Menjadi Generasi Pejuang Perdamaian

I invite you to join in the fight againts poverty, both material and spiritual.
Together let’s build peace and bridges of friendship.
– Pope Francis

Berangkat dari berbagai keprihatinan sosial yang diwarnai dengan konflik, perpecahan, dan kepentingan kelompok tertentu. Seiring dengan berkurangnya semangat mewujudkan perdamaian, Campus Ministry mengangkat tema “Menjadi Generasi Pejuang Perdamaian”  sebagai pokok diskusi pada Conversar Arrupe 2017.Sesuai Pre-EventAsian Youth Day 2017 (Sharing) yang akan diadakan di Indonesia, Campus Ministry melalui talkshow ini ingin mengajak orang muda untuk terlibat langsung membangun budaya kehidupan menjadi generasi pejuang perdamaian dengan kreatifitas dan ide-ide segar yang mereka miliki. Bersama Romo Bagus Laksana, SJ dan Tim Publikasi AYD 2017 berbagai cara pandang terkait visi dan misi perdamaian yang perlu diperjuangkan khususnya di kalangan generasi muda dibahas dalam acara ini. Kegiatan ini juga dimeriahkan oleh Yuliono seorang seniman Jogja dengan musik dan lagu-lagunya.

Romo Bagus pada sesi pertama banyak bercerita mengenai situasi besar yang dihadapi dalam usaha membangun perdamaian. Karakteristik generasi muda yang bebas, dinamis, kreatif, namun cenderung mempunyai cara pandang yang sempit. Cara pandang yang sempit sering menggiring mereka untuk turut serta pada gerakan neo-nazi yang sekarang menjangkiti negara-negara maju. Dewasa ini, razizme dan xenophobia (anti asing) nampaknya sudah menjadi gaya hidup. Paham pupolism sebagai kehendak rakyat yang dimanfaatkan oleh pemangku kebijakan untuk membakar masa menjadi hal yang sudah biasa terjadi. Baru-baru ini masyarakat juga tertarik dengan berita hoax, kabar burung yang belum dikonfirmasi oleh pihak terkait atau bahkan tidak nyata. Peristiwa tersebut menjadi sebuah tantangan di tengah kuatnya arus teknologi informasi dan komunikasi. Fenomena dunia ini seharusnya mengusik batin kita yang sudah tidak terbiasa dengan situasi damai. Apakah ada hal yang harus diwaspadai? Beberapa hal yang dapat diperbaiki adalah cara hidup dan cara pandang kita. Nafsu dan kesombonganlah yang telah memicu terjadinya konflik. Romo Bagus juga mengatakan bahwa, “Orang muda ter-shuting down dari dunia sekitar”. Sebagai kaum muda, jangan terkung-kung oleh permainan duniawi. Orang muda sudah selayaknya terlibat dan melek pada situasi di lingkungan sekitar. Romo Bagus menambahkan, “Perdamaian dibangun dengan memilih untuk tidak berada dalam zona nyaman kita. Perdamaian dibangun dengan hati yang dewasa dan peduli. Dan perdamaian dirawat dengan membangun komunitas-komunitas kecil. Sekarang waktunya orang muda dituntut untuk berani mengambil sikap yang bijaksana tentunya.”

Obrolan hangat masih dilanjutkan pada sesi kedua. Pada sesi ini, Mas Wahyu (desain grafis AYD) dan Mas Sam (penggagas pre-event AYD) sebagai perwakilan dari Tim Publikasi AYD 2017 berbicara seputar pre-event AYD. Tujuan diadakannya pre-event ini adalah untuk merangkul seluruh Orang Muda Katolik (OMK) di Asia yang tidak dapat mengikuti AYD pada hari pelaksanaan supaya dapat turut serta dalam menyambut acara ini. Kegiatan pre-event ini mengajak generasi muda untuk berparti­sipasi dalam AYD dengan cara yang khas, melalui kisah, talkshow, foto, dan lain sebagainya. Terdapat 3 tema besar pre-event yang dibagi menjadi 9 tema kecil yang dapat diikuti, yaitu : Joyful Asian Youth (Youth and Joy, Connected, Inspire); Living the Gospel (Act to Care, Act to Love, Raise your Voice); dan Multicultural Asia (Good News, Sharing, Celebrating the Diversity). Conversar Arrupe memilih tema sharing dalam perbincangan kali ini. Mas Wahyu dan Mas Sam mengajak kaum muda untuk terus berbagi kebaikan, kasih, dan mewartakan kabar gembira. Kabar gembira dalam hal ini bisa diartikan sebagai perdamaian yang tidak dapat dinikmati sendiri. Semangat berbagi tidak henti-hentinya digaungkan supaya umat manusia tersadarkan untuk menjadi perpanjangan tangan dari Tuhan dalam mewujudkan perdamaian. Kerap kali konflik disebabkan oleh sikap kurang menerima dan memusuhi dunia yang berawal dari ketidaktahuan akan apa yang sedang terjadi. Menghilangkan sikap apatis dalam diri sendiri memang cukup sulit, kita harus terus mengenali dunia sekitar agar tidak mudah menghakimi orang-orang di sekitar kita. Maka, tindakan yang paing bijak adalah dengan menerima kehadiran orang lain. Orang muda sebagai harapan bangsa sudah selayaknya meninggalkan jejak bagi dunia, menyuarakan pendapat, serta peduli terhadap kerisauan dan mampu mengatasi tantangan zaman. Indonesia adalah bangsa yang plural. Merawat perjumpaan adalah salah satu solusi untuk merawat keberagaman bangsa ini. Mas Wahyu menambahkan, “Kami akan tetap melanjutkan kegiatan seperti pre-event ini sesudah AYD dilaksanakan untuk terus mengobarkan semangat orang muda.”

-Margareta Via

[share title=”Share this Post” facebook=”true” twitter=”true” google_plus=”true”]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *