Ignatius Loyola, adalah seorang ksatria Spanyol yang lahir pada tanggal 23 Oktober 1491 dan berakhir menjadi salah satu Santo terkenal di Gereja Katolik. Awal dari kisah hidup Ignatius selayaknya sebuah film layar lebar yang menunjukkan bagaimana seorang prajurit kerajaan berjuang dengan penuh ambisi dan ingin menjadi seorang jenderal perang yang dikagumi oleh semua orang. Akan tetapi, pertempuran di Pamplona melawan Perancis pada tahun 1521 menjadi penyebab titik balik kehidupan Inigo (baca: Ignatius muda). Rasa sakit akibat luka dalam peperangan dan rasa malu karena tidak berhasil menunjukkan kehebatannya sebagai seorang ksatria, membuatnya tidak berdaya di tangan musuh. Ambisinya yang tak padam menyelamatkannya karena pihak musuh kagum akan keteguhan hatinya, sehingga memutuskan untuk membawa Inigo ke Loyola agar dapat disembuhkan. Di Loyola, mimpinya berakhir. Kondisi tubuhnya tidak memungkinkan lagi untuk kembali ke medan perang.
Jika peristiwa tersebut masuk dalam ending sebuah film, kita dapat melihat betapa tragisnya hidup Inigo. Tetapi, hal itu justru merupakan awal dari sebuah perjalanan panjang seorang petualang iman untuk terus mencari Sang Kebenaran yang telah memikat hatinya. Ambisinya kembali berkobar untuk bertobat dan menyerahkan diri seutuhnya dalam kehendak Sang Kebenaran itu. Ia mulai sadar akan adanya gerak batin dan tanpa ragu mengikutinya. Perjalanan panjang dengan berjalan kaki dan perbekalan yang sangat sedikit membawanya melintasi berbagai daerah seperti Manresa, Yerusalem, Barcelona, Paris, hingga ke Roma. Inigo yang awalnya berambisi menjadi seorang jenderal kerajaan dunia sudah bertransformasi menjadi Ignatius, seorang jenderal kerajaan surgawi yang dipilih sendiri oleh Allah serta memperoleh kehormatan abadi sebagai santo yang hidup.
Dua hal yang dapat kita contoh dari Santo Ignatius dalam menghadapi dunia yang tidak pasti adalah keberaniannya mengambil keputusan dan kesetiaannya untuk bertahan pada jalan yang sudah ia pilih. Berani mengambil keputusan untuk menanggapi panggilan hidup menjadi sebuah langkah awal dari sebuah perubahan. Bukan perkara mudah, karena bagaimanapun juga dalam beberapa kesempatan kita seringkali dihadapkan pada realita bahwa kita masih memiliki ambisi pribadi yang bertentangan dengan panggilan itu. Selain itu, perjuangan mengikuti gerak batin juga menjadi tantangan tersendiri karena gerak batin terkadang menjadi kabur oleh keinginan-keinginan pribadi lainnya. Tidak heran jika keraguan kemudian yang akan mendominasi hati dan pikiran kita dalam menentukan langkah selanjutnya. Di Salamanca, Ignatius pun mengalami keraguan akan jalan hidup yang ia pilih karena semakin kuat kehadiran orang yang menentangnya. Sekali lagi, ambisinya menyelamatkan Ignatius untuk tetap setia dalam jalan yang telah ia pilih. Ignatius bahkan memilih untuk tidak ingin dibebaskan karena baginya tidak ada jeruji maupun borgol yang lebih diinginkan demi Allah.
Kisah dan pengetahuan mengenai Santo Ignatius ini saya peroleh dalam kelas Ignatian Study Club pada tanggal 14 November, 21 November, dan 5 Desember 2018. Satu refleksi saya berdasarkan kisah tersebut adalah tentang berani menyerahkan diri seutuhnya. Penyerahan diri seutuhnya bukan berarti kita boleh menjadi pasif akan apa yang terjadi dalam hidup. Akan tetapi, penyerahan diri yang total justru diwujudkan dengan terus berjuang dan mencari apa makna dari kehidupan yang dicari serta kehendak Sang Kebenaran terhadapnya. Berani menyerahkan diri dan bersatu dengan Sang Kebenaran akan semakin membebaskan diri kita dari dunia yang semakin tidak pasti. Sekalipun sulit, namun gerak batin dari Kebenaran Sejati tidak akan membiarkan kita tersesat dalam kebimbangan yang mendalam. Maka, dengan sendirinya kita akan menjadi pembawa kedamaian dan kepastian bagi orang-orang di sekitar kita.
“Inigo adalah santo yang hidup dan menghidupi ajaran Tuhan, sekarang hingga yang akan datang.”
Aloysius Sandy, dalam sharing 14 Januari 2019
“Ignatius Loyola adalah seorang pemimpin dan petualang yang berambisi mendalami iman lewat pengalaman rohani.”
Antonia Indriyani, dalam sharing 11 Januari 2019
“Ambilah ya Tuhan kebebasanku
kehendakku, budi ingatanku
pimpinlah diriku dan Kau kuasai
perintahlah, akan ku taati
Hanya rahmat dan cintaMu padaku
yang ku mohon menjadi milikku
hanya rahmat dan cinta dariMu
berikanlah menjadi milikku
Lihatlah semua yang ada padaku
ku haturkan menjadi milikMu
pimpinlah diriku dan Kau kuasai
perintahlah, akan ku taati”
(Latihan Rohani no. 234)
Rosminah
Ignatian Study Club
Sumber:
Kokoh, Jost. (2013). Novena st. ignatius loyola. Diunduh dari http://romojostkokoh.blogspot.com/2013/07/novena-st-ignatius-loyola.html, pada 18 Januari 2019, pukul 22.37 WIB.
Sardi, L. A. (2018). Berani ambil keputusan: 14 langkah latihan rohani st. ignatius loyola. Yogyakarta: Sekretariat Nasional Kerasulan Doa