Karya Tulis,  Podjok Merenung

Terkoneksi untuk Proses yang Aktual

Berbicara mengenai aktualisasi diri, sebagai individu yang berada pada usia 20-an tahun nampaknya cukup sulit untuk mengartikan dan memaknainya. Aktualisasi diri yang merupakan puncak kedewasaan dan kematangan sebagai individu, terkadang mengalami perbedaan hingga kekeliruan dalam pembentukan persepsi terhadapnya. Sejatinya memang membutuhkan proses dan dalam proses itulah, kita mungkin -mungkin iya atau tidak- akan dapat menemukan diri kita yang aktual, di mana benar-benar mencerminkan siapa kita dan kebutuhan sesungguhnya.

Dalam tahapan proses kehidupan, tentu diri ini memiliki keinginan untuk segera mencapai aktualisasi diri. Hingga beberapa waktu berlalu, proses menemukan diri yang aktual tersebut dirasa akan tercapai hanya dengan mengimplementasikan keinginan dan merealisasikan potensi yang dimiliki. Namun, hal tersebut ternyata tidak cukup. Aktualisasi diri tidak bisa semata-mata dicapai seperti definisi teori dalam tingkat pemahaman yang mendasar. Terdapat unsur penting yang juga perlu dituangkan dalam proses menuju aktualisasi diri, yakni pemenuhan akan diri.

Sempat terpikirkan bahwa pemenuhan akan diri adalah berbagai sesuatu yang dapat membuat diri merasa puas, mencapai tujuan, dan merasakan kelegaan. Mengikuti perlombaan atau berbagai kegiatan dengan “prestise” misalnya, lega karena menyelesaikan proses, mencapai tujuan menggapai target, atau perasaan senang akan pemerolehan penghargaan. Apakah kegiatan tersebut merupakan upaya untuk merealisasikan potensi diri yang dimiliki? Tentu, menurut saya. Lalu, apakah hal tersebut memberikan pemenuhan diri secara utuh dan holistik? Belum tentu. Refleksi memberikan cerminan bahwa terdapat beberapa defisiensi diri yang tidak tersinkronasi dengan perilaku atau sikap yang diupayakan.

Pemenuhan pribadi dalam proses aktualisasi diri menurut persepsi individu tentu berbeda. Perbedaan level persepsi inilah yang mendatangkan perbedaan makna dalam pemenuhan pribadi. Hal tersebut tergantung pada sejauh mana diri menunjukkan sisi yang sesungguhnya dan sejauh mana individu memahami diri mereka dengan tetap terkoneksi dengan pribadinya. Individu perlu memahami bagian ego mereka yang membutuhkan afirmasi maupun validasi serta bagian mana diri yang sejati dengan penebaran kasih dan tanpa dorongan ketakutan. Pemenuhan diri adalah tentang cinta, kasih, dan kedamaian internal yang direpresentasikan/diproses melalui sikap maupun perilaku secara natural. Dalam level persepsi yang berbeda, maka koneksi, pemenuhan, dan aktualisasi akan dimaknai dengan berbeda pula. Kita perlu tetap terkoneksi dan secara jujur terbuka akan pribadi sesungguhnya kepada diri sendiri, dengan kasih dan penerimaan yang membawa kedamaian dalam pemenuhan dan aktualisasi.

 

Sumber Gambar : https://pixabay.com/id/photos/matahari-terbenam-sendirian-berpikir-401541/

 

Penulis : Gusti Ayu Made Dwi Aprillia

Penyunting : Klara Ardisa Prittadewi E.