Berjaga – jagalah dan siap siagalah!

Renungan Hari Minggu Adven I

Seperti halnya kita akan kedatangan tamu, atau seorang yang istimewa dalam hidup kita, biasanya kita mengusahakan sebuah kesiapan. Kita berusaha mempercantik diri, atau menata ruang agar terlihat bersih, nyaman, indah. Kita juga berusaha mencari sesuatu yang bisa disuguhkan, atau mencari kudapan yang istimewa. Semua usaha itu dilakukan demi seorang yang istimewa, yang akan datang berjumpa dengan kita.

Adven, dari bahasa latin, Ad dan Venire, yang artinya menuju kedatangan. Adven merupakan saat-saat kita untuk menyiapkan diri untuk kedatangan Penyelamat yang dijanjikan. Masa-masa penantian yang ada merupakan kesempatan kita untuk betul-betul mempersiapkan diri, agar pantas dan layak untuk menyambut kedatangan Tuhan yang kita rindukan.

Pada minggu Adven pertama ini, kita diingatkan, bahwa dalam harapan kedatangan Tuhan itu, kita harus “berjaga-jaga dan siap siaga”. Penantian bukan berarti kita hanya diam dan menunggu saja. Penantian dalam masa adven adalah penantian yang mengandung arti bahwa kita dipanggil untuk mempersiapkan diri kita. Sambil berharap, kita berjaga. Kita terus menerus bertanya, apakah aku sudah siap ketika Tuhan datang? Atau jangan-jangan aku dalam keadaan yang sama sekali tidak siap?

Kisah Nuh, merupakan kisah yang membantu kita merefleksikan tentang sikap berjaga dan siap siaga. Penantian, yang mengandung sikap untuk berjaga dan bersiap berarti memiliki semangat ketekunan untuk “sejalan dengan Tuhan”. Seperti Nuh, yang taat pada perintah Tuhan, kita pun dipanggil untuk mempersiapkan dengan melakukan apa yang dikehendaki Tuhan. Sudahkah aku mempersiapkan diriku dengan melakukan apa yang dikehendaki Tuhan?

Berjaga dan bersiap tidak jauh dari bagaimana kita memperbaiki diri dan melakukan pertobatan. Selain melakukan pertobatan dengan menerima sakramen tobat, pertobatan nyatanya dekat dengan hidup kita sehari-hari. Barangkali dapat dimaknai dalam hal-hal sederhana, pertobatan dapat dimulai dengan mengerjakan tugas-tugas harian yang sederhana dengan kesungguhan hati. Pertobatan juga dapat diusahakan dengan kejujuran, memiliki hati pada orang lain, memiliki keterbukaan hati pada Tuhan dan kebaikan. Pertobatan juga dapat dimulai dengan melakukan memaafkan orang lain yang bersalah, melepaskan persepsi buruk terhadap orang lain, berdoa bagi mereka yang membenci atau bagi mereka yang sulit kita maafkan. Sudahkah aku melakukan pertobatan dalam keseharianku?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *