Solidaritas Nge-click

Solidaritas Nge-click

Oleh: Cristoporus Dika Adiatma (Juara I Lomba Esai Integrity Days 2016)

 

Era informasi di dunia sekarang ini ditandai dengan perkembangan internet yang memberikan kemudahan dalam mengakses informasi. Berdasarkan data pada tahun 2015, jumlah pengguna internet di Indonesia meningkat hingga 88 juta pengguna[1]. Di dunia, penguna internet bahkan mencapai 3 miliar[2]. Internet memang memudahkan penggunanya untuk memperoleh informasi atau membagikan informasi kepada dunia. Peristiwa yang terjadi di belahan dunia lain dapat diketahui secara cepat oleh manusia di tempat lainnya. Bahkan pada masa sekarang ini, pengguna internet dapat mewujudnyatakan rasa solidaritasnya terhadap suatu permasalahan atau informasi melalui suatu web tertentu. Hal ini tentu saja menjadi fenomena yang menarik untuk didalami.

Beberapa pertanyaan berikut dapat membantu pendalaman fenomena ini, yakni: bagaimana era informasi digital mengubah cara bersolidaritas?; Apa makna solidaritas sesungguhnya dan bagaimana sejarah perkembangannya?; Bagaimana dunia informasi dapat mendukung dan mengembangkan solidaritas? Ketiga pertanyaan tersebut hendak dijawab dalam tulisan ini.

  1. Fenomena Solidaritas Nge-click

Situs change.org adalah wadah petisi terbesar di dunia memperkuat siapa saja dan di mana saja untuk menciptakan perubahan yang ingin mereka lihat[3]. Bagi mereka yang menghendaki adanya perubahan terhadap suatu fenomena tertentu, mereka harus membuat suatu petisi mengenai perubahan itu, menentukan target jumlah dukungan yang diinginkan, lalu menyebarkannya untuk mendapatkan tanda tangan tanda dukungan dari netizen lainnya. Bila petisi tersebut mencapai targetnya, maka petisi itu dapat diajukan kepada pihak terkait dan perubahan akan terjadi karena petisi ini mewakili suara dari banyak orang dan sangat besar peluang untuk keberhasilan akan adanya perubahan.

Pada tahun 2014, Beberapa petisi berhasil membuat perubahan, seperti petisi Save Aru yang menuntut dihentikannya pembabatan hutan massal di wilayah kepulauan Aru. Petisi ini berhasil membatalkan izin perkebunan tersebut dan menyelamatkan 500.000 hektar hutan beserta satwa-satwa endemik di dalamnya. Petisi lain adalah petisi Blusukan Asap yang menuntut agar Presiden Joko Widodo untuk mengunjungi Desa Sungai Tohor dan mulai mencari solusi untuk menyelesaikan masalah bencana asap gambut di Riau. Hasilnya, Bapak presiden melakukan kunjungan tersebut.

Semenjak diluncurkan pada tahun 2007 oleh Ben Rattray, change.org telah menjadi situs yang memberikan sarana untuk mengadakan perubahan dengan mengumpulkan dukungan sosial. Situs ini menjadi populer di Indonesia setelah peristiwa pemilihan umum pada tahun 2014. Situs ini memberikan cara baru bagi masyarakat di masa sekarang ini untuk menunjukkan solidaritas atau dukungan. Pengguna internet hanya perlu masuk ke dalam situs change.org, memilih dan membaca petisi-petisi yang ada, dan menge-click kotak tanda tangani petisi ini sebagai wujud solidaritas mereka. Mudah bukan.

Beberapa teman seringkali menunjukkan dengan bangga bahwa dia sudah mendukung suatu petisi dan merasa bahwa dirinya sudah bersolidaritas. Beberapa juga membagikannya di media sosial bahwa dirinya sudah mendukung petisi tertentu, memberi komentar, dan berperan dalam suatu perubahan sosial. Fenomena ini menunjukkan bahwa ada suatu bentuk solidaritas baru dengan tindakan meng-click.

Beberapa hal baik yang dapat ditemukan dari fenomena ini adalah ajakan untuk melakukan suatu perubahan senantiasa digemakan. Fenomena ini mendorong banyak orang untuk memiliki keresahan dan membuat perubahan di tengah kehidupan sekarang ini. Pengguna internet diajak untuk berani bersikap kritis terhadap realitas sosial di sekitar mereka. Selain itu, adanya petisi juga menggugah banyak pengguna internet untuk memperoleh informasi dan mencari kebenaran terkait petisi tersebut sebelum akhirnya mendukungnya. Namun, apakah dengan tindakan meng-click suatu solidaritas itu sungguh-sungguh diwujudnyatakan sehingga solidaritas itu adalah menekan tombol kiri mouse?

