Renungan Prapaskah 2020 – Minggu IV: “Berkolaborasi Menemani yang Tersingkir”

Doa Prapaskah IV

Evangelii Gaudium
Paus Fransiskus

Tuhan Allah kami, Engkau memberi perintah “Jangan membunuh!”. Dengan itu, Engkau menetapkan batasan yang jelas demi menjaga nilai hidup manusia. Saat ini juga, Engkau menghendaki agar kami mengatakan “jangan” pada ekonomi pengucilan dan ketidaksetaraan.

Kami, Engkau sadarkan bahwa ekonomi seperti itu dapat membunuh. Mata budi dan hati kami Engkau buka saat seorang tunawisma mati kedinginan dan kelaparan namun tidak ada yang peduli. Tidak ada pemberitaan mengenai peristiwa itu. Kami lebih peduli pada berita tentang harga pasar saham yang turun atau nilai tukar mata uang di pasar uang. Sungguh, kadang kami mengecualikan nilai hidup seorang manusia.

Bantulah kami bertobat mulai dari cara kami menikmati makanan! Jauhkan kami dari tindakan membuang-membuang makanan sementara banyak orang lain menderita kelaparan! Singkirkan gagasan bahwa hanya yang kuatlah yang menjadi pemenang. Hindarkanlah kenyataan mereka yang kuat menguasai yang lemah!

Semoga, semakin berkurang anggota masyarakat yang tersisih dan tersingkir. Semoga, semakin berkurang anggota masyarakat yang menggangur tanpa pekerjaan. Semoga, semakin berkurang mereka yang putus asa dan kehilangan harapan karena tidak menemukan jalan keluar.

Bantulah kami agar dapat menjadi teman perjalanan bagi mereka yang lemah, miskin dan tersingkir dalam masyarakat kami karena Engkaulah Tuhan, Allah yang peduli kini dan sepanjang masa. Amin.

Sumber: Saduran Evangelii Gaudium No.53
karya Paus Fransiskus.

Rahmat yang Dimohon
Mohon rahmat agar bisa berkolaborasi memperjuangkan martabat mereka yang miskin, yang terasing dan tersingkir akibat sistem sosial-ekonomi yang tidak adil.

Renungan
Bahan Bacaan #1 Injil Lukas 10: 25-37

Orang Samaria yang Murah Hati

Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya, “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus kepadanya, “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?” Jawab orang itu, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kata Yesus kepadanya, “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus, “Dan siapakah sesamaku manusia?” Jawab Yesus, “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habishabisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Jawab orang itu, “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya, “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”

Bahan Bacaan #2 Autobiografi St. Ignatius Loyola

Paris
Februari 1528-April 1535

Ketika mereka sedang bercakap-cakap datanglah seorang frater bertanya kepada Doktor Frago, apakah beliau bisa mencarikan rumah, sebab di tempat ia (Ignatius) tinggal banyak orang mati, barangkali karena penyakit pes. Memang waktu itu terjadi mulai wabah pes di Paris. Doktor Frago bersama dengan si peziarah (Ignatius) pergi untuk melihat rumah itu. Mereka minta seorang perempuan yang berpengalaman dalam hal itu supaya ikut. Wanita itu masuk dan menyatakan bahwa memang ada pes. Si peziarah juga masuk. Ia menemukan seseorang sedang sakit dan menghibur dia sambil menyentuh dengan tangan tempat-tempat infeksi. Setelah menghiburnya dan memberi semangat, dia pulang seorang diri. Tangannya mulai terasa sakit. Ia mengira terkena pes. Bayangan itu begitu kuat bahwa tidak dapat menghilangkannya, sampai dengan nekad ia memasukkan tangannya ke dalam mulut dan memutarnya di dalam, serta berkata, “Kalau terkena pes di tangan sekarang di mulut juga.” Setelah melakukan demikian, hilanglah bayangan itu dan juga rasa sakit di tangan.

