Bernostalgia Bersama Musik
Bayangkan ketika kalian berada di sebuah coffee shop dan mereka memutarkan lagu yang sudah lama tidak kalian dengar. Alih-alih memperhatikan keadaan di sekitar, pikiran kalian tiba-tiba akan terbawa ke sebuah memori masa lalu yang melekat dalam isi kepala kalian. Saat hal itu terjadi, seketika kalian akan merenung dan merasakan suatu emosi yang ada pada diri kalian. Kemudian, ketika kalian memilih lagu secara acak yang ingin didengar saat mengerjakan tugas, ada kemungkinan di mana kalian akan duduk termenung sambil mengingat kembali kejadian-kejadian di masa lampau. Jika ingatan-ingatan mengenai kejadian di masa lampau tersebut semakin bekembang semakin dalam menjadi suatu kerinduan tertentu, mungkin kalian sedang mengalami nostalgia.
Nostalgia sendiri adalah emosi yang sangat personal dan bermakna, memadukan kenangan-kenangan masa lalu pribadi kita yang sebagian besar positif. Kenangan tersebut bisa terdiri dari kenangan masa kecil yang penuh keceriaan atau hubungan-hubungan berharga yang pernah kita jalani. Nostalgia menawarkan sebuah refleksi yang positif, menyenangkan, bahkan bahagia. Meskipun terkadang disertai rasa rindu atau kehilangan, nostalgia tetap menjadi emosi yang kaya dan mendalam. Menurut Sedikides et al. (2022) nostalgia dapat terpicu oleh berbagai kondisi internal seperti kesedihan, kesepian, atau ancaman terhadap makna hidup. Namun, nostalgia juga dapat muncul dari rangsangan eksternal yang mengingatkan kita pada masa lalu, seperti interaksi dengan teman, aroma yang familier, dan lantunan musik yang penuh kenangan.
Musik adalah jendela ajaib yang dapat membawa kita kembali ke masa-masa indah nan bermakna dalam hidup yang juga merupakan sumber kenangan autobiografi (Sedikides et al., 2022). Mendengarkan kembali alunan musik tertentu dapat memicu kenangan-kenangan emosional yang berkaitan dengan peristiwa penting dalam hidup (Sedikides, dkk., 2022). Ketika kita mengingat kenangan nostalgia, orang-orang terdekat seringkali muncul dalam pikiran kita secara simbolik. Namun, pada akhirnya cerita kenangan itu tetap kita miliki sendiri. Artinya, kenangan-kenangan tersebut secara umum diceritakan dari sudut pandang diri kita sendiri. Bahkan, lirik lagu-lagu nostalgia sering kali mencerminkan identitas diri kita. Jadi, meskipun orang lain mungkin hadir dalam kenangan nostalgia kita, kenangan itu pada dasarnya adalah milik kita sendiri. Kenangan-kenangan itu dapat menjadi sebuah refleksi dari siapa kita dan bagaimana kita memaknai pengalaman hidup kita.
Sejak zaman dahulu, musik telah digunakan sebagai alat terapi selama ribuan tahun di berbagai peradaban kuno (Elsawaf, 2017). Terdapat bukti historis dari Mesir kuno, Cina, India, Yunani, dan Romawi yang menunjukkan penggunaan terapi musik di masa lalu. Kemudian, musik juga digunakan sebagai salah satu bentuk terapi atau pengobatan pada saat Perang Dunia I dan II. Pada masa itu, musik dimanfaatkan untuk mengurangi rasa sakit dan menurunkan tingkat kecemasan pada tentara yang terluka.
Lalu bagaimana interaksi antara musik dengan otak kita? Dalam penelitian Brown et al. (2004) menyatakan bahwa musik dapat menstimulasi area-area spesifik di otak, seperti halnya makanan, obat-obatan, dan seks. Selain itu, musik juga memiliki kekuatan untuk mengubah emosi dan suasana hati pada sebagian besar orang. Saat kita mendengarkan musik, beberapa area di korteks serebral kita akan teraktivasi. Korteks pendengaran di lobus temporal yang berkaitan dengan fungsi pendengaran dapat mengenali ritme, kecepatan, melodi, volume, dan nada dari musik yang didengar. Lalu, gyrus frontal inferior berperan dalam mengingat kembali memori terkait musik yang didengar.
Selain itu, korteks frontal dorsolateral diaktifkan untuk menyimpan musik atau lagu dalam memori dan memunculkan gambaran-gambaran terkait suara tersebut sehingga korteks motorik akan merespons untuk mengontrol gerakan tubuh. Otak kecil kita bekerja sama dengan korteks motorik untuk menciptakan gerakan yang halus, mengalir, dan terintegrasi sebagai respons terhadap musik. Kemudian, interaksi musik dengan sistem limbik otak juga dapat memicu pelepasan emosi yang beragam, seperti kegembiraan, kesedihan, kenikmatan, dan sebagainya (Dhamala et al., 2003). Sehingga, interaksi-interaksi ini lah yang membawa kita bernostalgia dan merasakan emosi ketika mendengarkan alunan musik.
Penelitian oleh Barret et al. (2010) menunjukkan bahwa nostalgia yang timbul saat mendengarkan musik merupakan hasil dari kombinasi komponen memori dan emosi yang kompleks. Kenangan autobiografis atau cerita-cerita pribadi kita terbukti menjadi komponen kunci dalam pengalaman nostalgia. Ketika kita mendengar lagu-lagu masa lalu, memori-memori personal kita akan terasosiasi dan muncul ke permukaan. Namun, nostalgia tidak hanya melibatkan emosi positif. Bahkan, emosi negatif juga turut serta dalam pengalaman nostalgia kita. Penelitian ini menunjukkan bahwa baik emosi positif maupun negatif yang kita rasakan saat mendengarkan lagu nostalgia dapat menjadi prediktor yang signifikan atas kekuatan nostalgia yang timbul (Barret et al., 2010). Namun, didapatkan pula bahwa jumlah emosi positif yang kita alami ternyata jauh lebih kuat dalam memprediksi kekuatan nostalgia dibandingkan emosi negatif atau campuran. Hal ini menunjukkan bahwa nostalgia memang memiliki aspek afektif yang kompleks dan melibatkan berbagai macam perasaan.
Pada saat kita mendengarkan lagu-lagu nostalgia atau lagu yang terkait dengan kenangan pribadi kita, kita cenderung merasakan emosi yang lebih positif dibandingkan saat mendengarkan lagu-lagu yang tidak memicu kenangan apapun. Lebih spesifik lagi, Barret et al. (2010) menemukan bahwa kegembiraan adalah komponen yang jauh lebih kuat dalam pengalaman nostalgia dan kenangan autobiografi lainnya, dibandingkan ketika mendengarkan lagu-lagu yang tidak terkait dengan kenangan pribadi. Di sisi lain, lagu-lagu yang tidak membangkitkan kenangan nostalgia justru cenderung memicu emosi negatif seperti kejengkelan atau bahkan rasa jijik. Oleh karena itu, lagu-lagu nostalgia memiliki kekuatan dalam memicu emosi positif, khususnya kegembiraan, yang tidak dimiliki oleh lagu-lagu lainnya. Itulah sebabnya kenangan masa lalu yang terpanggil saat mendengarkan musik dapat membuat kita merasa begitu bahagia.
Berdasarkan berbagai pemaparan mengenai nostalgia dan musik di atas, nostalgia yang muncul saat mendengarkan musik memiliki dampak emosional yang kuat, baik positif maupun negatif. Lagu-lagu nostalgia yang terkait dengan kenangan personal cenderung memicu emosi positif seperti kegembiraan. Sebaliknya, mendengarkan lagu-lagu yang tidak memiliki makna autobiografi bagi kita justru dikaitkan dengan emosi negatif seperti kejengkelan. Selain itu, faktor situasi yang dialami seseorang dapat menjadi prediktor kuat atas nostalgia yang mungkin akan ia rasakan. Hal-hal seperti keterkaitan dengan pengalaman hidup, keakraban dalam sosial, dan intensitas emosi positif maupun negatif yang kita rasakan, semuanya berkontribusi dalam membuat nostalgia pada saat mendengarkan musik. Kemudian, didapatkan pula bahwa nostalgia saat mendengarkan musik melibatkan interaksi kompleks antara kenangan pribadi, emosi, dan konteks yang melingkupinya. Hal inilah yang membuat pengalaman nostalgia saat mendengarkan lagu-lagu masa lalu begitu unik dan mendalam bagi diri kita masing-masing.
Penulis
Dinda Nur Anisa / Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Angkatan 2021
Penyunting
Maria Putri Dwi Astuti / Asisten P2TKP Angkatan 2023
Daftar Acuan
Brown, S., Martinez, M. J., & Parsons, L. M. (2004). Passive music listening spontaneously engages limbic and paralimbic systems. Neuroreport, 15(13), 2033-2037.
Barrett, F. S., Grimm, K. J., Robins, R. W., Wildschut, T., Sedikides, C., & Janata, P. (2010). Music-evoked nostalgia: affect, memory, and personality. Emotion, 10(3), 390.
Dhamala, M., Pagnoni, G., Wiesenfeld, K., Zink, C. F., Martin, M., & Berns, G. S. (2003). Neural correlates of the complexity of rhythmic finger tapping. Neuroimage, 20(2), 918-926.
Elsawaf, M.E. (2017). The Interaction between our Brains and Music. Biochemistry international, 3.
Sedikides, C., Leunissen, J., & Wildschut, T. (2022). The psychological benefits of music-evoked nostalgia. Psychology of Music, 50(6), 2044-2062.
Sumber Gambar
Kychan. (June 11, 2016). Boy running while holding ukulele. Unsplash. Boy running while holding ukelele photo – Free Kid Image on Unsplash.