  1. Memahami Solidaritas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, solidaritas berarti sifat (perasaan) solider; sifat satu rasa (senasib dan sebagainya). Sedangkan kata solider sendiri merupakan bersifat mempunyai atau memperlihatkan perasaan bersatu (senasib, sehina, semalu, dan sebagainya)[4]. Adapun berdasarkan etimologinya, solidaritas berasa dari kata Prancis, solidaire dan solidarite[5] yang berarti kesatuan dan persetujuan akan suatu perasaan atau tindakan tertentu, terlebih dalam suatu kelompok individu dengan kesamaan tertentu. Dengan demikian, solidaritas dapat didefinisikan suatu perasaan atau tindakan yang menunjukkan kesatuan dengan perasaan atau tindakan lainnya karena adanya kesamaan tertentu (tujuan, pengalaman).

Di dalam sejarah, kata solidaritas menjadi sering digunakan sejak tumbangnya komunisme di Eropa (1989). Peristiwa ini tidak dipelopori oleh perjuangan sekelompok orang yang memiliki semangat solidaritas dengan nama Solidarnosc. Kelompok ini merupakan kelompok masyarakat perkeja di Polandia yang mulai melawan rezim komunisme di negara tersebut. Kelompok ini dipimpin oleh Lech Walesa.

Awal mulanya adalah tindakan pemogokan di pabrik-pabrik sejak awal 1980-an.  Kemudian, dibentuklah kelompok bawah tanah bernama Solidarnosc yang menuntut perbaikan taraf hidup, pengaturan sistem pemerintahan, dan akses kepada media[6]. Gerakan ini merupakan gerakan tanpa kekerasan yang mengajak semua pekerja untuk bergabung dan berjuang bersama. Semakin lama, gerakan ini memiliki pendukung yang semakin banyak dan menyebabkan efek yang semakin besar pula bila mereka melakukan pemogokan dan demonstrasi. Akibatnya, pemerintah mengadakan pembicaraan serius dengan kelompok Solidarnosc ini dan sepakat untuk mengadakan konferensi meja bundar untuk merencanakan arah dan tindakan dalam mengatur negara.

Konferensi yang berlangsung hingga dua bulan ini membahas isu-isu yang merupakan tuntutan dari kelompok Solidarnosc. Akhirnya, pada 4 April ditandatangani perjanjian Meja Bundar. Kemudian, pada 4 Juni diadakan pemilu yang dimenangi oleh partai Solidarnosc secara mutlak sehingga Lech Walesa diangkat menjadi presiden. Sejak itu, rezim komunisme di Polandia berakhir dan berita ini menjadi inspirasi bagi penduduk di negara-negara komunis lainnya untuk melawan rezim komunisme dengan solidaritas.

Di Indonesia sendiri pernah terjadi dukungan solidaritas yang menyebabkan perubahan bagi seseorang. Pada tahun 1968, pengacara terkenal, Yap Thiem Hien membela seorang kliennya. Dalam persidangan Yap, justru membeberkan bahwa kliennya diperas oleh Jaksa Simandjutak dan Deputi Panglima Polisi Jakarta, Inspektur Jendral Mardjaman[7]. Akhirnya Yap justru di jerat pasal fitnah dan mencemarkan nama baik. Ia divonis penjara setahun.

Dukungan mengalir dari berbagai pihak, dan banyak tulisan di media massa yang justru membela integritas advokat senior ini. Dukungan ini menjadi kekuatan tersendiri bagi kasus yang dihadapi oleh Yap. Hiruk pikuk suara masyarakat menentang kesewang-wenangan pemerintah akhirnya berpengaruh dalam proses banding. Pengadilan tinggi menurunkan hukumannya menjadi 14 hari. Pada akhirnya, Yap pun dibebaskan dan dinilai tidak bersalah karena tindakannya itu dinilai sesuai dengan fungsinya sebagai pembela.

Dari definisi dan sejarah solidaritas, dapat ditemukan beberapa kriteria dari solidaritas yang sekiranya dapat dijadikan pedoman untuk menilai wujud tindakan solidaritas. Ada tiga hal penting dalam solidaritas. Pertama, solidaritas diawali oleh interaksi dengan yang lain (baik manusia, situasi sosial ataupun lingkungan alam). Interaksi ini menghasilkan rasa kesamaan (senasib, seperasaan, sependeritaan). Kedua, solidaritas terjadi karena adanya keprihatinan atau mengikuti keprihatinan yang sama. Sejarah menunjukkan bahwa keprihatinan akan komunisme menyebabkan banyak warga melakukan tindakan yang sama dan berjuang bersama-sama. Ketiga, solidaritas menghasilkan suatu aksi yang membawa pada perubahan kehidupan menjadi lebih baik.

Kriteria solidaritas ini dapat membantu kita dalam memberi penilaian apakah solidaritas meng-click sudah tepat dimaknai sebagai suatu wujud solidaritas? Bila melihat kriteria yang diperoleh dari definisi dan sejarah solidaritas, dapat ditemukan bahwa solidaritas meng-click itu diawali oleh interaksi dengan realitas dalam bentuk cerita yang disampaikan melalui isi dari petisi. Informasi dari petisi ini membawa kepada suatu keprihatinan tertentu akan fakta yang ada di dunia ini dan menyebabkan adanya kesamaan dalam keprihatinan sehingga membuat pengguna internet tergerak untuk mendukung petisi. Akhirnya, satu tindakan nyata adalah dengan meng-click kotak tanda tangani petisi ini. Dengan demikian, solidaritas meng-click juga sudah merupakan suatu tindakan nyata dari solidaritas. Namun, apakah cukup hanya sampai di situ saja? Rasanya,tidak. Solidaritas ini masih bisa kita lampaui.

  1. Melampaui Solidaritas Meng-click

Paling tidak ada tiga hal yang bisa dilakukan untuk melampaui solidaritas meng-click ini. Terlebih dahulu, semangat yang perlu dibangun adalah semangat lebih atau magis sehingga para pengguna internet tidak mudah berpuas diri dengan apa yang telah dilakukannya terlebih apabila dirinya telah mewujudkan solidaritas dengan menandatangani suatu petisi. Untuk itu, tiga hal ini baik untuk dilakukan.

  1. Berusaha membuat petisi bukan hanya mendukung petisi yang ada

Tujuan dari adanya change.org adalah untuk membantu orang dalam membuat perubahan. Semua yang menjadi anggota atau bagian dari situs tersebut memiliki kesempatan untuk melakukan perubahan dengan membuat petisi. Oleh karena itu, memberikan dukungan petisi yang sudah ada itu tentu saja sudah merupakan hal yang baik, namun ada baiknya bila mulai mencoba untuk membuat petisi anda sendiri demi terwujudnya suatu perubahan sosial. Hal ini haruslah dimulai dengan pengamatan terhadap realitas di sekitar kita dan bersikap kritis atas apa yang sedang terjadi di masyarakat. Lalu, bayangkan hal lebih baik apa yang sekiranya bisa terjadi. Itulah perubahan yang anda inginkan dan bisa menjadi suatu petisi sendiri.

Di era informasi digital ini, kita dimudahkan dengan kecepatan informasi sehingga kita bisa mendapat berbagai pandangan baru yang sekiranya menjawab realitas sosial yang sedang kita hadapi atau usahakan untuk berubah. Oleh karena itu, membuat petisi untuk mengadakan perubahan bukanlah hal yang tidak mungkin, kita sudah memiliki beranekaragam sumber informasi dan data dari internet. Yang kita perlukan adalah kepekaan akan suatu masalah dan sikap kritis untuk mendalami masalah sosial tersebut.

2. Bertanggung jawab terhadap orang lain

Konsep solidaritas senantiasa terkait dengan relasi antar manusia. Bagaimana manusia sebagai makhluk sosial berinteraksi dengan manusia lainnya. Oleh karena itu, untuk dapat semakin memperdalam pemahaman akan solidaritas konsep relasi antar manusia dari Emanuel Levinas sekiranya baik untuk dibahas.

Emanuel Levinas (1906-1995) adalah seorang filsuf yang merefleksikan pengalaman kelamnya selama perang dunia II. Bagi Levinas, konsep antroposentrisme, yang melihat diri manusia sebagai penguasa segalanya menyebabkan terjadinya banyak musibah di dunia ini. Konsep ini mengakibatkan manusia berusaha untuk menguasai satu dengan yang lainnya dan saling mengalahkan demi kepuasan dirinya sendiri (egologi). Hal ini menyebabkan manusia senantiasa melihat yang lain sebagai objek untuk dikuasai. Yang lain merupakan bagian dari diriku sehingga aku dapat menguasainya. Konsep-konsep inilah yang menyebabkan terjadinya perang dunia II dan pemusnahan massal.

