Berbijak dalam Bersosial Media

Nampaknya, jika dikatakan bahwa modernitas mengikis kemampuan berpikir dan bersikap kritis pada sebagian orang memang benar adanya. Hal ini merujuk pada banyaknya orang muda, generasi millennial terutama, yang kedapatan sering membagikan, mem-posting ulang, me-retweet, berita-berita yang tengah ramai di linimasanya.

Tentu hal ini akan baik jika disertai kesadaran tentang apakah hal yang dibagikan itu merupakan hal yang berfaedah. Namun, kesadaran tersebut terkikis oleh keinginan diri untuk selalu terlihat update, selalu menjadi yang pertama tahu, dan paling tahu tentang segala sesuatu yang membuat hilangnya kontrol atas hal-hal yang dibagikan di media sosial. Apapun, asal merupakan hal yang sedang ramai dibicarakan, maka jempol ini tanpa segan akan ikut ambil bagian. Hal ini diperparah dengan minimnya keinginan untuk membaca dan mencari referensi lanjutan yang membuat hal yang dibagikan tak lebih dari sekadar berita bohongan.

Kejadian ini tentunya sering dimanfaatkan oleh oknum-oknum untuk memancing keributan, menimbulkan keresahan, membangkitkan kecurigaan yang pada akhirnya mengancam persatuan dan kesatuan. Kita bisa berkaca pada berita-berita yang sering muncul di ruang sosial kita akhir-akhir ini.

Kenyataan ini yang membuat Campus Ministry Universitas Sanata Dharma merangkul Komunitas Santri Gus Dur Jogja untuk bersama membangun kesadaran pribadi maupun komunitas yang ada di lingkup Sanata Dharma dalam bersosial media.

Dalam acara Angkringan Lintas Iman 2017 dengan mengangkat tema “Membangun Budaya Damai Lewat Media Sosial”, CM Sanata Dharma dan Komunitas Santri Gus Dur Jogja menghelat sebuah workshop pengelolaan media sosial. Acara yang diadakan pada tanggal 5 November ini diikuti berbagai macam komunitas seperti Cana Community, FKM Budi Utama, Komunitas Paingan, KMHD, Garuda Katolik Atma Jaya Yogyakarta, dan beberapa mahasiswa lainnya.

Bertempat di ruang kegiatan Campus Ministry Universitas Sanata Dharma Kampus III Paingan, acara ini dibagi dalam dua sesi berbeda. Kedua sesi dalam acara workshop ini diisi oleh perwakilan Komunitas Santri Gus Dur Jogja.

Fatin Ilfi yang kebagian mengisi sesi pertama menegaskan kembali tentang strategi bermedia sosial. Untuk menyusun strategi tentunya perlu tahu seperti apa dulu sosial media kita akan kita gunakan, maka Mas Fatin tegas meminta peserta workshop yang hadir untuk memetakan fungsi sosial media mereka.

Pemetaan ini penting dilakukan agar para administrator sosial media menjadi tahu info apa saja yang boleh dan tidak boleh dibagikan. Selain itu, pemetaan juga memudahkan dalam membangun opini public untuk melawan berita-berita palsu yang ramai dibicarakan. Tak ayal, sesi pertama ini diikuti ke-25 peserta dengan begitu khusyuk.

Sesi kedua workshop pengelolaan media ini dimulai selepas makan siang. Berfokus pada creating creative content para peserta diajak berkenalan dengan banyak jenis konten yang sering berlalu lalang di sosial media. Sedikit berbeda dengan sesi I di mana peserta banyak diajak untuk mikir, sesi II ini yang diisi oleh Sarjoko Wahid ini terkesan lebih fun.

Keriaan peserta ini dituangkan dalam berbagai bentuk gambar meme yang coba mereka buat berdasarkan arahan dari Mas Joko. Tentunya Mas Joko juga memberi garis tebal bahwa pembuatan konten kreatif macam meme ini tetap haruslah menjaga etika dan tidak memancing munculnya keributan baru.

Mas Joko dalam penjelasannya juga memberi catatan bahwa perjuangan dalam membangun budaya damai dalam bermedia sosial ini adalah perjuangan yang panjang dan melelahkan. “Namun,  justru inilah yang menguji kesetiaan dan ketekunan kita untuk terus memberikan konten positif tanpa harus melarikan diri dari berbagai cemooh atau ancaman itu tadi,” sambungnya.

Seiring dengan kemajuan teknologi dan menjamurnya sosial media yang semakin memudahkan hidup manusia, memang banyak membawa perubahan. Perubahan ini harusnya bisa disikapi dengan bijak dan tidak terbawa pada berita-berita hoax.

Penulis: Cahyo

[share title=”Share this Post” facebook=”true” twitter=”true” google_plus=”true”]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *