SEPENGGAL CERITA TENTANG PASKAH 2019

Namaku, Sorana Nonifati Zebua. Aku adalah salah satu mahasiswi Universitas Sanata Dharma, program studi PGSD angkatan 2018. Ya, aku mahasiswa yang sedang menempuh tahun pertama perkuliahanku. Dan di tahun pertama perkuliahanku ini, aku memiliki sebuah cerita unik.

Tak pernah terlintas dipikiranku untuk ambil bagian dalam kepanitiaan Pekan Suci di kampus 3 paingan USD. Rabu, 20 Maret 2019 malam, menjadi hari yang mengubah hidup harianku. Saat itu, ada salah satu temanku yang akan mengikuti rapat perdana kepanitiaan Pekan Suci di Mrican dan ia memintaku menunggunya setelah aku selesai berkuliah. Jujur, saat itu aku setengah hati mengiyakan karena rasa lelah setelah berkuliah dari pagi hingga sore, belum lagi ada tugas kuliah yang begitu banyak. Rasanya aku ingin segera kembali ke asrama di Paingan dan beristirahat. Tetapi karena yang meminta adalah temanku sendiri, aku tidak tega meninggalkan dia sendiri. Selain dia, ada juga salah satu teman lain dari asrama yang ikut kepanitiaan yang sama, yaitu Kak Alwisa. Rencananya setelah Kak Alwisa datang dan masuk ke ruangan untuk rapat bersama temanku, aku ingin segera pulang.

Setelah Kak Alwisa datang, ia ternyata mengajakku untuk ikut kepanitiaan Pekan Suci ini dan bergabung di rapat perdananya sekaligus. Seketika aku merasa ragu-ragu atas ajakan Kak Alwisa. Pertama, sebagai orang Kristen Protestan, aku merasa tidak memahami Perayaan Paskah menurut ajaran Katolik. Kedua, aku belum pernah mengikuti kepanitiaan apapun di kampus, sehingga aku merasa belum paham tentang seluk-beluk kepanitiaan kampus. Ketiga dan yang paling utama, aku sebelumnya tidak berniat bergabung dan sama sekali belum mendaftarkan diri di kepanitiaan ini, otomatis aku tidak tahu divisi apa yang ada dan yang aku inginkan.

Singkat cerita, aku masuk begitu saja ke ruangan tersebut hanya bermodalkan keberanian. Sementara itu, di kepalaku penuh dengan tanda tanya tentang kepantiaan ini. Setelah mendapat berbagai penjelasan, aku akhirnya mengerti bahwa hanya ada tiga divisi yang ditawarkan, yaitu divisi liturgi, divisi konsumsi, dan divisi perlengkapan, dekorasi, dokumentasi (PDD). Karena bingung, aku mencoba masuk divisi konsumsi yang menurutku pribadi tidak terlalu sulit. Ternyata, divisi konsumsi sudah terlalu banyak orang, sehingga aku memutuskan pindah ke divisi PDD. Di sana, aku bergabung di kepanitian wilayah Paingan yang dibagi lagi menjadi dua kelompok besar yaitu Tim A dan Tim B. Akhirnya, aku masuk di divisi PDD Tim A bersama lima orang lainnya serta bertanggung jawab untuk Perayaan Sabtu Palma dan Kamis Putih.

Di dalam internal PDD Tim A, kami melakukan pertemuan untuk membicarakan apa saja perlengkapan yang dibutuhkan pada Perayaan Sabtu Palma dan Kamis Putih. Secara khusus, aku bertanggung jawab untuk meminjam dan mengembalikan perlengkapan yang ada di kampus. Di sinilah aku mengalami kebingungan yang kedua. Aku belum terlalu mengetahui apa saja yang dibutuhkan oleh teman-teman divisi lain dan ke pihak mana harus meminjam. Akan tetapi, aku beruntung karena koordinator divisi dan teman-teman yang lain mau ambil bagian, sehingga aku pelan-pelan dapat mulai memahami bagaimana alur peminjaman di kampus ini.

Dua hari sebelum pelaksanaan Sabtu Palma di Drost USD, tiba-tiba kami mendengar informasi bahwa perayaan Sabtu Palma di pindahkan ke Ground Floor karena Drost digunakan oleh pihak lain. Karena kejadian tersebut, kami harus mengubah konsep yang sudah kami susun sejak awal. Di situlah aku kembali mengalami kebingungan untuk merancang kembali setting perayaan Sabtu Palma di tempat yang berbeda. Walaupun menguras banyak tenaga karena harus mengangkat barang-barang yang lumayan banyak, Aku senang karena teman-teman dari divisi lain bersedia membantu setiap proses menata dekorasi dan pemberesannya, sehingga semua dapat berjalan lancar. Perayaan Kamis Putih hingga Malam Paskah juga dapat berjalan dengan baik karena kami dapat saling membantu.

Selama proses kepanitiaan tersebut dilaksanakan ada banyak suka duka yang kurasakan. Aku mendapat teman baru dan kami sudah mulai akrab, bahkan rasanya seperti saudara walaupun kami berasal dari berbagai daerah. Aku sangat menikmati kebersamaan dengan mereka karena kami bisa terbuka untuk bercanda dan berbagi hal-hal lucu. Meskipun kepanitiaan ini banyak menyita waktuku, tetapi aku sadar ada banyak pengetahuan yang bisa kudapatkan dari sini. Aku jadi paham bahwa dalam Perayaan Paskah di Katolik ada istilah perarakan, pencucian kaki, pentahtaan Sakramen Mahakudus, tuguran, dan lain-lain. Aku juga senang karena bisa mendapatkan pengalaman baru untuk terjun langsung dalam mempersiapkan segalanya.

Sebelum kepanitiaan ini terlaksana aku berpikir bahwa kepanitiaan ini akan sangat membosankan, tetapi ternyata yang terjadi malah sebaliknya.  Dengan adanya kepanitian ini, aku merasa bangga dan bisa berguna bagi orang lain. Menurutku, walaupun menjadi pantia, secara tidak langsung aku merasa sudah melayani Tuhan. Aku juga bersyukur bisa bergabung dengan kepanitiaan ini karena mungkin ini semua bukan secara kebetulan terjadi. Rasanya seperti adanya panggilan untuk aku melakukan sesuatu di kepanitiaan ini.

Sorana

[share title=”Share this Post” facebook=”true” twitter=”true”]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *