Tidak Hanya “Aku”
Saya pernah tersakiti karena perkataan seseorang. Saya amat kesal dan sejak saat itu, saya selalu memandang buruk orang tersebut. Segala aktivitas yang melibatkan saya dan dia terasa sangat berat dan memuakkan. Seiring berjalannya waktu, tidak ada yang pulih. Hanya amarah yang tertanam, berakar, dan bertumbuh.
Sebenarnya, cukup mudah untuk memenuhi semua kebutuhan alam bawah sadar kita. Tempat kita bisa saja memberontak, bisa saja menyakiti, atau bisa saja mengabaikan orang lain.
Apakah yang selama ini membatasi kita untuk melakukan itu semua?
Kesadaran diri.
Ada banyak hal di luar diri kita yang tidak dapat kita kendalikan; pendapat orang lain, perkataan orang lain, dan perbuatan orang lain. Layaknya domino, satu peristiwa dapat menimbulkan peristiwa serupa yang berkelanjutan karena satu pemicu.
Lantas, apa yang sebenarnya paling mungkin untuk kita kendalikan?
Ya, tentu diri kita sendiri.
Penting bagi kita untuk menyadari pikiran, perilaku, perasaan dan dampaknya terhadap orang lain. Bukan untuk menghindari masalah atau menjadi rendah, tetapi untuk tidak gegabah dan salah langkah.
“Self-Awareness Doesn’t Stop You from Making Mistakes, It Allows You to Learn from Them” – Unknown
Segala sesuatu perlu dilakukan bertahap; mengakui kesalahan, mengevaluasi perbuatan, dan memulihkan keadaan. Begitulah proses menyadari keadaan diri. Sebelum mengenal orang lain, pastikan bahwa kita mengenal diri kita terlebih dahulu. Walaupun demikian, sekali lagi perlu diingat bahwa hidup bukan tentang diri kita sendiri.
Penulis : Putri Andina Barsellina
Penyunting : Klara Ardisa Prittadewi