihat orang tuaku bahwa dimanapun kamu berada asalkan kamu jujur maka kamu akan selalu dipercaya dan sukses. Ketika aku jujur aku tidak perlu merasa takut atau malu karena tidak ada hal yang aku sembunyikan. Kejujuran ini juga membentukku menjadi orang yang berani menerima diri sendiri. Banyak hal yang aku peroleh dengan memegang satu prinsip yaitu jujur. Memang bukanlah hal yang mudah untuk jujur di segala situasi, tetapi akan lebih merasa bersalah bila harus berbohong demi kepentingan diri sendiri. Semoga kalian yang membaca renungan ini dapat lebih jujur dengan diri sendiri dan menularkan kejujuran-kejujuran lainnya di sekitar kalian.
Look for 3 things in a person, intelligence, energy, and integrity. If they don’t have the last one, don’t even bother with the first two. -W. Buffet.
Penulis: Bernadeta Restu Widhi Rosari
Editor: Tamarischa Pradhiasari