Toleransi Itu Sudah Ada

Kegiatan Srawung Persaudaraan Sejati Orang Muda 2018 yang diadakan oleh Keuskupan Agung Semarang pada tanggal 26-28 Oktober 2018 di Semarang benar-benar membuat saya terkejut dan terpukau. Terutama jumlah peserta yang membludak sehingga membuat para panitia kewalahan. Terlebih lagi peserta yang sangat banyak ini ternyata sangat antusias dan inisiatif dalam memeriahkan acara. Keterbukaan pikiran dan penerimaan yang besar diperlihatkan oleh semua yang terlibat dalam acara srawung ini.

Sebelum mengikuti kegiatan srawung, saya ternyata mempunyai pikiran yang pesimis terhadap keberadaan toleransi di Indonesia, walaupun saya tidak sepenuhnya salah tentang situasi intoleransi masyarakat Indonesia. Mungkin yang berbeda adalah bagaimana saya mengambil sikap tentang perbedaan itu. Sebelumnya saya memiliki perspektif bahwa toleransi merupakan hal yang harus dibentuk, dicari, dan dibuat oleh sebuah bangsa yang ingin memajukan kedamaian. Namun sekarang saya melihat toleransi adalah sesuatu yang sebenarnya sudah ada di sana dan hanya perlu disadari. Hal ini tampak sekali saat MC talkshow saling bercanda kekhasan agama masing-masing dan mereka justru tertawa lepas dan menerima candaan tersebut tanpa ada perasaan tersinggung sama sekali. Bahkan mereka berhasil menularkan toleransi yang mereka miliki kepada saya yang tertawa bersama mereka. Berangkat dari pengalaman ini saya akhirnya sampai kepada pandangan bahwa toleransi itu ada dan sudah menetap dalam hati setiap orang, hanya perlu disadari saja.

Jika intoleransi adalah kanker yang menyebar dan menjangkiti orang-orang yang terpapar olehnya, maka toleransi itu seperti wangi kue dari oven yang meresap kedalam memori setiap orang. Sayangnya wangi ini cepat terlupakan. Apabila wangi ini tercium barulah memori akan toleransi itu muncul lagi, membawa nutrisi bagi keterbukaan dan kedewasaan dalam memandang perbedaan. Oleh karenanya acara-acara yang mengedepankan perbedaan perlu terus diadakan agar toleransi tidak terlupakan.

Sebagai mahasiswa yang sebentar lagi akan terjun ke masyarakat, saya rasa sudah waktunya berhenti untuk bersikap apatis, toh saya sudah menikmati waktu saya yang damai dan tidak perlu pusing memikirkan orang yang berpikiran sempit dan berhati kecil penuh ketakutan akan perbedaan.  Mengikuti acara srawung ini membangkitkan toleransi saya, sehingga “gatel” rasanya apabila membiarkan intoleransi berkembang.

Refleksi dari Yoga

Peserta Srawung dari Komunitas Mahasiswa Buddhis dan Khonghucu
Dharma Virya USD

Featured Image: Instagram Sedulur Srawung

[share title=”Share this Post” facebook=”true” twitter=”true” google_plus=”true”]

1 thought on “Toleransi Itu Sudah Ada

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *