Artikel,  Karya Tulis

Generasi Z yang Gemar Kerja Sendiri

 Sudah pernahkah anda mendengar sebelumnya atau membaca informasi tentang generasi X, Y, Z atau baru pertama kali ini? Jika belum mari kita kenali siapa sebenarnya mereka.
Generasi X, Y, dan Z adalah kategori dari penggolongan generasi berdasarkan usia. Generasi X atau yang populer dengan sebutan Gen Xers merupakan generasi yang lahir antara tahun 1965-1976. Gen ini terkenal memiliki pekerjaan yang sesuai dengan tuntutan atau harapan orang tua mereka. Generasi ini juga menjadi saksi kelahiran internet dan teknologi yang mengubah cara berinteraksi dan pekerjaan. Selanjutnya, ada generasi Y yang merupakan generasi yang lahir antara tahun 1977-1997. Generasi ini percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk sukses dan mereka siap untuk menjadi pembelajar seumur hidup. Terakhir ada generasi Z yang lahir setelah tahun 1997. Generasi ini lebih akrab dengan teknologi semenjak kecil, sehingga mereka memiliki akses pengetahuan sumber daya yang lebih dari generasi sebelumnya. Generasi Z juga dikenal lebih baik dalam multitasking dan sedikit lebih individualis.  
Saat ini sedang heboh-hebohnya hashtag atau artikel atau bahkan postingan di media sosial yang membahas mengenai zaman old versus zaman now, lebih tepatnya banyak yang tertarik dengan bahasan kids zaman now. Ada apa dengan fenomena ini? Seperti melihat cermin, sadarkah kita jika seiring dengan bergantinya zaman, kebiasaan dan sifat manusia pun ikut berganti? Misalnya saja cara bekerja manusia. Mengapa cara bekerja? Jika kita membuka jendela lebih lebar lagi, tidak jarang kita akan melihat anak-anak zaman sekarang atau yang kita sebut kids zaman now seringkali menikmati kesendiriannya, berada di hadapan laptop, gadget dan lain sebagainya. Mengapakah hal tersebut dapat terjadi? Berdasarkan artikel yang diulas dalam majalah Forbes yang berjudul “8 Ways Generation Z Will Different From Millennials In The Workplace” (Patel, 2017), dikatakan bahwa Generasi Z merupakan suatu generasi yang independen. Generasi Z lebih menyukai bekerja sendiri dari pada berkolaborasi dengan orang lain.
Selain itu, jika kita lihat di lingkungan sekitar kita, ada banyak anak muda yang lebih memilih membangun usaha atau pekerjaan sendiri dibanding bekerja dalam suatu perusahaan. Hal ini terjelaskan pula oleh pemaparan dari majalah Forbes (Patel, 2017) dan Iorgulesco (2016) pada jurnal penelitiannya mengatakan bahwa Generasi Z disebut dengan generasi “Entrepreneur” yang dapat diartikan bahwa Generasi Z merupakan generasi yang lebih memilih untuk membangun perusahannya sendiri serta bekerja sendiri dibandingkan menjadi bagian dalam perusahaan yang dikelola orang lain.
Lalu mengapa Generasi Z lebih menyukai bekerja sendiri? Iorgulesco (2016) dan majalah Forbes (Patel, 2017) juga mengatakan bahwa Generasi Z adalah generasi yang sangat percaya akan dirinya sendiri serta memiliki sikap yang sangat kompetitif. Orang yang sangat percaya diri dan kompetitif tidak jarang menimbulkan sikap yang ambisius. Tentu sikap ambisius merupakan tanda dari adanya rasa ingin selalu memberikan yang terbaik, akan tetapi ambisius tetap memiliki sisi gelapnya. Premuzic (2017) dalam artikelnya yang berjudul “A Psychologist Finally Explains Why You Hate Teamwork so Much” mengatakan bahwa mereka yang ambisius justru akan meninggalkan perannya dalam kelompok bahkan menelantarkan kelompok tersebut demi untuk mencapai tujuan dan standar pribadinya. Oleh karena itu hal ini menjelaskan mengapa Generasi Z lebih memilih untuk bekerja sendiri yaitu karena adanya ketidakinginan untuk mencapai standar kerja yang tidak sesuai dengan harapannya.
Bekerja sendiri tentunya tidak selalu buruk. Steinkirchner (2014) dalam artikelnya yang berjudul “Your Start-Up: Go With Partners Or Go It Alone?” menyampaikan beberapa hal yang membuat bekerja sendiri baik adalah mereka yang memilih bekerja sendiri dapat mengikuti visi atau tujuan pribadi mereka. Hal ini karena mereka tidak memiliki atasan atau rekan kerja, sehingga mereka menentukan sesuai keinginan sendiri target atau goals dari pekerjaan mereka. Dalam artikel ini juga dikatakan bahwa bekerja sendiri tentu akan meningkatkan produktivitas kerja. Mereka yang memilih bekerja sendiri tentunya akan berusaha bekerja secara efektif sehingga dapat mencapai hasil sesuai standar yang sudah ditentukan. Selain itu, bekerja sendiri juga dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dalam bekerja. Hal ini karena mereka yang bekerja sendiri telah menetapkan tujuan sesuai keinginan sendiri, sehingga akan memiliki rasa tanggung jawab penuh terhadap pekerjaan mereka.
Akan tetapi, di sisi lain kerja sama dalam tim merupakan suatu hal yang penting. Menurut Dishon and O’Leary (1994: 11) bahwa teamwork adalah group of two five students who are tied together by a common purpose to complete a task and to include every group members. Artinya teamwork merupakan kumpulan dari dua hingga lima orang yang terikat pada suatu tujuan yang sama yaitu menyelesaikan tugas dan melibatkan setiap anggota kelompok. Dalam konteks ini Bene and Seats (1991) menegaskan bahwa premis mayor dalam suatu tim adalah bahwa setiap orang dalam tim kerja harus berfungsi sebagai pemain yang kooperatif dan produktif untuk menuju tercapainya hasil yang diinginkan. Dengan sangat menekankan pentingnya kohesivitas. Duin, Jorn, DeBower dan Jonhson (1994) mendefinisikan bahwa “collaboration” sebagai suatu proses di mana dua orang atau lebih mengimplementasikan dan mengevaluasi kegiatan bersama. Dengan kata lain kerja sama dalam satu tim akan mampu mencapai tujuan organisasi tersebut. Jika ada satu anggota saja yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik maka organisasi itu akan tidak seimbang dan sulit untuk mencapai tujuan.
Kesimpulannya setiap model dalam bekerja baik bekerja dalam tim maupun bekerja sendiri masing-masing memiliki sisi positif dan negatif, sekarang tugas anda menentukan model apa yang akan anda gunakan. So guys generasi berapapun kalian jangan terjebak pada label generasi yang ada. Gunakanlah model yang kalian rasa nyaman dan efektif bagi diri kalian. Selamat bekerja
Daftar Pustaka
Iorgulesco, M.C. (2016). Generation Z and Its Perception of Work. Cross Cultural Management Journal. 47-54.
Patel, D. 2017. 8 Ways Generation Z Will Different From Millennials In The Workplace. Diakses pada 10 Agustus 2018. Dari link https://www.forbes.com/sites/deeppatel/2017/09/21/8-ways-generation-z-will-differ-from-millennials-in-the-workplace/#34bc140b76e5.
Premuzic, T. 2017. A Psychologist Finally Explains Why You Hate Teamwork so Much. Diakses pada 17 September 2018. Dari link https://www.fastcompany.com/3068194/a-psychologist-finally-explains-why-you-hate-teamwork-so-much.
Steinkirchner. 2013. Your Start-Up: Go With Partners Or Go It Alone?. Diakses pada 14 Agustus 2018. Dari link https://www.forbes.com/sites/Sunday steinkirchner/2013/11/14/your-start-up-go-with-partners-or-go-it-alone/#672061ab1a15.
Winda, E. 2016. Tak Kenal Maka Tak Sayang: Generasi X,Y, Z, A. Diakses pada 1 Oktober 2018. Dari link http://careernews.id/issues/view/4103-Tak-Kenal-Maka-Tak-Sayang-Generasi-X-Y-Z-A.
Penulis : Koleta Acintya Saraswati, Magda Hermahera, Natasha Julia
Editor : S.Margareth