Levinas berusaha untuk merumuskan suatu konsep agar tidak terjadi lagi bencana kemanusiaan seperti yang dialaminya tersebut. Beliau merumuskan Epifani wajah atau penampakan wajah yang merupakan peristiwa ketika manusia melihat wajah manusia lainnya yang menyebabkan dirinya merasa bertanggungjawab terhadap manusia lain itu. Hal ini berarti manusia senantiasa memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap manusia lainnya dan tidak diperkenankan untuk memperdayai atau memanfaatkan manusia lain tersebut.

Levinas ingin menunjukan bahwa secara fenomemologis pada saat berhadapan dengan sesama kita langsung menyadari diri dipanggil olehnya untuk bertanggung jawab atas keselamatannya[8]. “Wajah” yang dimaksud bukan sekedar bagian dari organ tubuh manusia yang terletak di bagian depan kepala. Yang dimaksud dengan Levinas dengan istilah ini adalah situasi dimana ada orang yang muncul di depan kita. Ia hadir sebagai orang tertentu melalui wajahnya.

Ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, dalam wajah itu, orang lain tampak sebagai orang tertentu, orang lain yang bukan bagian dari diri saya. Konsekuensinya adalah bahwa wajah sebagai wajah tidak dapat dikuasai, dipegang atau diperbudak. Kedua, dalam wajah itu orang berada sama sekali di luar kita. Ketika seoseorang berhadapan dengan orang lain, ia menjadi tidak bebas lagi, tidak bisa bersikap apatis tetapi ia harus bertanggung jawab atasnya. Tanggung jawab itu bersifat total. Bebannya menjadi beban saya, tanggung jawabnya menjadi tanggung jawab saya.

Pada masa informasi digital ini, wajah yang berjumpa dengan kita tersebut dapat diperluas menjadi berbagai informasi yang membawa kita pada keinginan untuk solider dengan mereka yang lemah. Solidaritas memang diwujudkan dengan suatu tindakan yang mendukung atau membantu untuk terjadinya perubahan sosial, tetapi dibalik tindakan tersebut ada rasa tanggung jawab terhadap realitas lain yang diperoleh melalui perjumpaan dengan realitas. Oleh karena itu, solidaritas meng-click membawa kita pada rasa tanggung jawab itu dengan membaca informasi lalu merasakan empati dengan manusia atau realitas lainnya, hingga akhirnya ada aksi untuk bersolidaritas dengan mereka. Hanya saja, semua tindakan dan aksi yang sederhana ini perlu didasari oleh rasa tanggung jawab terhadap manusia atau realitas lainnya. Bila tidak ada rasa tanggung jawab itu, solidaritas meng-click hanya menjadi pemenuhan diri saja yakni tindakan yang hanya berpusat pada diri sendiri saja.

3. Perbaikan dan pengembangan diri

Solidaritas senantiasa memerlukan aksi nyata demi terwujudnya perubahan sosial seperti yang diharapkan. Aksi nyata itu bisa dilakukan secara langsung oleh diri sendiri atau dengan mendukung tindakan dari orang lain. Akan tetapi, bila tidak bisa melakukan aksi nyata paling tidak ada hal lain yang bisa dilakukan sebagai tindakan solidaritas, yakni memperbaiki dan mengembangkan diri. Ya, mulailah dari diri sendiri.

Belum lama ini terjadi beberapa kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh sekelompok orang kepada seorang wanita hingga korbannya meninggal dunia. Tentu saja, membaca berita kasus ini akan membuat kita prihatin akan apa yang terjadi dan tergerak untuk melakukan sesuatu bagi para korbannya. Namun, apa yang bisa kita lakukan? Mungkin, hanya bisa mendukung petisi mengenai hukuman bagi pelaku kekerasan seksual di change.org.

Kita sulit untuk bersolidaritas dengan para korban karena jarak yang jauh atau faktor ketidakmampuan untuk mewujudkan solidaritas itu. Namun, sebenarnya, kita bisa untuk memulai suatu solidaritas sederhana dengan belajar dari peristiwa tersebut dan menentukan suatu perubahan dalam hidup sendiri sebagai bentuk dukungan dan solidaritas atas peristiwa tersebut. Sebagai contoh, bisa saja, kita memikirkan bahwa peristiwa tersebut terlalu sadis dan para pelakunya tidak lagi memandang korban sebagai manusia. Dari sini, kita dapat mengetahui kesalahan para pelaku yang membiarkan nafsu menguasai pikiran mereka dan membuat mereka tidak lagi memandang korbannya sebagai manusia. Dari peristiwa ini, kita bisa belajar pentingnya mengahargai sesama sebagai manusia dan bukan hanya sebagai benda. Makna dan pelajaran yang didapat dari peristiwa inilah yang membantu kita untuk mengubah diri kita.

Perubahan dalam kehidupan pribadi ini akan melatih kita untuk peka terhadap apa yang terjadi di sekitar kita dan akhirnya, memberikan dampak perubahan sosial menuju kehidupan lebih baik. Perbaikan diri ini dimaksudkan bukan hanya untuk diri kita sendiri tetapi agar kita dapat menghargai dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap manusia lain.  Dengan demikian, kita pun menunjukkan solidaritas kita terhadap mereka yang mengalami kesulitan dan merasakan penderitaan.

  1. Penutup

Memasuki era perkembangan informasi digital, manusia dihadapkan dnegan beranekaragam bentuk perubahan yang dialaminya dalam hidup sehari-hari, termasuk dalam tindakan solidaritasnya. Fenomena solidaritas meng-click sebagai tindakan solidaritas yang sederhana tetapi memiliki kekuatan untuk membuat perubahan, merupakan suatu perkembangan bentuk dari solidaritas. Namun, perkembangan ini dapat menjadi keliru dan hanya berpusat pada diri saja apabila, para pengguna internet tidak mengembangkan sikap kritis terhadap situasi sekitar, rasa bertanggungjawab, dan melakukan perubahan bagi dirinya sendiri. Dengan demikian, era informasi ini, mendukung manusia untuk lebih solider kepada sesama dan realitas di sekitarnya dengan berbagai hal penting yang perlu diperhatikan.

 

Daftar Pustaka                                       

“Arti Kata Solidaritas – Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online.” diakses pada 19 Mei 2016. http://kbbi.web.id/solidaritas.

Critchley, Simon, and Robert Bernasconi. The Cambridge Companion to Levinas. Cambridge University Press, 2002.

“Global Statshot: August 2015.” We Are Social Singapore. diakses pada 18 Mei 2016. http://wearesocial.com/sg/special-reports/global-statshot-august-2015.

Infographics, House of. “Infografis Change.org Di Tahun 2014.” House of Infographics, December 30, 2014. http://houseofinfographics.com/infografis-change-org-2014/.

Media, Kompas Cyber. “20 Tahun ‘Solidarnosc’ – Kompas.com.” diakses pada 19 Mei 2016. http://female.kompas.com/read/2009/02/06/0404254/20.tahun.solidarnosc.

“Online Etymology Dictionary.” Diakses pada 19 Mei 2016. http://www.etymonline.com/index.php?term=solidarity.

“Pengguna Internet Indonesia Tembus 88 Juta – Kompas.com.” Diakses pada 18 Mei 2016. http://tekno.kompas.com/read/2015/03/26/14053597/Pengguna.Internet.Indonesia.Tembus.88.Juta.

“Solidarnosc | Iman Brotoseno.” diakses pada 19 Mei 2016. http://blog.imanbrotoseno.com/solidarnosc/.

[1] “Pengguna Internet Indonesia Tembus 88 Juta – Kompas.com,” diakses pada 18 Mei 2016, http://tekno.kompas.com/read/2015/03/26/14053597/Pengguna.Internet.Indonesia.Tembus.88.Juta.

[2] “Global Statshot: August 2015,” We Are Social Singapore, diakses pada 18 Mei 2016, http://wearesocial.com/sg/special-reports/global-statshot-august-2015.

[3] House of Infographics, “Infografis Change.org Di Tahun 2014,” House of Infographics, December 30, 2014, http://houseofinfographics.com/infografis-change-org-2014/ diakses pada 18 Mei 2016.

[4] “Arti Kata Solidaritas – Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online,” diakses pada 19 Mei 2016, http://kbbi.web.id/solidaritas.

[5] “Online Etymology Dictionary,” diakses pada 19 Mei 2016, http://www.etymonline.com/index.php?term=solidarity.

[6] Kompas Cyber Media, “20 Tahun ‘Solidarnosc’ – Kompas.com,” diakses pada 19 Mei 2016, http://female.kompas.com/read/2009/02/06/0404254/20.tahun.solidarnosc.

[7] “Solidarnosc | Iman Brotoseno,” diakses pada 19 Mei 2016, http://blog.imanbrotoseno.com/solidarnosc/.

[8] Simon Critchley and Robert Bernasconi, The Cambridge Companion to Levinas (Cambridge University Press, 2002), hlm. 66-68.

[share title=”Share this Post” facebook=”true” twitter=”true” google_plus=”true”]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *