BARU-BARU INI, pada perhelatan Pertemuan Orang Muda Katolik (OMK) se-dunia di Polandia, Paus Fransiskus mengajak OMK untuk keluar dari aneka zona nyaman dan memasuki dunia pergaulan hidup yang luas dengan menciptakan jejak yang menghadirkan Kabar Gembira melalui jalan mengikuti Yesus, “Sang Pemanggul Risiko”. Beliau meminta kita, orang-orang muda, untuk menciptakan jejak pada kehidupan yang sedang dijalani, pada sejarah yang sedang berlangsung, baik yang menyangkut diri kita sendiri maupun orang-orang lain, dengan menjadi murid-murid Yesus pada zaman ini yang tanpa rasa takut mendorong perubahan setiap hati untuk sanggup menanggapi mimpi Allah pada sesama.
Paus menegaskan, “Sejumlah keadaan akan tetap kelihatan berjarak sampai kita dengan sejumlah cara bersentuhan dengan keadaan-keadaan itu. … Saat kita dikuasai kelumpuhan [karena terperangkap dalam berbagai zona nyaman], kita kehilangan pesona dari perjumpaan dengan orang-orang lain, berkawan, berbagi mimpi-mimpi, berjalan berdampingan.”
Saat ini kita sedang menyambut hadirnya Pertemuan OMK se-Asia ke-7 yang akan diadakan pada 31 Juli hingga 6 Agustus 2017 di Yogyakarta, Indonesia. Menjelang perhelatan tersebut, yaitu dari September 2016 hingga Juni 2017, kita hendak menghidupi pesan Paus Fransiskus pada Pertemuan OMK sedunia di Polandia itu dan sekaligus lebih menggemakan dalam hati kita tema Pertemuan OMK se-Asia ke-7, yakni “Joyful Asian Youth! Living the Gospel in Multicultural Asia”.
Sebagai Orang Muda Katolik Asia, kita meyakini bahwa keberagaman dalam budaya, agama, etnis, bahasa, dan lain-lain bukanlah halangan pemisah yang membuat kita hidup dalam dunia kita sendiri, melainkan merupakan arena di mana setiap ciptaan Allah bekerja keras penuh semangat untuk menampakkan cinta kasih Allah.
Maka, mengikuti jalan “Sang Pemanggul Risiko” di dalam konteks Asia berarti pertama-tama perlu peduli dan kritis pada situasi hidup yang nyata di depan mata dan menyadari segala talenta yang dikaruniakan Allah kepada kita.
Yesus memanggil kita untuk turut mengambil jalan Allah “yang tidak mudah, namun menggembirakan”, yang menuntun kita untuk menjumpai-Nya dalam diri orang-orang yang lapar, yang haus, yang telanjang, yang sakit, kawan yang sedang dalam masalah, tawanan, pengungsi, perantau, serta tetangga kita yang terlantar, dengan mengawalinya dari yang paling dekat dengan kita.
Kita meyakini bahwa Pentakosta baru di tengah dunia dewasa ini terjadi pada saat semua “sehati dan sejiwa” (Kis 4:32), dan itu akan tersemaikan serta tumbuh dalam konteks Asia – bersama dengan kehadiran penyelenggaraan ilahi dan dengan peran kita sebagai rasul-rasul terdepannya.
Dengan demikian, menciptakan jejak-jejak dalam hidup merupakan kisah personal terkait belarasa terhadap apa yang terjadi di dalam komunitas dan sekeliling kita, kesanggupan untuk membangun rumah bagi semua ciptaan, dan gandeng tangan-nya kita sebagai saudara. Melalui kisah-kisah itu, kita berbagi pengalaman dalam melihat realitas sekitar, menyuarakan pandangan-pandangan kritis, dan memulai tindakan-tindakan yang mungkin sebagai pewarta Kabar Gembira zaman ini.
#AYD7Indonesia
Tulisan ini bersumber dari http://asianyouthday.org/leaving-a-mark-as-asian-youth/