Artikel,  Karya Tulis

Shinrin-yoku (Forest Bathing): Healing Ala Orang Jepang!

Kalian pasti sering mendengarkan istilah ‘healing’ di zaman ini. Healing menjadi istilah populer yang diartikan sebagai ‘pelarian’ untuk mendapatkan ketenangan batin dan jiwa. Biasanya, orang-orang yang lelah dengan suasana dan rutinitas di perkotaan akan mencari suasana baru yang cenderung tidak padat. Pelarian yang dilakukan biasanya dilakukan dengan mengunjungi tempat baru dan sepi, seperti pegunungan, pantai, maupun kafe hidden gem.

Di Negeri Sakura, Jepang, terdapat sebuah metode healing klasik yang dikenal dengan Shinrin-yoku. Shinrin-yoku juga dikenal dengan istilah populer lain, yaitu forest bathing. Shinrin-yoku sendiri memiliki arti, yaitu melakukan kontak dan terpengaruh dengan suasana atau atmosfer hutan secara fisik maupun psikis (Peck, 2019). Shinrin-yoku pertama kali diperkenalkan oleh Tomohide Akiyama sebagai Direktur Badan Kehutanan Jepang pada tahun 1982 sebagai bentuk rekreasi yang melibatkan aktivitas berjalan kaki dan menghirup zat harum yang keluar dari pepohonan (Clifford, 2018).

Di zaman modern ini, Shinrin-yoku dikenal sebagai media relaksasi dan meditasi untuk menekan stres dan kecemasan. Namun, efektivitas Shinrin-yoku sebagai media relaksasi dan meditasi masih banyak dipertanyakan sehingga mulai muncul banyak penelitian mengenai efektivitas dari Shinrin-yoku. Berkaitan dengan hal itu, pengaruh Shinrin-yoku terhadap peningkatan kesehatan mental masih berada dalam pertimbangan dan membutuhkan penelitian lebih lanjut. Lalu, bagaimana eksistensi Shinrin-yoku sebagai metode relaksasi dan meditasi secara global hingga saat ini?

 

Shinrin-yoku: Healing atau Sekadar Hiking?

Setelah memahami sekilas arti dari Shinrin-yoku, mungkin muncul pertanyaan, “apakah Shinrin-yoku sama dengan mendaki gunung?”. Dalam perspektif umum, mungkin Shinrin-yoku dan mendaki gunung dianggap sebagai hal yang sama, tetapi keduanya adalah hal yang berbeda.. Clifford (2018), memaparkan bahwa tujuan dari Shinrin-yoku berada “di sini”, bukan “di sana”. Selain itu, Shinrin-yoku juga memiliki tempo yang lebih lambat jika dibandingkan dengan mendaki gunung.

Shinrin-yoku dilakukan dengan cara yang sederhana, yaitu berjalan di hutan atau alam (nature) yang memiliki hawa sejuk. Pada awalnya, Shinrin-yoku diketahui memiliki manfaat yang terbatas pada kesejahteraan fisik saja, misalnya dalam fungsi kekebalan tubuh meliputi peningkatan sel pembunuh alami, sistem kardiovaskular, dan sistem pernapasan (Williams dalam Kotera et al., 2020). Namun, saat ini  berkembang menjadi kesejahteraan fisik dan kesejahteraan psikis, meliputi gangguan mood dan stres, serta relaksasi mental (Park et al. dalam Kotera et al., 2020). Oleh karena itu, mulai muncul banyak penelitian yang membahas mengenai efektivitas Shinrin-yoku terhadap kesehatan mental individu.

Penelitian yang dilakukan oleh Furuyashiki et al. (2019) menunjukkan bahwa Shinrin-yoku menunjukkan dampak positif yang signifikan terhadap kesehatan mental, khususnya pada individu yang mengalami kecenderungan depresi. Shinrin-yoku yang dilakukan selama kurang lebih 2 jam dalam 1 hari di lingkungan hutan dapat meningkatkan kesehatan psikologis maupun fisiologis pada individu usia kerja. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya penurunan tekanan darah dan penurunan parameter negatif psikologis setelah melakukan Shinrin-yoku. Penelitian tersebut juga menunjukan bahwa peserta dengan kecenderungan depresi memperlihatkan adanya peningkatan yang lebih tinggi pada item profil keadaan suasana hati (Profile of Mood States), sehingga dapat menjadi bukti bahwa kegiatan Shinrin-yoku selama 1 hari sangat efektif dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis pada individu usia kerja yang memiliki kecenderungan depresi.

 

Shinrin-yoku: Relaksasi, Meditasi, dan Eksistensi

Shinrin-yoku sebagai sebuah media relaksasi dan meditasi yang efektif membutuhkan waktu selama 2 jam. Waktu 2 jam itu akan mendorong individu untuk melepaskan diri dari paparan teknologi secara berlebihan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologisnya (Li, 2018). Aktivitas Shinrin-yoku ini cocok untuk seluruh kelompok masyarakat karena memiliki aksesibilitas yang lebih mudah, tetapi bagi kelompok yang menunjukkan biofobia, ketakutan, atau ketidaknyamanan di lingkungan hutan tetap direkomendasikan untuk melakukan adaptasi atau mengurangi durasi bagi kelompok lanjut usia (Clarke, Kotera, & McEwan, 2021). Oleh karena itu, tetap dibutuhkan perhatian khusus bagi individu-individu yang ingin melakukan aktivitas Shinrin-yoku.

Sebagai sebuah media relaksasi dan meditasi, Shinrin-yoku dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan fungsi kardiovaskular, indeks hemodinamik, indeks neuroendokrin, indeks metabolik, indeks imunitas dan inflamasi, indeks antioksidan, serta indeks elektrofisiologi (Wen et al., 2019). Manfaat-manfaat tersebut mampu meningkatkan keadaan emosi, sikap, dan perasaan individu terhadap berbagai hal, pemulihan fisik dan psikologis, perilaku adaptif, serta mengurangi kecemasan dan depresi yang nyata. Selain itu, Shinrin-yoku yang pada dasarnya membangun hubungan dengan alam melalui kelima indera manusia juga memiliki manfaat seperti, mengurangi tekanan darah, menurunkan stres, meningkatkan metabolisme, menurunkan kadar gula darah, meningkatkan konsentrasi dan daya ingat, mengangkat depresi, meningkatkan ambang nyeri, meningkatkan energi, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan produksi protein anti-kanker, serta membantu menurunkan berat badan (Li, 2018). Melalui manfaat-manfaat yang didapatkan, Shinrin-yoku dapat menjadi sebuah media relaksasi dan meditasi yang efektif.

Hingga saat ini, Shinrin-yoku telah menjadi sebuah metode relaksasi dan meditasi yang sangat populer di seluruh dunia, bukan hanya di Jepang. Banyak orang di seluruh dunia yang telah mempraktikkan Shinrin-yoku dan mendapatkan hasil yang efektif. Salah satu yang pernah bercerita pada publik mengenai pengalaman melakukan Shinrin-yoku adalah Laurie Kehler, seorang blogger dari Wisconsin, Amerika Serikat yang memaknai Shinrin-yoku sebagai sebuah aktivitas yang mampu memberikan manfaat secara psikologis dan fisiologis secara nyata. Melalui Shinrin-yoku, Laurie Kehler mampu memikirkan dan memproses apa yang terjadi dalam seluruh pengalaman hidupnya di setiap langkah yang ia jejakkan di alam (Kehler, 2017).

Jadi, Shinrin-yoku merupakan sebuah konsep healing ala orang Jepang yang populer secara global sebagai metode relaksasi dan meditasi. Namun, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengungkap pengaruh terhadap peningkatan kesehatan mental sehingga terungkap efektivitasnya dengan lebih nyata dan lengkap. Shinrin-yoku adalah aktivitas sederhana yang dapat dilakukan oleh siapa pun dari seluruh kelompok masyarakat dengan rekomendasi untuk beradaptasi bagi kelompok yang menunjukkan biofobia, ketakutan, atau ketidaknyamanan di lingkungan hutan. Sebagai aktivitas meditasi dan relaksasi yang sederhana dan populer, kalian bisa mempraktikkannya secara mandiri dengan panduan Shinrin-yoku atau forest bathing yang dapat diunduh di internet maupun mempraktikkannya bersama profesional, teman, keluarga, dan sebagainya demi kesejahteraan psikologis dan fisiologis yang lebih positif.

We protect what we love.” – Jacques Cousteau

 

Penulis
Leonardo Agastya Kusuma / Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Angkatan 2021

Penyunting
Maria Putri Dwi Astuti / Asisten P2TKP Angkatan 2023


Daftar Acuan
Clarke, F. J., Kotera, Y., McEwan, K. (2021). A qualitative study comparing mindfulness and shinrin-yoku (forest bathing): Practitioners’ perspectives. Sustainability, 13. https://doi.org/10.3390/su13126761.

Clifford, M. A. (2018). Your guide to forest bathing : Experience the healing power of nature. Conari Press.

Furuyashiki, A., Tabuchi, K., Norikoshi, K., Kobayashi, T., & Oriyama, S. (2019). A comparative study of the physiological and psychological effects of forest bathing (shinrin-yoku) on working age people with and without depressive tendencies. Environmental Health and Preventive Medicine, 24(46), 1-11. https://doi.org/10.1186/s12199-019-0800-1.

Kehler, L. (2017, September 26). My experience forest bathing or, Shinrin Yoku. Medium. https://medium.com/@lauriekehler/my-experience-forest-bathing-or-shinrin-yoku-f919683f5bc8.

Kotera, Y., Richardson, M., & Sheffield, D. (2020). Effects of shinrin-yoku (Forest bathing) and nature therapy on mental health: A systematic review and meta-analysis. International Journal of Mental Health and Addiction, 20(1), 337-361. https://doi.org/10.1007/s11469-020-00363-4

Li, Qing. (2018). Shinrin-yoku: The art and science of forest-bathing. Penguin Books Ltd.

Peck, A. (2019). The green cure: How shinrin-yoku, earthing, going outside, or simply opening a window can heal us. Ryland Peters & Small.

Wen, Y., Gu, X., Deng, W., Zou, Q., Hu, Y., Yan, Q., Pan, Y., Wen, Z., Wan, R., Sheng, G., Liu, Y., & He, M. (2023). The effects of dynamic and static forest bathing (shinrin-yoku) on physiological health in males and females. Forests, 14. https://doi.org/10.3390/f14081592.

Sumber Gambar
Kamenar, S. (2015, March 9). Photography of tall trees at daytime [Photograph]. Unsplash.com. https://unsplash.com/photos/photography-of-tall-trees-at-daytime-MMJx78V7xS8.