Aku Cinta Diriku
Nampaknya, dalam masa pandemi ini kita semakin terdorong untuk mencintai diri kita. Lebih rajin menjaga kebersihan tubuh dan makan makanan yang sehat untuk menjaga kesehatan dan kekebalan tubuh. Dengan begitu apakah kita sudah mencintai diri kita? Ya, hal tersebut menunjukan kita mencintai diri kita. Namun, hanya bagian fisik, sedangkan tubuh tidak hanya terdiri dari fisik. Di dalam tubuh kita juga terdapat mental/psikis. Lalu bagaimana menjaga kesehatan psikis tersebut? Salah satunya mungkin seperti ini.
Sejak kecil, sebagian besar dari kita rasanya selalu dinasehati untuk “mendahulukan orang lain, barulah diri kita”. Hal tersebut baik untuk mengajarkan kita agar tidak egois. Namun, semakin kita memasuki masa dewasa, mulai muncul rasa lelah dalam diri terhadap nasehat tersebut. Tanpa disadari kita sebenarnya merasa ‘lelah’ ketika harus mendengar keluh kesah teman kita yang terus menerus bercerita kepada kita. Mungkin untuk beberapa waktu sekali itu tidak masalah, tetapi bagaimana jika hampir setiap hari mendengar keluh kesahnya? Tentunya energi psikis kita ikut terkuras.
Dalam keseharian, kita tentu juga memiliki permasalahan pribadi. Namun, kita seolah tidak ingin menjadi jahat dengan berusaha selalu ‘ada’ untuk teman kita. Di saat yang sama pula, kita jahat dengan diri kita karena tidak memberi waktu untuk tenang dan merasakan damai. Tidak ada yang salah dengan mengatakan ‘tidak’ kepada teman, terutama ketika kita sedang ‘lelah’ dan juga membutuhkan waktu untuk diri sendiri.
Diri kita itu penting, diri kita yang akan selalu melekat dengan kita sampai kesudahan nantinya. Oleh karena itu, mari prioritaskan diri kita.
Daftar Pustaka
Sumber Gambar : https://pixabay.com/id/photos/cinta-diri-jantung-buku-harian-3969644/
Penulis : Joshua Edward P
Penyunting : Putri Andina Barsellina