Attachment Issues pada Mahasiswa Berpacaran: Apa saja jenisnya dan efeknya?
Berpacaran merupakan suatu proses alamiah bagi mahasiswa yang sedang memasuki fase dewasa awal, dimana seseorang mencari pasangan yang mampu menjadi sahabat karibnya dengan membangun kelekatan emosi dan suatu bentuk dari proses pendewasaan kepribadian (Setiawan & Nurhidayah, 2008). Berdasarkan tahap perkembangan yang dijelaskan oleh Erik Erikson (Papalia & Martorell, 2014), mahasiswa sedang memasuki fase dewasa awal dengan rentang usia 20-40 tahun. Dalam tahap ini, mahasiswa akan menjalankan salah satu tugas perkembangannya yaitu menjalin hubungan intim dengan orang lain, belajar mengenal dan memahami kepribadian serta kebiasaan pasangannya. Dalam hubungan pacaran, terutama di kalangan mahasiswa, dinamika emosional seringkali dipengaruhi oleh pola attachment yang terbentuk sejak dini. Beberapa mahasiswa mungkin menghadapi tantangan dalam membangun hubungan yang sehat karena adanya attachment issues. Attachment issues merupakan masalah keterikatan emosional yang tidak aman, biasanya berasal dari pola asuh dan trauma dari hubungan sebelumnya. Mahasiswa yang sedang menjalani masa transisi dari remaja menuju dewasa awal mungkin menghadapi berbagai tekanan yang dapat memperburuk pola attachment ini, sehingga hubungan pacaran mereka diwarnai dengan konflik, kecemasan, dan adanya jarak emosional satu sama lain. Situasi ini tentunya tidak hanya akan memengaruhi kualitas hubungan, tetapi berdampak pada kesehatan mental dan performa akademik mahasiswa.
Menurut John Bowlby (1969), attachment merupakan ikatan yang dibangun oleh seorang individu dengan figur lekatnya, yaitu pasangannya sendiri. Hal ini dikarenakan individu sedang berada pada tahap membangaun attachment dengan pasangannya. Setiap individu, baik pria maupun wanita memiliki gaya attachment masing-masing yang bersumber dari pola perilaku tertentu dari masa kecil hingga dewasa, yang secara tidak langsung akan memengaruhi individu dalam menyelesaikan konflik dengan pasangannya. Berdasarkan Bartholomew dan Horowitz (1991), terdapat 4 gaya attachment, yaitu secure attachment (kelekatan aman), preoccupied attachment (terikat), dismissing attachment (lepas), dan fearful-avoidant attachment (cemas). Dari keempat gaya tersebut, tiga di antaranya menjadi faktor resiko timbulnya attachment issues, yaitu preoccupied attachment (terikat), dismissing attachment (lepas), dan fearful-avoidant attachment (cemas), sedangkan secure attachment berdampak positif terhadap attachment. Mahasiswa yang memiliki gaya secure attachment akan memiliki pandangan yang positif akan diri sendiri dan pasangannya, mudah akrab dengan orang asing, percaya diri, serta realistis. Mahasiswa yang memiliki gaya preoccupied attachment akan sangat bergantung pada pasangannya, sehingga akan lebih sulit untuk berbagi pemikiran dan perasaan terhadap pasangannya. Mahasiswa yang memiliki gaya dismissing attachment akan merasa nyaman dengan kemandirian dan membatasi interaksi dengan orang lain. Hal ini disebabkan karena individu merasa dirinya berharga dan mandiri, sedangkan orang lain melihat mereka sebagai orang yang sombong dan memiliki kemampuan sosial yang terbatas. Selanjutnya, mahasiswa yang memiliki fearful attachment malah akan meragukan dirinya sendiri dan sulit percaya pada orang lain. Mereka akan memiliki berbagai kecemasan terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Contohnya, khawatir jika pasangannya tidak akan menyukai dirinya lagi dan merasa ditinggalkan atau diabaikan oleh pasangannya.
Attachment issues dapat menjadi tantangan besar dalam hubungan pacaran mahasiswa. Namun, bukan berarti hal tersebut tidak dapat diatasi. Dengan mengenali pola attachment yang tidak sehat, cara membangun komunikasi terbuka, serta mencari dukungan profesional jika diperlukan, maka mahasiswa dapat menciptakan hubungan yang lebih sehat dan harmonis. Penting untuk memahami bahwa hubungan yang baik bukan hanya tentang keintiman, tetapi juga tentang menciptakan rasa aman dan saling mendukung dalam menghadapi berbagai tekanan kehidupan. Dengan memperbaiki pola attachment, mahasiswa tidak hanya meningkatkan kualitas hubungan dengan pasangan, tetapi juga memperbaiki hubungan dengan dirinya sendiri.
Penulis
Ancilla Lukma Prasadi (Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Angkatan 2022)
Penyunting
Gabriella Setia Maharani (Asisten P2TKP Angkatan 2024)
Ariolietha Joanna Kintanayu (Asisten P2TKP Angkatan 2023)
Daftar Acuan
Bartholomew, K., & Horowitz. (1991). Attachment styles among young adults: a test of a four category model. Journal of Personality and Social Psychology, 61(2), 224-226.
Bowlby, J. (1969). Attachment and Loss (Vol. 1). New York: Basic Books.
Papalia, E. D., & Martorell, G. (2014). Experience Human Developmenth (13th ed.). NY: McGraw-Hill Highher Education.
Setiawan, R., & Nurhidayah, S. (2008, September). PENGARUH PACARAN TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH. SOUL: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 1(2), 61-72.
Sumber Gambar
Broome, Scott (2024, December 18). Man and woman dancing at the center of trees [Photo]. Unsplash.com. https://unsplash.com/photos/man-and-woman-dancing-at-center-of-trees-BcVvVvqiCGA