Kamu adalah Dirimu, Kobarkan Apimu – Renungan Malam Student Residence

Apakah hari-hari ini teman-teman mengenal seseorang yang bisa menjadi inspirasi, seseorang yang bisa mengobarkan semangat teman-teman? Bagi saya, saat ini, saya menemukan hal ini dalam diri James Foley. Ia adalah wartawan AS yang dieksekusi oleh ISIS untuk membalas serangan AS terhadap basis-basis ISIS. Bagi saya, yang menarik bukanlah eksekusinya yang mengerikan itu; yang menarik adalah kisah hidupnya yang mungkin tidak banyak yang mengetahui.

James Foley, kelahiran 40 tahun yang lalu, adalah lulusan Marquette University, Wisconsin yang sangat aktif. Orangtuanya menggambarkan dirinya sebagai pribadi yang naik perahu pertama, yang berinisiatif melaporkan bila ada makanan yang kurang. Ia bukan tipe pemalas. Semasa muda, ia tergabung menjadi sukarelawan pengajar untuk orang-orang miskin; hingga akhirnya ia terjun dalam dunia jurnalis.

b99334296z.1_20140819210404_000_ghv7h37r.2-0

Kita mungkin memandang dirinya sebagai jurnalis yang gila, jurnalis yang bertugas di daerah-daerah konflik. Ia pernah bertugas di Afghanistan, Irak, ditawan di Libya selama 45 hari dan kemudian dibebaskan, kembali diculik di Suriah, hingga dieksekusi minggu yang lalu. Apakah itu bisa dikatakan gila, edan? Apa yang mendorong dirinya untuk berani menantang maut? Apa yang mendorong dirinya untuk memasuki wilayah perang di saat banyak orang melarikan diri dari situ? Bagi James Foley, ia tidak hanya menyuarakan kebenaran yang terjadi, tapi ia juga ditarik pada sisi-sisi kemanusiaan dari konflik tersebut. Di balik kekerasan yang seringkali ekstrem, ia juga menemukan siapakah pribadi-pribadi yang ia jumpai, ada kehangatan dalam diri mereka. Untuk sampai pada suatu penemuan atas jawaban ini, seorang James Foley berani keluar dari diri sendiri, dari lingkungan AS yang aman dan damai, untuk menemukan sesuatu yang bagi dirinya berharga, dan itu ditemukannya di tempat-tempat konflik. Ia merefleksikan dirinya sebagai berikut “I was a sheltered kid and the world had real problems. I came to know young people who wanted to give their hearts for others” (aku seperti seorang anak dalam tempurung di mana dunia memiliki masalah nyata. Aku ingin mengenal orang muda yang memberikan hati mereka untuk sesama).

Bagaimana dengan diri kita, diri teman-teman, diriku? Kita hening sejenak melihat diri kita. James Foley menulis dalam salah satu surat yang ditujukan kepada almamaternya: “If nothing else, prayer was the glue that enabled my freedom, an inner freedom first and later the miracle of being released during a war in which the regime had no real incentive to free us. It didn’t make sense, but faith did” (Jika tidak ada yang lain, doa adalah perekat yang memerdekakan aku, pertama-tama suatu kemerdekaan batin dan kemudian suatu mukjizat dibebaskan di kala perang yang mana rezim ini tidak berkehendak untuk membebaskan kami. Tampaknya tidak masuk akal, namun iman menjadikannya mungkin).

 

Aku telah mengenal diri. Sejauh mana?

100%, aku rasa tidak. Mungkin hanya sebagian saja, atau hanya sepersekian dari diriku.

Mungkin masih ada yang terpendam dalam diriku, entah aku sadari ataupun tidak aku sadari.

Yang aku tahu adalah hidup ini merupakan suatu pencarian,

Suatu proses terus-menerus untuk mengenal diri, lewat perjumpaan, lewat studi, lewat karya.

 

Apakah aku puas dengan diriku?

Mungkin iya, atau mungkin aku justru bertanya-tanya.

Mengapa aku berbeda dengan orang lain?

Karakterku bukanlah suatu opsi bagi diriku.

Aku tidak dapat memilih kapan aku akan lahir

Di mana aku dilahirkan, siapa bapak ibuku, bagaimana aku dilahirkan.

Oleh karena itu,

Mengapa aku harus sama dengan orang lain?

 

Aku hanya mau menyadari diriku.

Tentu aku diciptakan oleh Allah karena suatu rencana ilahi.

Aku diciptakan untuk meluhurkan Allah.

Aku diciptakan untuk membawa kebahagiaan pada sesama.

Aku diciptakan untuk menerangi dunia.

Dengan kemampuan yang aku miliki, dengan ilmu yang kupelajari,

Dengan karakter diri yang sudah melekat pada diriku.

Oleh karena rencana tersebut, aku mengucap syukur.

Allah sendiri yang menggunakan diriku.

 

Saat ini, di sini, aku berdiri di sekitar api.

Seandainya aku adalah api

Jadi api macam apakah aku ini?

Apakah aku menjadi api yang membakar hutan

Api yang membakar rumah-rumah dempet di perkampungan kumuh

Api yang membakar pasar-pasar tradisional

Api yang besar, tak terkendali, membakar apapun yang dilewatinya.

Atau

Apakah aku menjadi api yang menyinari di kegelapan malam

Api yang menghangatkan di saat aku kedinginan

Seperti api unggun yang ada di hadapanku saat ini.

 

Api menghancurkan

Dunia ini telah terbakar oleh api kebencian, dendam, ketamakan, iri hati, nafsu, kekerasan

Merasuki masyarakat

Meracuni masing-masing pribadi

Namun api juga memurnikan

 

Seperti emas yang dimurnikan di dalam tanur api

Demikian pula hatiku dimurnikan

Semangatku dikobarkan

Jiwaku dihangatkan

Menjadi api yang berkobar

Dan bukan bara yang hampir padam

Yang sudah merasa nyaman dan berpikir “ah…yang penting menyala”

Aku mau berani keluar dari diri sendiri

Membakar semangat teman-teman, saudara, masyarakat

Membakar semangat dunia

Aku ingin menjadi api yang menyulut kobaran api-api lain

 

Ternyata,

Siapapun diriku, aku mampu bersinar

Apapun watak dan perangaiku, aku dapat membawa cahaya dan kehangatan

Aku mampu berubah dan mengubah

 

Dalam keheningan malam,

aku menyerahkan diriku kepada-Mu ya Allah

telah kulewati kabut kekelaman hari-hariku

aku tahu ada yang lebih daripada sehirup nafas ini

aku percaya bahwa hari ini bukanlah suatu akhir

aku tidak dapat melihat jauh melampaui bintang-bintang

namun aku tahu di mana Engkau berada

gembira bagaikan rasa lapar di dalam hatiku

waktunya akan tiba saat segala sesuatu memudar

ke dalam gelapnya malam

bagaikan memori yang tercerabut

oleh karena itu aku bersujud, memohon

terangilah aku

tunjukkanlah tanda kepadaku

kehendak-Mu terjadi dalam diriku

terangilah aku

http://www.youtube.com/watch?v=fSKO052wjI0

(Riswanto, SJ)

[share title=”Share this Post” facebook=”true” twitter=”true” google_plus=”true”]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *