Ayah dan Peranannya dalam Perkembangan Anak
Dilansir dari Narasi pada 4 Mei 2023, Indonesia menempati urutan ketiga sebagai fatherless country di dunia. Edward Elrmer Smith, seorang psikolog asal Amerika menjelaskan bahwa fatherless country dapat diartikan sebagai sebuah negara yang memiliki kecenderungan kekurangan keterlibatan atau bahkan hanya sekedar keberadaan figur seorang ayah dalam hidup seorang anak. Keterlibatan tersebut dapat berbentuk fisik maupun psikis. Kekurangan keterlibatan tersebut disebabkan oleh mayoritas individu yang masih berpikir bahwa ketika seorang ayah sudah mampu mencari dan memberikan nafkah bagi anaknya, maka tugasnya sebagai seorang ayah telah selesai sampai di sana. Akan tetapi, hal yang tidak banyak disadari adalah bahwa peran ayah dalam pengasuhan juga masih sangat dibutuhkan (Dian, 2023). Dijelaskan oleh Garbarino dan Benn (1992), pengasuhan merupakan sebuah tindakan menjaga, membimbing, dan memimpin seorang anak dengan penuh penerimaan. Hal yang perlu dipahami adalah pengasuhan bukan merupakan suatu kegiatan yang dapat diselesaikan dalam kurun waktu satu hari, tetapi terjadi secara terus menerus mengikuti tahap perkembangan seorang anak.
Terdapat beberapa hal yang menyebabkan kurangnya peran ayah dalam pengasuhan seorang anak. Di Indonesia sendiri, salah satu hal yang mendasari terjadinya hal tersebut adalah budaya patriarki yang masih sangat melekat dalam masyarakat. Dilansir dari buku Pengantar Gender dan Feminisme (Daradinanti, 2022), patriarki diartikan sebagai sebuah struktur yang menempatkan laki-laki sebagai seorang penguasa tunggal. Berdasarkan hal tersebut, budaya patriarki yang melekat di Indonesia mengartikan bahwa seorang laki-laki hanya memiliki kewajiban untuk mencari nafkah, sedangkan kewajiban untuk mengurus perihal rumah tangga dan anak merupakan kewajiban wanita. Selain budaya patriarki, penyebab lain dari tingginya peringkat Indonesia sebagai fatherless country adalah tingginya angka perceraian di Indonesia. Hingga tahun 2022, tercatat bahwa angka perceraian di Indonesia telah menyentuh angka 516.344 kasus. Hal ini tentu saja menjadi suatu faktor tersendiri, karena setelah perceraian, umumnya hak asuh seorang anak akan jatuh ke tangan ibu dan tidak jarang hal ini menyebabkan seorang anak kehilangan peran seorang ayah dalam tahap perkembangannya (Dian, 2023).
Berdasarkan uraian di atas, pertanyaan yang sangat mungkin ditanyakan adalah “Bagaimana kriteria seorang ayah dapat dikatakan sudah ikut berperan dalam tahap perkembangan seorang anak?”. Seorang ayah dapat dikatakan sudah ikut terlibat dalam tahap perkembangan seorang anak apabila ia telah terlibat secara penuh dalam pengasuhan anak. Secara lebih terperinci, seorang ayah dapat dikatakan telah ikut ambil peran apabila ia memiliki inisiatif untuk menjalani hubungan dengan anak dalam berbagai aspek kehidupan, seperti afeksi (kasih sayang), fisik (perawatan), dan kognitif (pertumbuhan kecerdasan anak). Hal lainnya yang perlu disadari adalah kualitas peran ayah dalam pengasuhan seorang anak tidak dapat diukur secara kuantitas. Besarnya peranan seorang ayah tidak dapat diukur hanya dengan banyaknya waktu yang dihabiskan dengan anaknya. Seorang ayah dapat dikatakan telah ikut berperan dalam pengasuhan seorang anak apabila mereka sering melakukan interaksi dan komunikasi. Hal tersebut dapat dilihat ketika seorang ayah dapat memiliki waktu santai untuk sekadar mengobrol dan bermain bersama anaknya. Interaksi tersebut juga dapat berupa kegiatan memberi makan dan mengerjakan tugas.
Dibutuhkannya peran ayah dalam tahap perkembangan seorang anak adalah karena ayah memberikan peranan dan dampak yang berbeda dalam pengasuhannya, apabila dibandingkan dengan ibu. Ketika peran ibu lebih dibutuhkan dalam memberikan perlindungan dan kenyamanan bagi anak, maka peran ayah dalam tahap perkembangan seorang anak umumnya dibutuhkan untuk membantu seorang anak bereksplorasi, berpetualang, dan mencoba berbagai tantangan. Selain eksplorasi, terdapat pula beberapa sifat yang umumnya didapatkan oleh seorang anak dari sosok ayah. Sifat tersebut antara lain adalah ketegasan, kebijaksanaan, dan kemampuan untuk berpikir secara logis. Selain itu, seorang ayah juga turut memiliki peran untuk memberi contoh bagaimana cara yang tepat untuk memecahkan masalah dan membuat suatu keputusan di antara beberapa pilihan yang ada. Adanya peran ayah yang baik dalam tahap awal perkembangan anak turut membantu anak untuk menjadi seorang yang lebih siap ketika akan masuk sekolah.
Tidak hanya sekadar memberikan peranan yang berbeda dengan peranan seorang ibu, nyatanya peranan ayah memberikan dampak yang berbeda bagi anak dengan jenis kelamin yang berbeda pula. Bagi anak perempuan, peranan ayah dapat meningkatkan motivasi berprestasi pada anak tersebut dan mampu membantu sang anak untuk berani bersaing. Selain itu, adanya peranan seorang ayah juga dapat menghindarkan putrinya dari hubungan-hubungan yang tidak sehat, baik itu hubungan pertemanan maupun romantis. Hal tersebut akan membuat anak perempuannya tahu bagaimana sikap atau perilaku laki-laki dewasa yang seharusnya telah terlebih dahulu ditunjukkan oleh ayahnya. Sementara itu, bagi anak laki-laki, peranan seorang ayah dapat membantu mereka untuk terhindar dari kenakalan remaja. Di satu sisi, kenakalan remaja pada anak laki-laki biasanya disebabkan oleh anak yang cenderung ingin berkembang menjadi laki-laki dewasa seperti sosok ayahnya.
Sementara itu, bagi anak yang kekurangan peran ayah dalam hidupnya terdapat beberapa dampak negatif yang dapat ditimbulkan. Seorang psikolog dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menyatakan setidaknya terdapat lima dampak negatif yang dapat ditimbulkan. Dampak tersebut adalah hambatan dalam pembentukan identitas gender yang dapat berujung pada kesulitan penyesuaian psikososial pada anak. Selain itu, kurangnya peran ayah juga dapat menimbulkan kontrol diri dan kepercayaan diri yang rendah. Dalam akademis, kurangnya peran ayah dapat menyebabkan seorang anak mengalami penurunan performa akademis. Lebih jauh lagi, kurangnya peran ayah dapat menimbulkan gangguan psikologis pada anak (Caesaria, 2023).
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa kehadiran sosok ayah dalam kehidupan seorang anak memiliki peranan yang penting dalam perkembangan seorang anak. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa peran ayah memiliki dampak bagi kehidupan seorang anak dalam tiap tahapan perkembangannya. Dari seluruh hal yang mungkin dapat dicapai dari adanya peran ayah yang baik, peran utama dari seorang ayah dapat dilihat melalui pola pikir yang tercipta dalam diri seorang anak (Abdullah, 2009; Daradinanti, 2002). Pengaruh pola pikir dalam diri seorang anak tersebutlah yang dapat dilihat melalui cara seorang anak mengambil keputusan dan memecahkan masalah.
Meskipun kehadiran sosok ayah dalam kehidupan seorang anak seringkali kurang diperhatikan, tetapi perlu disadari bahwa kehadiran ayah memberikan peranannya tersendiri. Kehadiran sosok ayah dalam tahapan perkembangan memberikan pengaruh dalam pola pikir yang dimiliki seorang anak. Seorang ayah seringkali mengajarkan bagaimana cara seorang anak mengambil keputusan dan memecahkan masalah yang ia hadapi. Melalui hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kehadiran sosok ayah patut untuk diperhatikan. Maka, marilah kita semua, baik yang akan menjadi orang tua maupun sudah menjadi orang tua, merenungkan hal tersebut dan belajar menjadi orang tua yang terlibat penuh dalam perkembangan anak.
Penulis
Chatryn Gunawan / Asisten P2TKP Angkatan 2022
Penyunting
1. Bernadeta Karisma Putri / Asisten P2TKP Angkatan 2022
2. Maria Putri Dwi Astuti / Asisten P2TKP Angkatan 2023
Daftar Acuan
Dian, R. (2023, Mei 04). Indonesia peringkat 3 fatherless country di dunia, mempertanyakan keberadaan ‘ayah’ dalam kehidupan anak. Narasi. https://narasi.tv/read/narasi-daily/indonesia-peringkat-3-fatherless-country-di-dunia-mempertanyakan-keberadaan-ayah-dalam-kehidupan-anak.
Abdullah, S. M. (2009). Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak (paternal involvement): Sebuah tinjauan teoritis. Insight, 7(1).
Daradinanti, A. (2022, April 25). Patriarki: Pengertian dan sejarah singkatnya. Kompas. https://www.kompas.com/skola/read/2022/04/25/103000869/patriarki–pengertian-dan-sejarah-singkatnya.
Caesaria, S. D. (2023, Mei 25). Indonesia urutan ke-3 “fatherless country” , psikolog UGM sebut 5 dampaknya. Kompas. https://www.kompas.com/edu/read/2023/05/25/090000371/indonesia-urutan-ke-3-fatherless-country-psikolog-ugm-sebut-5-dampaknya.
Sumber Gambar
Makwasi, D. (2022, 15 Juli). Happy Family at a Birthday Party in Grayscale. Pexels. https://www.pexels.com/photo/happy-family-at-a-birthday-party-in-grayscale-12844889/.