Mengenal Conversar Arrupe

Percakapan Rohani adalah salah satu dari peristilahan khas dalam Spiritualitas Ignasian. Percakapan Rohani dimaksudkan sebagai sarana pendampingan penuh kedalaman demi menuntun orang yang didampingi mencapai tujuan kerohanian Ignasian, yakni agar orang semakin menyadari kehadiran Allah dalam setiap langkah hidup nyatanya (finding God in all things). Akan tetapi, percakapan yang dimaksud tidak sempit sebagai percakapan tentang yang suci-suci, melainkan suatu relasi luwes antara yang didampingi dan yang mendampingi sehingga orang dikobarkan semangatnya dalam hidup kesehariannya. Maka sebagai kuncinya, percakapan rohani perlu dilihat sebagai percakapan penuh kedalaman dan memberi semangat bagi orang yang melakukannya.

Percakapan (“conversar” dalam bahasa Spanyol) dalam pengertian yang lebih umum adalah pembicaraan antara dua atau lebih pribadi-pribadi. Di sini pengertian atas istilah lebih memperhatikan atau menekankan percakapan sebagai momen atau peristiwa. Namun, sesungguhnya percakapan lebih dari suatu peristiwa. Ada akibat dari percakapan yang positif bahwa orang dapat belajar satu sama lain, dan mereka semakin mengenal satu sama lain. Percakapan yang mendalam dapat mengakrabkan orang-orang yang terlibat sehingga mereka satu hati dan satu semangat, saling mendukung dan percaya satu sama lain. Dengan demikian, percakapan Ignasian, “conversar”, perlu dilihat bukan sebagai obrolan tanpa isi yang ngalor-ngidul dan tanpa tujuan. Conversar menjadi momen pembicaraan santai, tapi serius, yang mengajak mereka yang terlibat untuk semakin akrab satu sama lain, dicerahkan dengan kedalaman pengetahuan maupun kerohanian, mendapat inspirasi dan semangat untuk punya visi atas hidup yang dialaminya.

Pater Pedro Arrupe, SJ (14 November 1907 – 5 Februari 1991) adalah Superior Jendral ke-28 dari ordo religius Katolik Roma, Serikat Jesus pada tahun 1965-1983. Sebagai Yesuit, Pater Arrupe dikenal sebagai tokoh Gereja dan dunia yang punya perhatian besar pada persoalan-persoalan aktual kemanusiaan.

Ketika ia menjadi Provinsial di Jepang, Pater Arrupe menjadi saksi hidup penderitaan pasca Perang Dunia II yang dialami Jepang, khususnya usai jatuhnya bom di Hirosima pada 6 Agustus 1945. Beliau memprakarsai berdirinya Jesuit Refugee Service (JRS) demi menanggapi keprihatinan sosial yang terjadi pada penderitaan para pengungsi dan manusia perahu di tahun tujuhpuluhan. Sebagai Jendral, Pater Arrupe memperbaharui komitmen dan perhatian perutusan Serikat Yesus kepada penderitaan kaum papa miskin melalui dekrit Kongregasi Jendral ke-32: “Perutusan Kita di Jaman Ini: Pelayanan Iman dan Penegakan Keadilan”.

Uraian di atas bermaksud memberikan gambaran inspirasi di balik acara Conversar Arrupe bahwa kegiatan ini merupakan salah satu bentuk ekspresi syukur Universitas Sanata Dharma atas karya pelayanan pendidikan. Ungkapan syukur tidak menjadi penuh bila berhenti sebagai ucapan bagi diri sendiri, tetapi syukur yang dibagikan akan potensial menggerakkan, memberi inspirasi dan meneguhkan orang lain untuk mengalami semangat dan visi yang sama. Dengan keyakinan yang sama, Conversar dimaksudkan sebagai momen sharing Universitas Sanata Dharma demi menularkan semangat dan sukacita karya pelayanannya kepada mahasiswa, alumni dan masyarakat. Secara khusus, Conversar bermaksud mengarahkan perhatian obrolan pada hal-hal mengenai atau terkait dengan kemanusiaan. Kemanusiaan dimaksud bukan hanya soal problem dan keprihatinan aktual kemanusiaan seperti perang, kemiskinan dan semacamnya, namun termasuk juga penghargaan kepada upaya-upaya kongkret meningkatkan kualitas hidup kemanusiaan yang sudah baik, seperti perhatian pada budaya dan kearifan lokal, pelestarian lingkungan hidup dan pendidikan kaum muda. Oleh karena itu Arrupe dimunculkan sebagai ikon program Campus Ministry ini.

(Alb. Buddy Haryadi, SJ)

[share title=”Share this Post” facebook=”true” twitter=”true” google_plus=”true”]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *