Kamis Putih : “Kasih Menggerakkan Kehidupan”
“Lakukanlah ini sebagai peringatan akan Daku”. Kutipan tersebut merupakan pokok dari peringatan Kamis Putih. Kamis Putih mengajak kita untuk mengingat kembali belas kasih Allah kepada umatNya dimana Dia membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir melalui Musa. Yesus juga mengajarkan kasih kepada kita melalui peristiwa pembasuhan kaki yang Ia lakukan pada murid-muridNya.
Perayaan Kamis Putih yang diselenggarakan di Ground gedung utama Kampus III Paingan pada tanggal 24 Maret 2016 dipimpin oleh Romo Ardi Handoyoseno, S.J. Warna liturgi yang digunakan adalah putih yang melambangkan kasih. Dua belas rasul yang ambil bagian dalam perayaan ekaristi ini adalah mahasiswa dari berbagai program studi. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan bukan penghalang bagi kita untuk melayani. Para rasul yang dibasuh kakinya juga melakukan pembasuhan kaki kepada beberapa umat sebagai perwujudan kasih yang telah diteladankan oleh Yesus.
Ada tiga pesan yang disampaikan oleh Romo Ardi dalam Perayaan Kamis Putih ini. Pertama, yaitu mengingat kembali belas kasih Allah kepada umatNya lewat pembebasan bangsa Israel dari perbudakan. Selain itu, juga sebagai peringatan bagi kita untuk melayani satu sama lain seperti yang Tuhan ajarkan melalui pembasuhan kaki para rasul.
Kedua, yaitu mewujudkan kasih melalui perbuatan. Lewat perbuatan, kita mewujudkan ajaran kasih yang telah kita teladani dariNya. Contohnya, melakukan dialog dengan umat yang berbeda agama untuk mengatasi intoleransi yang semakin marak dewasa ini.
Ketiga, yaitu perintah kasih “Lakukanlah ini”.Kita diminta untuk mengasihi satu sama lain ‘seperti Dia mengasihi kamu’ yaitu mengasihi lebih dari pada mengasihi sesama yang juga mengasihi kita. Jadi, kita tidak hanya mengasihi sesama yang juga mengasihi kita tetapi juga mengasihi semua orang, bahkan yang membenci kita.
Inti dari perayaan Kamis Putih ini adalah mengingat kembali dan membuat peringatan akan kasih, mengingat misi kita yaitu meneruskan gerakan Kristus, dan siap menebarkan kasih.
Jumat Agung : “Memanggul Salib, Memperjuangkan Kehidupan”
Setiap kehidupan manusia tidak selalu berjalan mulus. Banyak rintangan yang harus dihadapi baik rintangan ringan maupun berat. Tapi semua rintangan yang kita dapat bukan alasan untuk menyerah. Perayaan Jumat Agung pada tahun ini mengambil tema “Memanggul Salib, Memperjuangkan Kehidupan”. ‘Memanggul Salib’ melambangkan rintangan yang ada dalam hidup kita. Salib Yesus memang berbeda dengan salib kita, tapi diharapkan melalui salib, Yesus memberikan kita kekuatan yang sama untuk berjuang dan tetap taat kepada Allah seberat apapun rintangan atau penderitaan yang kita alami. ‘Memperjuangkan kehidupan’ mengajak kita untuk tetap bertahan dalam sesulit apapun keadaan hidup kita.
Upacara penciuman salib melambangkan penghormatan terhadap pengorbanan Yesus yang rela wafat di kayu salib untuk menyelamatkan umat manusia.
Romo Paulus Suparno, S.J yang merupakan selebran utama dalam Perayaan Jumat Agung ini menjelaskan tema tersebut melalui dua kisah nyata yang dialami umat. Yang pertama yaitu kesetiaan seorang istri kepada suaminya yang sakit parah. Ia setia merawat suaminya walaupun keluarganya meminta ibu tersebut untuk meninggalkan suaminya. Yang kedua yaitu keputusan seorang mahasiswi yang tetap ingin menjaga bayi yang dikandungnya walau keluarga tidak menginginkannya. Kedua umat tersebut menjelaskan alasan yang sama tentang kekuatan yang membuat mereka sampai pada keputusan itu yaitu ‘Salib Kristus’. Salib Kristus memberikan kekuatan bagi mereka untuk berkorban dan tetap berjuang dalam masalah yang mereka hadapi.
Yesus selalu menyertai perjuangan kita dalam memanggul salib-salib kehidupan. Salib tidak hanya mengajarkan kita untuk mengatasi masalah tapi juga untuk mengembangkan kehidupan yang telah diberikan pada kita. Salib dapat kita panggul apabila kekuatan kita lebih dari berat salib tersebut. Maka dari itu,umat manusia harus bisa melebihi batas kemampuannya dan percaya bahwa Tuhan akan selalu menyertai.
Sabtu Paskah : “Belas Kasih Allah Memulihkan Kehidupan”
Perayaan Paskah adalah puncak dari rangkaian perayaan Pekan Suci. Perayaan Paskah merupakan tanda kemenangan Tuhan Yesus atas maut. Ia bangkit dengan mulia setelah berjuang melalui penderitaan salib yang Ia tanggung akibat dosa-dosa kita.
Tema yang diangkat pada perayaan ini yaitu “Belas Kasih Allah Memulihkan Kehidupan”. Belas kasih Allah tercermin dari pengorbanan yang dilakukan oleh Yesus sendiri yaitu taat atas kehendak Bapa dan bersedia mengalami penderitaan sampai mati di kayu salib sebagai kurban untuk menebus dosa-dosa umatNya. Atas penderitaan dan wafat Yesus, Bapa berkenan untuk menghapus segala dosa-dosa kita. Namun, peristiwa penebusan yang dilakukan Yesus ini hanya terjadi satu kali. Hendaknya peristiwa mulia ini mampu untuk mengubah dan mengingatkan kita untuk selalu berbuat baik dan walaupun Tuhan berkenan mengampuni kita, bukan berarti kita bisa leluasa untuk berbuat dosa.
Upacara Cahaya melambangkan Kristus yang bangkit untuk menyinari dunia.
Ada dua poin utama yang disampaikan oleh Romo Buddy Haryadi, S.J dalam perayaan ekaristi ini. Yang pertama yaitu, para murid Yesus yang tidak dapat menerima bahwa dengan segala kebesaran Tuhan, Tuhan harus menderita. Dalam logika rasional, kita hanya dapat menerima suatu kebenaran secara kasat mata atau yang tampak. Tetapi dalam logika iman berbeda, karena kebenaran itu harus dialami dari pengalaman iman masing-masing individu. Kita harus mengalami Tuhan sendiri dalam hidup kita. Belas kasih Tuhan selalu nyata dalam hidup kita yang menandakan Tuhan selalu menyertai kita.
Poin yang kedua yaitu melalui peristiwa kebangkitan Tuhan, para murid mengalami suatu perubahan hidup yang baru. Kebangkitan Tuhan diharapkan dapat memulihkan semangat kita untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dari yang kita lakukan di masa lalu.
Semoga sukacita Paskah memulihkan dan meneguhkan cinta kasih Tuhan atas hidup kita. Selamat Paskah 🙂
(Dhara & Maya)