Karya Tulis,  Podjok Merenung

Mindless Scrolling: Ilusi Kepuasan atau Kehilangan Waktu Berharga?

Di era digital yang serba cepat ini, kita sering kali menemukan diri kita terjebak dalam siklus tanpa akhir dari scrolling di media sosial, sebuah fenomena yang dikenal sebagai “mindless scrolling.” Saat jari kita terus menggulir layar, kita mungkin tidak menyadari berapa banyak waktu yang telah kita habiskan, atau bagaimana aktivitas ini memengaruhi kesejahteraan mental kita. Apakah kita benar-benar terhubung dengan konten yang kita konsumsi, ataukah kita hanya terjebak dalam rutinitas yang tidak memiliki tujuan? Dalam artikel ini, mari kita renungkan bersama dampak dari perilaku ini, serta bagaimana kesadaran akan kebiasaan digital kita dapat membawa perubahan positif dalam hidup. Mindless scrolling mungkin tampak sepele, tetapi memahami implikasinya dapat membantu kita menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan seimbang.

Saya menyadari bahwa perilaku “mindless scrolling” telah menjadi fenomena yang umum di kalangan pengguna. Mindless scrolling merujuk pada kebiasaan menggulir konten di platform media sosial tanpa tujuan yang jelas, sering kali dilakukan secara otomatis dan tanpa kesadaran (de Segovia Vicente et al, 2024). Penelitian terbaru oleh de Segovia Vicente et al., (2024) menunjukkan bahwa perilaku ini tidak hanya menghabiskan waktu, tetapi juga dapat memicu perasaan bersalah dan konflik tujuan, yang pada akhirnya berdampak negatif pada kesejahteraan mental. Dalam konteks ini, penting untuk memahami bagaimana pengalaman scrolling yang tidak disadariini dapat memengaruhi kesehatan psikologis, terutama di era di mana media sosial menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.

Refleksi mengenai topik ini mengajak saya untuk merenungkan hubungan saya dengan teknologi dan bagaimana saya mengelola waktu yang saya habiskan di dunia digital. Sering kali, saya terjebak dalam ilusi bahwa scrolling tanpa henti adalah cara untuk bersantai atau terhubung dengan orang lain. Namun, saya mulai menyadari bahwa perasaan bersalah yang muncul setelah sesi scrolling yang panjang dapat mengindikasikan adanya konflik antara keinginan untuk bersenang-senang dan tanggung jawab terhadap tujuan yang lebih penting dalam hidup saya. Dengan meningkatkan kesadaran akan kebiasaan digital saya, saya dapat mulai mengambil langkah-langkah untuk mengubah perilaku ini, menciptakan ruang untuk pengalaman yang lebih bermakna dan produktif, serta meningkatkan kesejahteraan secara menyeluruh.

Oleh karena itu, saya merasa penting untuk tidak hanya menyadari waktu yang saya habiskan untuk scrolling, tetapi juga untuk mengevaluasi kualitas interaksi yang saya lakukan di dunia maya. Dengan memahami bahwa mindless scrolling dapat mengarah pada perasaan bersalah dan konflik tujuan, saya dapat lebih bijak dalam memilih bagaimana dan kapan saya menggunakan media sosial. Mengambil langkah-langkah kecil, seperti menetapkan batasan waktu atau memilih konten yang lebih bermakna, dapat membantu saya mengubah pengalaman digital saya menjadi lebih positif dan mendukung kesejahteraan mental.

Sebagai penutup, mari kita renungkan bersama: di tengah arus informasi yang tak ada habisnya, apakah kita benar-benar terhubung dengan pengalaman kita, ataukah kita hanya menjadi penonton dalam kehidupan kita sendiri? Seperti yang diungkapkan oleh Baym et al. (2020) dalam de Segovia Vicente et al. (2024), “mindless scrolling” dapat membuat kita terjebak dalam ilusi kepuasan sementara, namun pada akhirnya, kita mungkin merasa kehilangan waktu berharga yang seharusnya bisa kita gunakan untuk hal-hal yang lebih berarti. Mari kita ambil langkah kecil untuk lebih sadar dalam penggunaan media sosial kita, sehingga kita dapat mengubah kebiasaan ini menjadi pengalaman yang lebih bermakna dan mendukung kesejahteraan kita. Ingatlah bahwasetiap detik yang kita habiskan di dunia digital merupakan suatukesempatan kita untuk dapat memilih bagaimana kita ingin menjalani kehidupan.

Happiness is not something ready made it comes from your own actions
– Dalai Lama –

 

Penulis
Maria Dianingtyas  (Asisten P2TKP Angkatan 2024)

Penyunting
Ariolietha Joanna Kintanayu (Asisten P2TKP Angkatan 2023)


Daftar Acuan
de Segovia Vicente, D., Van Gaeveren, K., Murphy, S. L., & Vanden Abeele, M. M. (2024). Does mindless scrolling hamper well-being? Combining ESM and log-data to examine the link between mindless scrolling, goal conflict, guilt, and daily well-being. Journal of Computer-Mediated Communication, 29(1), 1-14.

Sumber Gambar
Maria Dianingtyas (dokumentasi pribadi)