Sumber: Wasiat dan Petuah St. Ignatius
karya P. Luis Goncalves da Camara, SJ

Pokok-pokok Renungan
• Orang miskin dalam Alkitab disebut ‘anawim’ (Bhs. Ibrani) atau orang miskin Yahwe.
• Orang miskin (anawim) adalah orang yang miskin secara material tetapi menaruh kepercayaan total pada Allah.
• Yesus Kristus menyampaikan Injil (Kabar Gembira) bagi orang-orang miskin.
• Para murid dan pengikut Yesus Kristus dipanggil untuk ikut mewartakan Injil bagi orang miskin.
• Sesama manusia (Orang Samaria) adalah mereka yang memiliki belas kasih pada mereka yang miskin, menderita, terasing dan tersingkirkan dalam masyarakat.
• Bertobat berarti bersikap ramah dan terbuka (=memiliki hospitalitas) pada mereka yang miskin, menderita, terasing dan tersingkirkan.
• Kolaborasi diperlukan untuk mengubah sistem ekonomi yang tidak adil sehingga menimbulkan kemiskinan, penindasan dan penderitaan.

Bahan Refleksi
• Orang miskin (anawim) adalah orang menaruh kepercayaan total pada Allah. Bagaimana dengan anda?
• Siapakah orang yang miskin, yang terasing, yang tersingkirkan dan yang
menderita di sekitar anda?
• Bagaimana anda mewartakan Kabar Gembira (Injil) untuk mereka?
• Bagaimana anda mengembangkan hospitalitas (keramahan dan keterbukaan) bagi mereka yang miskin, terasing dan tersingkirkan?
• Bagaimana anda mengembangkan kolaborasi untuk memperbaiki struktur ekonomi dan sosial yang tidak adil?

Saran Aksi Pertobatan
• Menjadi relawan di lembaga sosial (Jesuit Refugee Service/JRS, SPM Realino dsb).
• Terlibat dalam aksi-aksi sosial (Misalnya Gerakan Sego Mubeng, donor darah, kunjungan penjara, kunjungan rumah sakit dsb).
• Berdonasi untuk organisasi kemanusiaan.
• Mendiskusikan problem-problem sosial- ekonomi.
• Membuat rumah dan komunitas ramah dan terbuka (hospitable).

Pemeriksaan Kesadaran (Examen)
• Sadarilah diri anda hadir di hadirat Allah!
• Lihatlah kehidupan anda dalam terang kehadiran Allah!
• Apa yang hendak anda syukuri terkait dengan Injil sebagai Kabar Gembira bagi orang yang miskin, yang terpenjara, yang terasing dan tersingkir?
• Apakah anda sungguh-sungguh telah menghidupi nilai-nilai Injil? Bagaimana anda menghidupi nilai-nilai Injil?
• Apa yang menghalangi anda untuk berjumpa dan menjadi sahabat bagi mereka yang miskin, yang terasing dan tersingkir?
• Apakah anda cukup ramah dan terbuka pada orang miskin, orang asing dan orang membutuhkan bantuan?
• Apa yang menghalangi anda untuk mengembangkan hospitalitas (keramahan dan keterbukaan)?
• Apa niat anda untuk semakin menghidupi nilai-nilai Injil dan mewartakan Injil pada mereka yang miskin, terasing dan tersingkir?
• Apa niat anda untuk berkolaborasi mengembangkan struktur sosial-ekonomi yang adil dan bermartabat?

Doa Penutup

Percakapan dengan Yesus
St. Ignatius Loyola

Akhirnya, aku berpaling kepada Yesus yang tergantung di salib dan berbicara dengan Dia. Aku bertanya bagaimana mungkin Tuhan Sang Pencipta sudi datang dari keabadian yang tak terhingga sampai mati di sini, di atas bumi, agar dengan demikian Ia dapat mati demi dosa-dosa kita.
Dan kemudian, aku merenungkan diriku sendiri, lalu bertanya:
• Apa yang telah aku lakukan bagi Kristus?
• Apa yang sedang aku lakukan bagi Kristus?
• Apa yang harus aku lakukan bagi Kristus?
Dan aku berbicara dengan Yesus seperti berbicara dengan seorang sahabat. Aku akhiri dengan doa Bapa Kami.

Sumber: Hatiku Berkobar-kobar
karya Michael Harter, SJ

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *