Hmm, Bisa Nggak Yaaa??
Kita sebagai manusia tentu mengalami beragam peristiwa selama kita hidup di dunia. Lika-liku, landai-terjal, naik-turun kehidupan kita hadapi. Ya, karena itulah yang membuat kita hidup, because life is never flat. Ratusan kata kita lekatkan untuk mendefinisikan peristiwa tertentu yang menimbulkan reaksi tertentu pada diri kita. Peristiwa menyenangkan, menyedihkan, menantang, menakutkan, menguntungkan, dan banyak lagi. Kali ini, saya akan mengajak pembaca untuk menilik pada peristiwa yang menantang alias challenging.
Bagi saya, pengalaman yang menantang dapat diartikan sebagai kejadian yang menguji nyali, menguji potensi, maupun meningkatkan level. Intinya, keluar dari zona nyaman atau kegiatan yang familar. Misalnya, mengikuti lomba, mengikuti volunteer, ikut kursus, belajar naik mobil, atau menyatakan perasaan pada orang yang disukai? masih banyak lagi.
Pasti kita semua pernah bertanya dalam hati : “Bisa nggak ya aku ngelakuin ini?” atau “Dulu aku pernah gagal disini, bisa nggak ya aku berhasil kali ini?”. Mempertanyakan hal demikian tidak serta-merta menyatakan bahwa kita merasa minder atau menyatakan kelemahan diri. Hal tersebut tentu sangat wajar. Kita menilai diri dari apa yang dapat dilakukan, berdasarkan apa yang sudah pernah kita alami di masa lalu. Intinya, soal yakin atau tidak yakin. Ketika kita yakin, maka kita akan melakukannya. Sebaliknya, ketika kita tidak yakin, maka kita akan menghindarinya.
Saat kita menemui peristiwa yang menantang, sadar atau tidak sadar, kita secara naluriah berfokus pada output-nya, yaitu berhasil atau gagal dengan mengambil referensi dari pengalaman di masa lalu. Tak jarang ketika yang terbayang adalah kegagalan –terutama karena pernah gagal sebelumnya, langkah kita jadi terhenti dan mundur sebelum menghadapinya. Sangat disayangkan, kita kalah sebelum berperang. Padahal, prediksi atau apa yang dibayangkan oleh pikiran kita belum tentu benar dan menjadi takdir kita.
Semakin kita belajar, semakin kita banyak mencoba. Kita semakin memiliki referensi terkait kemampuan kita, semakin mengembangkan diri, dan keyakinan terhadap diri kita bisa berubah juga. Ketika pada awalnya tidak yakin, kita pun bisa menjadi yakin. Jadi, mari kita ubah tujuan kita agar melakukan sesuatu tidak hanya berdasarkan hasilnya, melainkan prosesnya. “Yang penting belajar, yang penting mencoba, yang penting yakin bisa mencoba”. Bukan yakin bisa berhasil. Gagal atau berhasil itu urusan belakangan. Dengan kita berani mencoba, kita memiliki probabilitas gagal dan berhasil yang setara, yaitu 50% dan 50% dibandingkan dengan kita tidak mencoba sama sekali di mana berarti gagal 100%.
Sumber Gambar :
Penulis : Gihon Gracia Wargya Utami
Penyunting : Klara Ardisa Prittadewi