Mawar dan Durinya
Di sebuah kota kecil, hiduplah seorang perempuan muda bernama Mila yang memiliki kebun bunga di halaman rumahnya. Berbagai macam bunga ditanam dan dirawatnya dengan baik, mulai dari bunga melati, anggrek, amarilis, lili, hingga mawar. Tibalah hari di mana Mila harus memotong tangkai dan daun yang sudah mulai layu, tak terkecuali pada tanaman mawar. Mila menyukai bunga mawar karena harumnya yang khas dan cantik. Namun, berulang kali kulit tangan Mila tergores duri-duri yang ada pada tanaman mawar hingga ia berkata, “Merawat mawar sungguh merepotkan! Tanganku berkali-kali tergores hingga berdarah. Aku tidak akan membiarkan tanganku terluka lagi.”
Pada akhirnya, Mila tidak pernah menyentuh mawarnya lagi hingga tumbuh tak terurus. Rumput-rumput liar mulai tumbuh mengelilingi tanaman mawar tersebut hingga tanaman tersebut perlahan-lahan layu… dan mati.
Kisah Mila dan mawarnya memang sudah selesai sampai di sana. Tapi, apa maksud dari kisah tersebut?
Teman-teman, di dalam diri kita terdapat beberapa tangkai mawar yang menggambarkan kemampuan dan potensi diri kita. Apakah setiap orang memiliki mawar yang sama? Tidak, setiap orang memiliki mawarnya masing-masing, pintar dalam bidang akademis, seni, olahraga, komunikasi, teknologi, dan bidang lainnya. Jika mawar-mawar tersebut dirawat dengan baik, kemampuan kita akan berguna bagi diri kita sendiri dan orang lain. Bonusnya, kemampuan tersebut juga akan mengharumkan nama diri kita.
Akan tetapi, terkadang kita tidak ingin melihat dan menerima kelemahan-kelemahan yang kita miliki. Menerima, mengakui, dan mengurusi kelemahan kita tersebut rasanya tidak mudah. Rasanya ingin mengabaikannya, melupakannya, atau bahkan ada yang terlalu memerhatikan durinya sendiri hingga tumbuh lebih lebat daripada bunga mawar itu sendiri dan semakin melukai dirinya. Di masa media sosial ini, tidak jarang juga ada yang membandingkan mawar dan duri yang dimilikinya dengan mawar dan duri orang lain. “Kok dia beruntung banget ya, punya segudang kemampuan dan hampir gak punya kelemahan. Bahkan dia cantik/ ganteng sekali! Tanpa cacat cela, nyaris sempurna!”
Layaknya tanaman mawar, setiap orang memiliki bunga dan durinya masing-masing. Hal yang paling penting adalah bagaimana cara mengurusnya saja yang tentu berbeda-beda. Jika kita percaya diri dan yakin dengan kemampuan yang kita miliki, baik dalam melakukan tugas, berkarya, maupun mengatasi hambatan, maka potensi dan kemampuan kita akan semakin bertumbuh dan menjadi lebih berkembang dari sebelumnya.
Ternyata, hal ini ada dasar teorinya loh, teman-teman! Dalam teori psikologi kognitif sosial, kepercayaan seseorang terhadap kemampuan dirinya dinamakan dengan efikasi diri (self-efficacy). Menurut Bandura (1994, seperti dikutip dalam Feist & Feist), efikasi diri merupakan keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk mengontrol fungsi diri dan peristiwa lingkungan mereka. Semakin seseorang percaya bahwa mereka dapat melakukan sesuatu (dengan kemampuannya) untuk mengubah peristiwa lingkungan, maka semakin besar pula kemungkinannya untuk berhasil daripada orang yang tidak percaya pada kemampuannya. Orang yang memiliki efikasi diri tinggi berusaha lebih keras daripada orang yang memiliki efikasi rendah untuk mengatasi tantangan yang ada (Maryam, 2015).
Lantas, bagaimana cara meningkatkan efikasi diri kita? Salah satu cara yang dapat diterapkan adalah dengan mengelola pikiran dan tindakan kita melalui verbalisasi diri yang positif. Contohnya, ketika teman-teman berpikir “Saya takut ketika akan mengikuti kelas statistika, saya rasa tidak mempunyai kemampuan di bidang tersebut”, instruksikanlah diri teman-teman di dalam hati untuk berkata, “Saya mengikuti kelas statistika karena saya ingin mengasah kemampuan saya, meskipun saya kurang terampil saya akan mencoba”. Contoh lainnya, ketika teman-teman berpikir “Penampilan saya kurang menarik”, instruksikanlah diri teman-teman di dalam hati untuk berkata, “Setiap orang memiliki penampilan diri, gaya atau style masing-masing, jadi saya tidak perlu malu dengan penampilan saya”.
Teknik verbalisasi diri yang positif tersebut dinamakan teknik self-instruction. Teknik self-instruction merupakan salah satu teknik perilaku kognitif (Cognitive Behavioral Therapy atau CBT) yang dikembangkan oleh Meichenbaum (Fiorentika et al., 2016). Beberapa penelitian menemukan bahwa teknik ini dapat meningkatkan efikasi diri dan kepercayaan diri dalam perilaku belajar siswa (Widianti, 2013, seperti dikutip dalam Fiorentika et al., 2016; Fiorentika et al., 2016; Habiba, 2013).
Setelah membaca renungan ini, jika kalian merasa tidak memiliki satu mawar pun dalam diri teman-teman, mari lihat lagi lebih dalam. Jangan-jangan mawar tersebut sudah terlalu lama bersembunyi di balik duri-duri yang dibiarkan tumbuh sedari dulu?
Referensi
Feist, J., & Feist, G. J. (2008). Theories of Personality (7th ed.). Boston: McGraw-Hill.
Maryam, S. (2015). Self-Efficacy Anak Didik Pemasyarakatan Di LAPAS Anak Klas IIA Blitar [Skripsi]. Fakultas Psikologi, UIN Maulana Malik Ibrahim.
Fiorentika, K., Santoso, D. B., & Simon, I. M. (2016). Keefektifan teknik self-instruction untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa smp. Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 1(3), 104-111. http://dx.doi.org/10.17977/um001v1i32016p104
Habiba, A. (2013). Penerapan teknik self-instruction untuk meningkatkan kepercayaan diri ketika pelajaran retell story pada siswa kelas VIII SMPN 5 Cepu. Jurnal BK Unesa, 3(1).
Penulis : Susan Isuwarman
Penyunting : Klara Ardisa Prittadewi