Feel Your Feelings
“Cause sitting alone with yourself is burning alive,
So you blast the speakers on the drive
Never knowing if the notes will either douse or fan the fire”
(Nothing Can, NIKI)
Saat ini, bersikap positif merupakan hal yang dibutuhkan oleh setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hal ini karena semakin banyak perasaan negatif yang diterima, seseorang cenderung akan mengalami perasaan negatif pula. Oleh karena itu, banyak orang yang mempercayai bahwa sikap positif dibutuhkan untuk melewati kehidupan yang penuh dengan hal tidak terduga ini. Saya juga pernah memiliki keyakinan untuk bersikap positif dalam berbagai kondisi. Saya melakukan hal tersebut untuk meyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja dan saya dapat mengatasi segala masalah yang sedang terjadi dalam hidup. Namun, lama-kelamaan saya merasa terbebani sendiri dengan keyakinan untuk selalu bersikap atau berpikir positif itu.
Pada awalnya, saya percaya bahwa dengan menjadi pribadi yang positif akan membawa banyak hal baik bagi orang-orang di sekitar saya. Namun, secara tidak sadar saya sering kali mengabaikan perasaan negatif yang saya rasakan karena menuntut diri sendiri untuk selalu bersikap positif. Ketika mulai merasakan perasaan negatif (sedih, marah, kesal, dan sebagainya), saya langsung mencari kegiatan lain yang bisa membantu saya melupakan perasaan negatif itu, misalnya mengajak teman pergi bermain, mendengarkan lagu-lagu yang membawa suasana senang, dan sebagainya. Kemudian, hal ini terus berlanjut hingga ada kalanya saya merasa sedih ketika teman saya mendapatkan suatu pencapaian yang juga saya inginkan. Meskipun sedang merasa sedih, saya tetap berusaha menampilkan diri sebagai seseorang yang ikut senang dengan pencapaian tersebut. Akan tetapi, saya menjadi merasa bersalah dan menutup diri, serta tidak menunjukkan perasaan saya yang sebenarnya bahkan kepada orang-orang terdekat saya.
Pengalaman yang saya rasakan mengenai perasaan atau pikiran untuk selalu menjadi pribadi yang positif dapat disebut sebagai “Toxic Positivity”. Toxic positivity merupakan salah satu bentuk keyakinan bahwa seseorang harus selalu menjaga pola pemikiran yang positif dalam situasi atau kondisi apapun (Cherry, 2024). Hal ini dapat berdampak negatif bagi seseorang jika dilakukan secara berlebihan. Cherry (2024), menyatakan bahwa seseorang yang berada dalam lingkungan dengan toxic positivity akan merasa diabaikan ketika menyampaikan perasaannya yang sebenarnya, terutama ketika perasaan tersebut mengandung hal-hal yang dianggap negatif, misalnya marah, sedih, dan sebagainya. Selain itu, seseorang yang memiliki toxic positivity berlebihan akan merasa bersalah ketika ia merasakan perasaan negatif dan tidak dapat mencari cara untuk menjadi “positif”. Kemudian, toxic positivity juga dapat menghambat perkembangan seseorang. Hal ini dapat dijelaskan ketika seseorang selalu ingin bersikap positif, sehingga mengabaikan pendalaman pada perasaan atau pengalaman menyakitkan yang sebenarnya dapat menjadi pembelajaran berharga untuk perkembangan diri.
Proses untuk menyadari dan belajar menerima perasaan merupakan perjalanan yang panjang dan berkelanjutan. Sampai saat ini, saya juga masih berusaha untuk menerima perasaan negatif yang saya miliki. Meskipun saya belum bisa sepenuhnya mengakui pada orang lain ketika merasakan perasaan negatif, tetapi setidaknya saya sudah mau berusaha mengakui perasaan saya sendiri. Hal ini saya lakukan dengan menulis perasaan saya pada buku atau aplikasi notes di handphone, selain itu saya juga sering kali membuat playlist lagu-lagu yang sedang sesuai dengan perasaan saya. Namun, perlu diingat bahwa terlalu larut pada perasaan yang negatif juga bukan hal yang tepat. Pada akhirnya, bersikap dan berpikir positif dalam berbagai kondisi memang diperlukan untuk kembali mencari penguatan bagi diri kita maupun orang lain, tetapi ketika hal tersebut dilakukan berlebihan justru akan membuat kita kewalahan. Manusia memiliki berbagai emosi untuk dirasakan, sehingga ketika sedang merasa sedih atau marah ada baiknya kita tetap menghadapi dan menghargai perasaan tersebut pada diri sendiri maupun orang lain di sekitar kita.
“You don’t have to always figured everything out. You can just feel.”
(Nick Nelson, Heartstopper)
Penulis
Maria Putri Dwi Astuti (Asisten P2TKP Angkatan 2023)
Penyunting
Hapsari Gagana Atitasitala (Asisten P2TKP Angkatan 2024)
Daftar Acuan
Cherry. K. (2024, May 14). Why toxic positivity can be harmful. Verywell Mind. https://www.verywellmind.com/what-is-toxic-positivity-5093958
Sumber Gambar
Dokumentasi Pribadi (Maria Putri Dwi Astuti)