Angkringan Lintas Iman : Gerakan Lintas Iman untuk Lingkungan

Ada yang berbeda di Pusat Studi Lingkungan Universitas Sanata Dharma pada suatu pagi di tanggal 31 Oktober 2015. Sebuah gerobak angkringan terparkir di lantai dua bangunan itu lengkap dengan berbagai jenis makanan khasnya yang berjajar rapi. Puluhan mahasiswa dengan khidmat menyimak setiap penjelasan dari Pak Ibang Lukmanurdin tentang kegiatannya di Pesantren Ekologi Ath Thaariq.

Dalam kegiatan tahunan dari Campus Ministry Universitas Sanata Dharma, Angkringan Lintas Iman bertajuk “Bersama Merawat Keberagaman”, Pak Ibang bercerita banyak hal tentang latar belakangnya mendirikan Sekolah Kebon Sawah Pesantren Ath Thaariq itu. “Pesantren ini berdiri didasari adanya kerusakan lingkungan yang sangat luar biasa. Kerusakan ini diakibatkan adanya ketidakseimbangan antara kemajuan jaman dan teknologi dengan kesadaran diri kepada lingkungan”, tutur pria paruh baya itu. Beliau juga menegaskan bahawa Pesantren Ath Thaariq sendiri adalah sebuah bentuk nyata dari sebuah upaya advokasi soal ekologi, upaya untuk melindungi lingkungan dan segenap organisme yang hidup di dalamnya.

Pria berbaju koko putih dan bercelana kain warna hitam itu bercerita bahwa semua warga di Pesantren Ekologi Ath Thariq diajarkan untuk mengembangkan konsep Agroekologi, yaitu berkebun berbasis rumah, dimana semua kebutuhan yang diperlukan oleh pesantren dihasilkan oleh pesantren itu sendiri. Hal ini beliau lakukan sebagai sebuah upaya mengembalikan ruh pesantren yang kini semakin menginstankan orang. “Pesantren ini ada untuk mengembalikan pengabdian diri tidak hanya kepada Tuhan tetapi juga kepada alam.”

Mas Totok, aktivis pemuda Buddhis Theravada, yang turut hadir dalam acara Angkringan Lintas Iman juga sependapat dengan apa yang telah disampaikan oleh Pak Ibang tentang Pesantren Ekologinya. “Sudah saatnya gerakan lintas iman itu tidak hanya berhenti pada kegiatan-kegiatan diskusi semata, melainkan langsung menyasar pada masalah yang nyata, misalnya masalah tentang lingkungan,” ungkapnya tegas. Sebagai seorang pemuda, khususnya sebagai mahasiswa, ada banyak sekali gerakan nyata yang bisa dilakukan untuk bisa mewujudkan sikap peduli  lingkungan.

Sejalan dengan pendapat Mas Totok, Pak Ibang pun berharap bahwa dari diri mahasiswa dapat muncul gerakan-gerakan kecil yang rutin dilakukan. Sebuah gerakan yang akan menjadi penggerak perubahan besar yang bertumpu pada kepedulian terhadap bumi, terhadap sesama, dan terhadap masa depan kita semua. Pak Kristio Budiasmoro selaku perwakilan dari Pusat Studi Lingkungan juga mengatakan bahwa sekecil apapun gerakan yang dilakukan mahasiswa akan mempunyai dampak yang luar biasa bagi lingkungan karena sejatinya permasalahan di lingkungan tidak pernah bisa lepas dari cara hidup kita sehari-hari. Seperti contohnya dengan melakukan gerakan menanam bibit pohon yang dibagaikan secara gratis oleh Pusat Studi Lingkungan.

“Pusat Studi Lingkungan ini didedikasikan kepada orang muda yang mempunyai kepedulian terhadap lingkungan. Kepedulian terhadap rumah kita bersama,” demikian ucap Pak Kristio di sela-sela diskusi. Pusat Studi Lingkungan juga menjadi sebuah wadah dimana orang-orang yang mempunyai kepedulian terhadap lingkungan dapat bertemu berbagi gagasan bersama hingga pada akhirnya melahirkan sebuah gerakan bersama. Sebuah gerakan yang bertujuan untuk mewujudkan lingkungan yang lebih nyaman untuk ditinggali dan untuk diwariskan kepada generasi mendatang.

(~C.A)

[share title=”Share this Post” facebook=”true” twitter=”true” google_plus=”true”]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *