Biarlah Mimpi-Mu menjadi Mimpiku

Renungan Hari Minggu Adven IV

Tidak semua anganku ternyata sejalan dengan cerita Allah. Semakin aku menjalani hidupku, banyak kisah yang jauh dari bayanganku sebelumnya, bahkan jauh dari apa yang aku rencanakan. Dalam permenunganku, seringkali aku pun merasa hidupku ini begitu berliku.  Tuhan yang maha tak terduga itu menjadikan hidupku penuh dengan keterkejutan: yang seringkali pada awalnya aku tak mengenali maksud-Nya.

Aku pun teringat momen setahun yang lalu, ketika aku mendaftarkan diri untuk ikut organisasi universitas. Di organisasi itu, aku mendaftarkan diri sebagai anggota, atau lebih dikenal sebagai staf (saja). Dengan kompetensi atau pun pengalaman yang aku miliki, aku memberanikan diri untuk mendaftar. Aku pun membayangkan bahwa aku akan diterima sebagai staf, melakukan tugas-tugas praktis yang diberikan kepadaku, melakukan apa yang menjadi kewajibanku. Sesederhana itu. Ketika hari pengumuman tiba, aku menerima telepon dari recruiter. Ternyata aku diterima sebagai menteri (sebutan koordinator untuk suatu divisi dalam organisasi tersebut). Padahal aku sama sekali tidak mendaftarkan diri untuk menjadi menteri, sama sekali tidak terbayang, dan aku pun juga tidak ada minat. Bagaimanapun, itulah yang menjadi keputusan recruiter. Bayanganku untuk menjadi staf biasa, menjalani tugas-tugas yang sudah jelas, hal-hal sederhana, melakukan apa yang diminta, menjalankan apa yang ditugaskan tentu menjadi berubah. Apa yang aku harapkan, apa yang menjadi anganku tidak terjadi sama seperti yang aku pikirkan. 

Menerima keputusan menjadi seorang koordinator berarti menerima tanggung jawab yang lebih besar, bertanggung jawab atas staf yang ada di dalamnya, harus lebih memikirkan arah, membuat konsep, yang tidak sekedar melakukan tugas yang sudah jelas dan terstruktur. Seiring berjalannya waktu, aku pun merasa tugas ini mendorongku untuk melakukan banyak hal, memikirkan apa yang bisa dikerjakan, membuat program-program yang kreatif, yang tentunya untuk kebaikan semakin banyak orang. Di titik itulah aku menyadari bahwa keputusan untuk menerima tanggung jawab ini menjadi pintu kesempatan untuk semakin membuat kebaikan dalam bentuk-bentuk yang kreatif. 

Aku merenungkan, barangkali pengalamanku ini rupanya mirip dengan apa yang dialami Santo Yosef, yang dalam mimpinya diyakinkan untuk mengambil Maria menjadi istrinya.  Bukanlah sesuatu yang mudah untuk menerima itu. Bukanlah sesuatu yang mudah untuk menerima bahwa apa yang menjadi rencananya harus dibelokkan. Santo Yosef yang melaksanakan kehendak Tuhan membuatku semakin sadar, bahwa ada hal-hal dalam hidup ini yang tidak sama dengan apa yang aku rencanakan. Dalam bahasa populernya sering disebut manusia merencanakan, namun Tuhan yang menentukan. Tuhan yang maha mengejutkan itu memiliki rencana-rencana yang tidak terduga, yang melampaui rencanaku sebagai manusia yang sangat biasa. Tetapi bukankah rencana-rencana yang serba tidak terduga itu adalah rencana-rencana yang menyelamatkan? Semoga aku pun diberi rahmat keterbukaan hati, ketabahan untuk menjalani apa yang menjadi rencana Tuhan. Biar mimpi-Mu yang menjadi mimpiku juga !

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *