Tour Kampung: Membangun Kota Toleran

 

Sebagai lanjutan dari diskusi pada hari sebelumnya, pagi di hari Minggu, 30 Oktober 2016, serombongan mahasiswa membawa bendera merah-putih berjalan menuju Kampung Gowongan Kidul. Rombongan itu adalah para peserta Tour Kampung Angkringan Lintas Iman,

“Kota membangun manusia, manusia membangun kota”, setidaknya seperti itu yang pernah diutarakan Romo Driyarkara seorang filsuf yang juga merupakan pendiri Sanata Dharma, maka untuk dapat kembali merivitalisasi kata toleran itu harus dimulai dari diri manusianya sendiri dan kampung adalah tempat yang tepat untuk memulainya.

Kampung Gowongan Kidul, khususnya di RT 26, RW 06, sendiri dipilih sebagai salah satu tujuan Tour Kampung ini karena di kampung yang menyandang gelar Kampung Pancasila ini telah dan masih selalu menghidupkan budaya-budaya toleransi dalam setiap lini kehidupannya.

Pak Harry Cahya, salah satu warga di Kampung Gowongan Kidul, bercerita bahwa di kampung tersebut toleransi diwujudnyatakan dalam setiap upaya penyelesaian masalah yang ada, musyawarahlah yang selalu dikedepankan. “Musyawarah itu adalah sari dari Pancasila Sila ke-4”, ucap beliau. Itulah mengapa Kampung Gowongan Kidul ditetapkan oleh Walikota Jogja dan Gubernur DIY sebagai Kampung Pancasila.

“Toleransi dimulai dari diri sendiri”, setidaknya begitulah yang diucapkan Ketua RW 06, Bapak Mulyadi, dan dengan perjumpaan-perjumpaan langsung antara kampus dan kampung seperti ini adalah salah satu cara untuk mewujudkannya.

Tour Kampung Angkringan Lintas Iman ini sendiri diikuti oleh mahasiswa Sanata Dharma meliputi teman-teman dari Komunitas Mahasiswa Hindu Dharma Swastika Taruna (KMHD), Komunitas Mahasiswa Buddhis Kong Hu Cu (KMBK), Komunitas Paingan (KomPai), ada juga dari Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY), dan UNIKA Soegijapranata Semarang.

Setelah selesai di Kampung Gowonan Kidul, Tour Kampung Angkringan Lintas Iman dilanjutkan dengan mengunjungi Kampung Rejowinangun. Sedikit berbeda dengan sebelumnya, Kampung Rejowinangun ini memang sudah mendapatkan predikat sebagai kampung toleran karena selalu mengusung nilai-nilai nasionalisme dalam segenap kegiatan yang diselenggarakannya.

Harapan yang ingin dimunculkan dari adanya Tour Kampung Angkringan Lintas Iman ini adalah dengan adanya perjumpaan antara komunitas kampus dan kampung akan dapat menumbuhkan rasa saling membutuhkan sehingga muncul gagasan untuk memperjuangan mimpi bersama, mimpi membagun kota yang toleran. Karena membangun toleransi tidak pernah cukup dengan bicara semata.

Video dibuat oleh Yohanes Budi dari CM SCU

(Cahyok, 1 Nov 16)

[share title=”Share this Post” facebook=”true” twitter=”true” google_plus=”true”]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *