Kebahagiaan Bukan Tentang Kesempurnaan
Mulai dari bangun tidur hingga kembali beristirahat, sering kali kita memberikan tuntutan yang terlalu tinggi bagi diri kita sendiri. Penampilan yang harus sempurna, nilai tugas yang terbaik, hingga menjadi orang yang serba bisa dalam segala hal seperti berteman. Terkadang, kita tidak sadar bahwa kehidupan terasa berat karena tuntutan yang kita tetapkan sendiri. Frost, dkk (1990) menyampaikan bahwa perilaku menetapkan standar performasi personal yang tinggi disebut dengan perfeksionisme.
Menurut Hewitt & Flett (1991), terdapat tiga dimensi dari perfeksionisme. Dimensi yang pertama adalah self-oriented perfectionism, di mana kita memberikan standar yang tinggi bagi diri kita sendiri. Dimensi lainnya, yaitu socially-prescribed perfectionism menunjukkan bagaimana individu percaya bahwa lingkungan memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap diri kita dan kita akan ditolak jika tidak berhasil memenuhi standar tersebut. Dimensi yang terakhir, others-oriented perfectionism menggambarkan bagaimana individu berekspektasi atau menetapkan standar tinggi pada lingkungan dan orang terdekatnya sehingga ketika lingkungan tidak berhasil memenuhi ekspektasi ini, seseorang akan merasa kesal dan marah.
Tidak hanya teman-teman, saya pun sering mengalami permasalahan yang sama. Namun, perlu kita sadari bahwa sebenarnya yang menjadi masalah bukanlah keinginan kita untuk mencapai hasil terbaik, melainkan ketika kita terlalu berambisi dan tidak dapat mentoleransi kesalahan atau kekurangan dengan fleksibel (Hamachek, dalam Frost, dkk, 1990). Hal tersebut juga lah yang membatasi bagaimana perfeksionisme dapat memberikan dampak baik atau buruk dalam hidup kita.
Standar yang tinggi dapat membantu kita untuk bersemangat dalam mencapai hasil yang baik, berusaha dengan maksimal, dan tidak menggampangkan masalah. Namun, standar ini dapat menjadi tidak adaptif ketika kita terlalu mengkritik diri kita, fokus ke kekurangan kita, dan merasa gagal ketika terdapat kesalahan yang terjadi sekecil apa pun (Hamachek, dalam Frost, dkk, 1990).
Saya pun baru mulai benar-benar memahami hal ini ketika mencari bacaan untuk tugas akhir saya. Melalui pemahaman baru ini, saya berusaha membangun ulang pemikiran saya tentang standar diri. Menetapkan standar yang layak untuk diri menurut saya juga menunjukkan bagaimana kita menghargai diri dan percaya sejauh mana kita mampu melakukan sesuatu. Untuk menjaga agar standar tersebut tetap sehat, saya rasa penting bagi kita untuk memiliki penerimaan diri yang baik. Fleksibilitas juga diperlukan agar kita tetap bisa menerima kesalahan-kesalahan kecil yang tak terhindarkan dan memahami bahwa ada beberapa hal yang memang tidak bisa kita kendalikan. Kita juga perlu paham apa tujuan kita menetapkan standar tersebut, serta apakah hal tersebut benar-benar diperlukan atau tidak.
Bagi teman-teman lain yang juga mengalami kesulitan karena ekspektasi yang tinggi bagi diri, mari coba untuk lebih baik kepada diri kita, misalnya dengan mulai mengerjakan tugas lebih awal sehingga kita memiliki waktu yang cukup dan tidak tambah tertekan dengan waktu yang terbatas. Jangan biarkan kesalahan kecil membuat kita merasa kurang berarti atau mengurangi kebahagiaan kita. Hargai juga usaha yang kita lakukan setiap harinya. Sadarilah ketika standar tersebut mulai berdampak negatif dan membuat kita merasa tidak bahagia. Ingatlah bahwa kebahagiaan ditentukan oleh diri kita sendiri.
Penulis
Diella Clarissa / Asisten P2TKP Angkatan 2023
Penyunting
1. Ariolietha Joanna Kintanayu / Asisten P2TKP Angkatan 2023
2. Maria Putri Dwi Astuti / Asisten P2TKP Angkatan 2023
Daftar Acuan
Frost, R. O., Marten, O., Lahart, C., & Rosenblate, R. (1990). The dimension of perfectionism. Cognitive Therapy and Research, 14(5), 449-468. https://doi.org/10.1007/BF01172967.
Hewitt, P. L. & Flett, G. L. (1991). Perfectionism in the self and social context: Conceptualization, assessment, and association with psychopathology. Journal of Personality and Social Psychology, 60(3), 456-470. http://dx.doi.org/10.1037/0022-3514.60.3.456.
Sumber Gambar
Thornton, L. (2024). A half moon in a dark blue sky photo. Unsplash. https://unsplash.com/photos/a-half-moon-in-a-dark-blue-sky-jFdktCEt2-I.